Chereads / DOSA MASA LALU / Chapter 19 - BERMESRAAN DI DEPAN MATA

Chapter 19 - BERMESRAAN DI DEPAN MATA

Abidzar masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. 'Renata besannya Arka?' batin Abi. Benar-benar menjadi sebuah kejutan untuknya. Abi, Salma, Azzam dan Shafiyya maju ke depan untuk foto bersama pengantin.

Azzam dan Salma sedikit merasa lega karena Darren pergi meninggalkan lokasi acara. Setidaknya beban mereka berkurang karena tidak ada Darren. Yang sekarang jadi masalah adalah Azzam harus bertemu dengan Zakiya yang tidak lain adalah Sellia. Orang yang pernah dihancurkan masa depannya oleh Azzam.

"Azzam sini dong. Itu calonnya nggak diajak?" ucap Rafka.

"Oh iya. Kinan kemari Sayang. Ayo kita foto dulu dengan pengantin." ucap Azzam seolah tidak mempunyai beban apa-apa kepada Zakiya. Zakiya tentu merasakan kekesalan yang mendalam ketika Azzam dengan santainya bisa foto bersama dengannya tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun. Semakin lama dekat dengan Azzam, semakin dia ingin lari dari situ. Karena semua kenangan masa lalu berkelebatan di kepalanya. Rasanya dia benar-benar ingin menumpahkan dengan tangisan. Tapi tak bisa. Karena dia sedang berada di antara banyak orang. Untung saja dia menggunakan cadar sehingga bisa menyamarkan rasa sedihnya dengan menunduk.

"Ayo sudah siap apa belum??" tanya sang fotografer. Asisten fotografer pun menata orang-orang yang akan berfoto. Kebetulan Azzam berada di deretan sebelah Zakiya. Tetapi yang berada tepat di sebelah Zakiya adalah Syafia lalu Kinan baru Azzam. Sedangkan di sebelahnya Rafka ada Abizar dan Salma.

" 3, 2, 1. Oke sip terima kasih." ucap sang fotografer lagi. Memberi tanda dengan jempolnya kalau hasil fotonya bagus.

"Rafka, Zakiya selamat ya atas pernikahan kalian. Semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah." ucap Salma mewakili keluarganya. Abi hanya tersenyum. Begitu juga dengan Azzam yang tidak tahu harus berbuat apa. Meski begitu dia terlihat cuek saja. Di sampingnya ada Kinan yang dari tadi memegang lengannya terus. Shafiya yang ada di sebelahnya merasa risih dengan sikap yang ditunjukkan oleh calon kakak iparnya itu.

"Zam-zam, cari calon itu seperti Rafka. Dia pinter tuh nyari istri. Udah cantik, solehah, pinter lagi. Dan tentu saja dia bisa menjaga kehormatannya. Dengan menutup auratnya dengan sempurna. Bukan cuma pura-pura." ucap Abi menyindir Azzam dan Kinan.

"Kinan juga sholehah dan pintar kok Pa. Papa tidak perlu khawatir. Nanti juga Kinan akan membuktikan saat dia sudah menjadi istriku." ucap Azzam tanpa ada perasaan sungkan sedikitpun kepada Zakiya.

Salma dari tadi menatap Zakiya terus. Dia resah. Aakah kejadian 4 tahun yang lalu itu benar-benar terjadi? bahkan sampai saat ini pun dia belum berani untuk mengatakan itu kepada Abi. Yaitu tentang masalah Azzam dan Sellia. Yang kini sudah berubah nama menjadi Zakiya. Salma menduga penggantian nama Sellia menjadi Zakiya ada hubungannya dengan Azzam.

Salma melihat gerak-gerik Zakiua yang tidak biasa ketika Azzam ada di dekatnya. Seperti menahan kesedihan yang mendalam. Meskipun empat tahun lalu Salma lebih percaya kepada anaknya, tapi perasaannya masih tidak enak sampai sekarang. Kecurigaan itu malah semakin kuat saat ini. Dia kemudian berpikir kalau memang saat itu Zakiya mengandung anaknya Azzam, lalu di mana anak itu sekarang? kenapa Zakiya tidak meminta pertanggung jawaban Azzam? Salma terus bertanya dalam hati.

Salma menghela nafas panjang, saking bingung nya dia harus menentukan sikap. 'Aku harus bicara pada Azzam tentang ini.' ucap Salma dalam hati.

Rafka dan Zakiya tampak menebar senyum ke semua orang. Terutama Rafka yang terlihat sumringah setelah terucap kata Sah. Tapi sebaliknya tidak dengan Zakiya. Bukan dia tidak bahagia karena akhirnya sah menjadi istri Rafka. Tapi karena pertemuan dengan Azzam yang membuat dia kehilangan senyumnya.

Zakiya sudah menduga hal ini pasti akan terjadi. Meski dia sudah menyiapkan mental, tetap saja pada akhirnya dia tidak bisa membendung kesedihannya. Kesedihan karena teringat masa-masa paling berat dalam hidupnya.

"Sayang, kamu koq ngelamun? kamu lapar tidak?" tanya Rafka dengan lembut sambil mengusap tangan Zakiya.

"Eh, Kak.. maaf ya." Zakiya melihat Rafka. Dia merasa bersalah dengan laki-laki yang begitu menyayanginya. Yang begitu tulus padanya.

"Ayo kita keluar. Aku ambilkan makan ya. Aku tahu kamu lapar. Aku juga lapar soalnya." ucap Rafka sambil sesekali menyalami para tamu. Di dalam area masjid sudah tidak ada tamu. Sekarang berganti di luar dimana semua tamu yang hadir mendapat jamuan makan.

"Iya Kak."

"Kak Rafka, Kak Zakiya, ini aku ambilin makan buat kalian. Kalian pasti sangat lapar kan?" ucap Hana sambil menyerahkan dua porsi nasi dengan lauk ayam goreng dan capcay.

"Tahu aja kamu, Dek. Makasih ya." ucap Rafka.

Dia mengambil dua piring yang diberikan oleh Hana. Zakiya dari tadi diam saja. Pandangannya kadang tertuju pada Azzam yang dengan tidak tahu malunya suap-suapan dengan kekasihnya. 'Tidak punya perasaan.' batin Zakiya. Tak terasa sudut matanya mengeluarkan airmata.

"Sayang hak.. ayo makan." Rafka menyuapkan nasi ke mulut Zakiya.

"Eh, Kak. Sini aku bisa makan sendiri koq." Zakiya berusaha mengambil piring dari tangan Rafka tapi lelaki itu menolak.

"Enggak.. Aku mau nyuapin kamu. Tuh lihat Kak Azzam aja yang belum sah sama calonnya suap-suapan romantis gitu. Masa kita yang udah halal kalah romantis sama mereka?" ucap Rafka.

"Tapi Kak..."

"Sudah ayo buka mulutmu. Kita makan bersama. Aku ingin menjadikan kamu ratuku. Mulai hari ini dan selamanya." ucap Rafka dengan senyum mengembang.

"Kakak terlalu baik sama aku."

"Ini adalah ungkapan syukurku karena Allah memberi jodoh seorang gadis sesempurna dirimu." ucap Rafka sambil menyuapi Zakiya.

"Aku tidak sesempurna itu, Kak." Zakiya rasanya ingin menangis setiap kali Rafka mengatakan seperti itu. Padahal kenyataannya dia tidak sesempurna itu.

"Yang bisa melihat kesempurnaan itu adalah aku, Sayang. Bagiku, kamu adalah yang terbaik di antara yang baik. Semua yang aku cari dari seorang wanita, ada padamu. Jadi plis.. jangan bilang seperti itu lagi ya."

"Kalau kenyataannya aku punya banyak kekurangan gimana kak?"

"Setiap manusia memang memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna. Tapi aku tidak melihat kekuranganmu. Aku melihat akhlaqmu. Kamu baik, sholehah, pintar, itu sudah cukup buatku. Cantiknya parasmu hanya sebagai nilai tambah dan kebetulan kamu memang cantik. Makanya aku sangat bersyukur akhirnya kita bisa menikah." Rafka terus menyuapi Zakiya. Bahkan dia melupakan dirinya sendiri yang juga sedang lapar.

"Apa kakak janji akan menerima segala kekuranganku, ika suatu saat nanti ternyata Aku punya banyak kekurangan setelah kita membina rumah tangga?"

"Harusnya kamu tanyakan itu sebelum kita sah menjadi suami istri, Zakiya. Aku sudah memikirkan semuanya. Kalau aku tidak yakin bisa menerimamu apa adanya, buat apa aku menikahimu. Kalau sebaliknya, aku yang punya banyak kekurangan, apa kamu bisa menerima?" tanya Rafka.