Chereads / DOSA MASA LALU / Chapter 20 - KEMESRAAN YANG DIUMBAR

Chapter 20 - KEMESRAAN YANG DIUMBAR

Azzam mungkin terlihat mesra dengan Kinan sedari tadi. Tapi sudut matanya kadang melihat ke arah Zakiya yang diperlakukan dengan manis oleh Rafka. Azzam mengingat-ingat dimana dia pernah melihat Zakiya sebelumnya. Karena dia cukup familiar dengan wanita bercadar itu. Lepas dari Zakiya adalah orang yang pernah dia hamili sebelumnya.

'Oh ya aku ingat. Kalau tidak salah dia adalah mahasiswiku di kampus. Yang waktu itu kita pernah berdebat.' Azzam tersenyum smirk.

Azzam kemudian melihat Rafka yang sedang menyuapi Zakiya. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak. Bahkan dia tidak memperhatikan Kinan yang ada di sebelahnya. Ucapan Kinanpun tidak dia dengarkan. Karena dia fokus melihat kemesraan Rafka dan Zakiya yang membuat hatinya panas.

"Sayang, dari tadi ngelihatin siapa sih? Aku ajak ngobrol koq diem aja? marah sama aku?" tanya Kinan sambil menyuapi Azzam.

"Eh, maaf sayang.. aku denger koq. Maaf ya. Coba ulangi lagi kamu tadi ngomong apa?" tanya Azzam dengan mulut manisnya.

"Uhh.. lagi mikirin apa sih? kenapa nyuekin aku?" tanya Kinan.

"Enggak koq sayang.. Aku cuma mikirin kamu. Aku kan cintanya sama kamu. Mau mikirin apa lagi?" Azzam berusaha merayu Kinan.

"Ya sudah deh... Kalau itu aku percaya sama kamu. Yank, kapan kita marriage nya? udah ga sabar nih."

"Ga sabar apa? mau kayak waktu di London dulu?" Azzam mencubit dagu Kinan. Kinan malu-malu menatap Azzam penuh cinta.

"He' em. I really want you, Darling." bisik Kinan di telinga Azzam.

"Kita bisa ke puncak kalau kamu mau." Azzam diam-diam mengusap tangan Kinan.

"Yang bener? oke.. kapan?" tanya Kinan sambil menatap Azzam.

"Kak Azzam, disuruh Papa dan Mama pulang sekarang." tiba-tiba saja Shafiya ada di hadapan mereka. Gadis berhijab itu tampak risih dengan kedekatan Azzam dan Kinan. Shafiya bahkan mengucap Naudzubillah mim dzalik dalam hati berulang kali. Agar jangan sampai melakukan seperti yang kakaknya lakukan.

"Nanti aja deh Dek. Aku masih sama Kinan. Nanti aku bisa pulang sendiri. Lagipula Kakak mau antar Kinan pulang dulu."

"Ga punya kaki apa? ga bisa pulang sendiri? aku ga tanggung kalau Papa marah ya, Kak." ucap Shafiya ketus. Lalu pergi meninggalkan Kakaknya dan Kinan. Shafiya geram. Dia bahkan tak sudi menyapa calon kakak iparnya itu.

"Yank, kalau Papamu marah bisa gawat donk. Nanti kamu dipecat jadi anak gimana?" Sebelah tangan Kinan meraba lengan Azzam.

"Ga masalah. Aku kan sudah punya pekerjaan jadi dosen. Kamu juga sudah kerja di kantor Papimu, kan?"

"Yah... tapi gaji dosen kan ga seberapa, sayang. Enakan jadi pengusaha. Kamu minta donk bagian perusahaan biar bisa bangun perusahaan sendiri. Lebih enak jadi enterpreneur tahu." ucap Kinan dengan logat manjanya.

"Baiklah.. apa sih yang enggak buat kamu. Nanti aku akan jadi direktur. Dan kamu akan jadi sekretarisku. Semua orang pasti iri. Karena aku punya sekretaris cantik dan sexy kayak kamu." Azzam kembali mencubit ujung hidung Kinan.

"Azzam, Papa mau bicara. Kita pulang sekarang." titah Abi yang tiba-tiba ada di depannya.

"Eh, Papa. Papa dan Mama pulang duluan saja. Nanti aku nyusul. Lagipula aku mau mengantar Kinan pulang dulu, Pah." jawab Azzam.

"Nanti bareng kita saja. Mama pusing katanya. Acara juga sudah selesai. Dan Papa ingatkan sama kalian. Ini masjid. Hargailah tempat ini. Jangan mengotorinya dengan bermesraan di sini. Kalian juga belum halal. Apa tidak malu bersikap seperti itu? Kinan kamu pulang bersama kami. Saya akan antar kamu pulang dulu. Azzam, Papa tunggu di tempat parkir." Abi meninggalkan Azzam dan Kinan. Mereka akhirnya salah tingkah saat beberapa orang di dekat mereka juga ikut melihat mereka.

"Sayang kita pulang aja deh. Daripada Papamu marah. Kenapa kita ga dinikahin aja sih. Malah bagus kan biar ga bikin malu. Mau mesra-mesraan juga ga ada yang larang." Kinan menggerutu sambil menenteng tasnya.

"Ya sudah ayo kita pulang. Sabar ya. Papa emang gitu. Tapi kalau udah tahu siapa kamu juga dia bakalan suka sama kamu koq." Azzam ikut berdiri.

"Kamu yakin?"

"Iya, aku yakin. Papa akan menerimamu kalau tahu kamu adalah wanita yang ramah dan pintar. Lebih pintar dari istrinya Rafka."

"Koq jadi bandingin aku sama wanita bercadar itu? ga level lah sayang. Aku ini magister lulusan luar negeri lho. Sedangkan dia apaan? paling Sarjana lokal saja belum lulus." ucap Kinan merendahkan.

"Ya makanya aku bilang istri Rafka ga ada apa-apanya sama kamu. Kamu itu berkelas. Ga selevel lah sama dia" Azzam merangkul Kinan lalu berjalan menuju parkiran sesuai yang diperintahkan Abi.

**

Arka dan Yumna hanya bisa mengelus dada melihat sikap Azzam dan kekasihnya. Risih melihat kedekatan di antara keduanya. Mereka berulang kali mengucap syukur. Karena anak mereka, Rafka, tidak sampai berhubungan dengan perempuan sampai segitunya. Dan dia juga bersyukur, Rafka akhirnya menikah.

"Pah, sejak kapan Azzam jadi berani begitu? apa dia tidak ingat pesan almarhum Ayah dan bunda? Bunda Almira dulu selalu mewanti-wanti anak cucu keturunannya jangan pernah ada yang pacaran. Karena pacaran itu mendekati zina.

"Papa juga tidak tahu, Ma. Tapi mungkin sejak dia tinggal di London. Kalau tidak salah, Bang Abi pernah bilang kalau calonnya Azzam itu dulunya juga kuliah di London. Mungkin mereka kenal di sana." Arka masih melihat Azzam dari kejauhan.

"Bang Abi dan Kak Salma gimana sih, masa kayak begitu ga ditegur. Kalau aku jadi Mamanya udah aku bejek-bejek itu anak berdua." ucap Yumna geram.

"Sabar, Ma. Bukan kewajiban kita. Aku yakin bang Abi pasti akan menegurnya. Lihat saja dari tadi Bang Abi dan Kak Salma juga mengamati mereka koq. Orang kalau lagi dimabuk cinta, dunia seolah milik berdua ya Ma. Yang lain ngontrak." ucap Arka.

"Tapi ini di lingkungan masjid lho, Pah. Apa mereka tidak malu. Astaghfirullah.. Naudzubillah."

"Sudah Ma. Tidak usah dipikirin. Mendingan kalau begitu, dinikahin aja kali ya."

"Iya lah, Pa. Bikin malu keluarga aja. Lihat aja orang-orang pada ngelihat mereka. Aduh koq jadi aku yang malu ya, Pah. Kita pulang aja yuk. Kita pamit sama Bang Darren dulu. Tapi ngomong-ngomong Bang Darren sama Mbak Renata kemana? kayaknya sejak foto-foto tadi mereka menghilang. Apa terjadi sesuatu dengan Mbak Renata, Pah? apa dia kembali depresi karena melihat Bang Abi?" Yumna tiba-tiba panik. Dia tadi tidak berfikir sejauh itu.

"Benar juga ya Ma. Kenapa tadi kita tidak mikir sampai ke sana? Bang Darren pasti sedang menenangkan Mbak Renata sekarang. Itu Rafka dan Zakiya ke sini. Kita tanya mereka saja. Kemana Bang Darren dan Mbak Renata."