Sejak ia melihat Azzam bermesraan dengan wanita berambut blonde di mall waktu itu, Zakia tak pernah lagi bertemu dengan Azzam. Bahkan di kampus juga dia berusaha untuk menghindar. Dan kegalauannya saat ini muncul lagi karena nanti dia akan mengikuti mata kuliah yang diampu oleh Azzam.
Setiap kali mengingat Azzam berduaan dengan wanita waktu itu hatinya bagai teriris. Bukan karena cemburu. Tapi karena kepahitan hidup yang harus dia jalani setelah Azzam menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab. Penderitaannya semakin bertambah karena dia harus keluar dari sekolah dan melanjutkan dengan sekolah di panti asuhan waktu itu. Pengalaman pahit yang akan selalu ia ingat meski dia sudah mencoba untuk melupakan. Tapi memori di otaknya itu tak bisa terhapus begitu saja. Bayangan Azzam yang dengan mudahnya lari dari tanggung jawab sangat membuat dia terpukul.
Kalau saja dia adalah orang jahat, mungkin saat ini dia akan membalas dendamnya. Tapi Zakiya memilih ikhlas. Setiap malam dia selalu berdoa agar Azzam diberi balasan atas perbuatannya dan membuka pintu hatinya. Bukan untuk dirinya, tapi agar Azzam bisa jadi laki-laki yang bertanggung jawab nantinya.
Saat menungu kehadiran dosen, Zakiya malah melamun. Dia menatap buku manajemen operasinya tapi tak ada niat untuk membaca. Dia hanya tak sanggup melihat Azzam lagi hari ini. Kalau saja dia bisa pindah ke kampus lain. Tapi dia tidak punya alasan untuk meyakinkan Darren. Zakiya tak mau Darren mengetahui keberadaan Azzam.
"Kamu ini melamun terus, Kiya. Emang ada apa sih?" tanya Tiana yang langsung membuat Zakiya tersadar.
"Gapapa koq Tiana." Zakiya tertunduk lesu. Ingin sekali dia tidak ikut mata kuliah hari ini. Tapi tidak bisa.
Laki-laki berkemeja warna abutua dengan celana bahan warna hitam itu berjalan perlahan memasuki ruangan. Wajahnya sangat tampan dan kulitnya yang bersih. Sambil menenteng tas laptop yang akan digunakan untuk mengajar nanti.
"Selamat pagi semuanya."
"Selamat siang Pak."
"Ya bagus. Berarti tidak ngantuk."
Azzam menjelaskan fungsi dan penerapan manajemen operasi dalam suatu perusahaan. Zakiya hanya mendengarkan dengan serius penjelasan Azzam tanpa ingin melihat laki-laki itu. Semakin menperhatikan Azzam, semakin dia merasa sakit. Bukan hanya materi yang masuk. Tapi bayangan masalalu yang menyakitkan itu berputar-putar di otaknya. Bagaimana bisa seorang laki-laki yang keji seperti Azzam bisa menjadi pendidik? Kalau bukan karena menjaga emosi Maminya, mungkin dia sudah melaporkan Azzam ke polisi. Karena Zakiya waktu itu masih di bawah umur. Gara-gara Azzam masa remajanya hancur. Zakiya tidak bisa merasakab menjadi remaja yang bahagia. Hidupnya penuh dengan kegelapan waktu itu. Kalau bukan dukungan dari Papinya, mungkin dia tak akan sanggup menata masa depannya.
Zakiya mengusap airmatanya. Dan rupanya Azzam melihatnya.
"Hei.. kamu kalau ada masalah sama pacar jangan dibawa ke tempat kuliah. Bukannya mendengarkan malah melo-melo di kelas. Coba jelaskan lagi apa tadi yang saya jelaskan Fungsi desain produk dalam Manajemen operasi." titah Azzam.
"Dengan tersedianya teknologi baru, penjualan suatu produk menjadi jauh lebih sederhana. Salah satu tugas utama manajemen operasi adalah untuk memastikan bahwa suatu produk dirancang dengan baik dan memenuhi tren pasar dan kebutuhan konsumen. Konsumen modern lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas, oleh karena itu sangat penting untuk mengembangkan produk berkualitas yang tahan lama dan berkualitas tinggi." jawab Zakiya sama persis dengan yang diucapkan Azzam.
"Ya sudah kalau begitu. Ternyata kamu masih memperhatikan walau sedang melo-melo. Kenapa? habis diputusin pacar? koq nangis?" ucapan Azzam membuat semua teman Zakiya menoleh ke gadis bercadar itu. Entah kenapa Azzam senang sekali membuat Zakiya malu.
"Maaf Pak saya tidak pacaran." Zakiya ingin menjelaskan pada Azzam panjang lebar tentang pacaran. Tapi percuma. Dia berada di tengah mahasiswa yang sebagian besar melakukan pacaran. Jadi cukup berkata seperti itu saja.
"Mana ada jaman sekarang anak muda tidak pacaran. Kadang saya lihat yang berhijab juga pacaran, mesra-mesraan. Jangan-jangan kamu juga." Azzam tersenyum miring. Pergaulan bebasnya di luar negeri seperti sudah membuatnya hilang akal sehat. Didikan Omanya dulu waktu Almira masih hidup rupanya hanya dianggap angin lalu oleh Azzam.
Zakiya berdiri. Dia tidak terima jika Azzam mengatainya seperti itu. Laki-laki itu perlu diberi pelajaran.
"Bapak Azzam, anda seorang muslim bukan? anda tahu kan pacaran dalam islam itu seperti apa hukumnya? anda orang terpelajar. Tanpa saya jelaskan panjang lebar, anda tentu tau arti potongan Ayat walataqrabuzzina. Anda lulusan luar negeri. Tentu anda ilmunya lebih tinggi dari saya. Jika ada orang yang berhijab melakukan hal yang tadi anda sebutkan, bukan salah hijabnya tapi pribadi orang itu sendiri. Jangan sama ratakan semua yang berhijab seperti itu. Kalau saya bilang ada seorang pendidik yang berbuat mesum dengan mahasiswanya, apa bapak mau saya sama ratakan bahwa semua dosen laki-laki seperti itu. Jangan salahkan profesi pendidiknya. Tapi oknumnya. Semoga bapak paham dengan penjelasan singkat saya. Karena saya yakin anda jauh lebih paham daripada saya. Maaf kalau saya salah ucap. Terimakasih."
Azzam membisu. Sejenak dia terlempar ke masa lalu. Nasehat Omanya, perbuatan dia yang menghancurkan masa depan Sellia dan meninggalkannya begitu saja. Tapi hati Azzam yang terlanjur beku mengabaikan ucapan Zakiya. Tapi menurut dia ucapan gadis itu menarik perhatiannya. Tapi sayup sayup dia seperti mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal saat Zakiya berbicara. Tapi dia lupa siapa?
"Baik saya tutup materi hari ini. Ada pertanyaan?" dua Jam mata kuliah hari ini terasa sangat cepat. Karena adanya perdebatan antara Zakiya dan Azzam. Tapi teman-teman Zakiya yang berhijab berterima kasih pada Zakiya. Karena ucapan zakiya yang bisa membungkam pendapat ngawur si dosen itu.
"Makasih ya Kiya kamu udah membuat dosen sombong itu mati kutu. Sebel banget aku sama dia. Ganteng tapi sombongnya naudzubillah. Mana bawa-bawa hijab lagi. Kayak sentimen banget dia sama wanita berhijab. Jadi pengen tahu emaknya sama bininya kira-kira pake hijab ga? koq sampe segitunya merendahkan orang berhijab." ucap salah seorang teman Zakiya yang juga berhijab lebar tapi tidak bercadar.
"Sudahlah ga usah kepo. Semoga saja dia bisa mikir." ucap Zakiya.
"Kiya, kantin yuk."
"Maaf aku lagi puasa, Tia."
"Oh ya lupa hari kamis ya. Oke deh aku sama Hana aja ke kantinnya. Jangan pulang ya. Habis ini ada makul lagi."
"Iya, Enggak koq. Aku tunggu di gazebo ya." Zakiya dan Tiana berpisah. Tiana pergi ke kantin sedangakan Zakiya ke Gazebo. Di sana juga banyak Mahasiswa yang sedang menunggu mata kuliah selanjutnya.
Dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan Zakiya. Sejenak tadi dia mengingat suara yang keluar dari mulut Zakiya. Dia jadi penasaran wajah dibalik cadar itu.