Suara Zakiya saat beradu argumen di kelas tadi, masih membuat Azzam penasaran. Dia benar mengenal suara itu. Namun ia tidak bisa mengingat siapa pemiliknya. Sampai jam mata kuliahnya selesaipun, dia masih penasaran. Hingga tadi dia sempat memperhatikan Zakiya waktu di gazebo.
'Kira-kira wajah gadis itu cantik apa tidak ya? aku jadi penasaran seperti apa wajah di balik cadar itu.' bisik Azzam dalam hati. Dia lantas pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya.
Saat keluar, dia melihat Zakiya menghampiri sebuah mobil mewah. Azzam seperti pernah melihat mobil itu sebelumnya dan dia lupa.
Dari kaca mobilnya, dia melihat Zakiya bersama seorang pria muda. Tapi tak jelas wajah lelaki itu. Hanya sekilas dia melihat dari kejauhan.
'Wow.. kejutan sekali kemarin om om, sekarang ganti yang muda.' Azzam tersenyum miring menatap mobil yang membawa Zakiya.
**
Zakiya dan Rafka sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Hari ini Rafka sengaja menjemput Zakia di kampus. Dia akan mengajak Zakiya memilih cincin yang akan dijadikan mahar untuk pernikahan mereka nanti.
Zakiya melambaikan tangannya saat melihat mobil Rafka telah sampai di depan gerbang kampusnya.
"Assalamualaikum, Kak." sapa Zakiya saat Rafka membuka kaca mobilnya.
"Waalaikumsalam, Dek. Ayo masuk. Ada Hana juga di dalam. Biarin dia jadi obat nyamuk." ucap Rafka bercanda. Dia sengaja mengajak adiknya agar tidak hanya berdua dengan Zakiya. Bagaimanapun juga mereka belum halal.
"Ah sudahlah memang nasib jomblo selalu jadi obat nyamuk." ucap Hana sambil menekuk mukanya.
"Hai.. Na, apa kabar? gimana kuliahmu?" Tanya Zakiya saat sudah duduk di bangki belakang bersama Hana.
"Alhamdulillah lancar. Tapi sedih karena belum ada yang menta'arufku. Kamu beruntung Kiya, udah di ta'aruf sama abangku."
"Sabar.. Nanti juga ketemu sama jodohmu. Barangkali malah langsung ketemu sama oppa korea." goda Zakiya
"Enggak ah.. aku ga suka oppa korea. Aku suka yang model kayak kakak Muzzammil Hasballah atau Taqy Maliq gitu." ucap Hana berseri-seri.
"Hafidz? minta dicariin kak Rafka donk kalau gitu."
"Eh jangan salah, Dek. Aku sudah berapa kali jodohin dia sama temen pondokku. Tapi dia ga pernah cocok. Adaaa aja cacatnya di mata dia. Entah model yang gimana yang dia cari." Sesekalo Rafka mencuri pandang lewat kaca spionnya. Melihat Zakiya di belakangnya. Satu bulan rasanya sangat lama. Ingin sekali dia mempercepat pernikahannya. Tapi sayang tidak bisa. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dia akhirnya berpuasa untuk menahan hawa nafsunya. Dan menundukkan pandangan. Karena mata itu sangat lemah.
"Kayak apa sih Na yang kamu pengen?" tanya Zakiya.
"Iya kayak yang aku sebutin tadi, Ki. Selama ini Bang Rafka jodohinnya emang hafidz. Tapi enggak good looking. Emang baik hatinya. Tapi kalau bisa kan yang good looking juga biar aku juga seneng ngelihat suamiku yang ganteng tiap hari."
"Ganteng-ganteng nanti malah banyak yang godain suamimu, Na. Emang enak apa punya suami kelewat ganteng. Apalagi sholeh. Makan ati nanti kamu dipoligami." celetuk Rafka.
"Ya kalau gitu aku carinya Hafidz, ganteng, setia." ucap Hana tak mau kalah.
"Terlalu tinggi, Na. Kamu itu harusnya bersyukur kalau ada yang ta'aruf. Yang penting mohon petunjuk yang terbaik untukmu. Ga usah memasang kriteria terlalu tinggi. Emangnya kamu udah sempurna? hafalan juz 30 aja baru kelar kemarin. Masih ada 29 juz lagi. Hayo... masih mau pasang target tinggi?" Rafka menggoda Hana sampai Hana akhirnya cemberut karena kakaknya tidak mendukung keputusannya.
"Sudah Kak, jangan godain Hana terus. Nanti bisa nangis dia. Hehehe." ucap Zakiya. Mereka bertiga memang sudah akrab dari kecil. Jadi ketika bertemu tidak ada canggung. Sudah seperti teman sendiri. Berubah canggung setelah Rafka berniat meminang Zakiya.
Tak lama mobil Rafka sampai di depan toko perhiasan langganan Mamanya. Di sana nanti mereka akan membeli perhiasan untuk mahar Zakiya. Hana hanya bisa menahan iri.
Mereka bertiga keluar dari mobil. Dan langsung disambut oleh pemiliknya sendiri. Karena sebelumnya Yumna sudah menelpon ownernya kalau anaknya akan membeli perhiasan di sana. Siapa yang tidak kenal perusahaan property Sakinah Property. Sebagai perusahaan property syariah pertama dan terbesar di Indonesia.
"Mas Rafka ya?" tanya pemilik toko.
"Iya, Tante. Saya mau nyari perhiasan untuk calon istri saya." ucap Rafka.
Pemilik toko itu menatap sekilas wanita bercadar biru di sebelah Rafka. "Oh ya ayo silakan masuk. Kalian bisa duduk di dalam. Nanti saya akan keluarkan koleksi terbaru kami." si pemilik toko mengajak ketiganya masuk ke dalam ruangan di belakang toko. Semua pembeli di situ menatap heran dengan siapa yang datang. Sampai diperlakukan seistimewa itu.
Mereka duduk di sofa warna hijau. Ownernya masuk ke dalam mengambil sesuatu. Yang tentu saja perhiasan model terbaru untuk ditunjukkan pada Rafka.
"Ini dia koleksi terbaru kami. Emas 24 karat. Semua model ada di sini. Silakan Mas Rafka kalau mau di lihat-lihat dulu."
"Iya Tante, makasih." ucap Rafka. Owner yang keturuan china itu tampak berseri-seri. Ya karena dia pasti akan kebanjiran rejeki hari ini.
Rafka, Zakiya dan Hana melihat dan memilih perhiasan yang modelnya bagus dan unik. Rafka memilih beberapa untuk Zakiya.
"Perhiasan yang dipilihin Bang Rafka cantik-cantik Ki, minta tambah lagi aja yang banyak. Dia kan banyak duit. Udah jadi pembicara, masih jadi bos SP lagi. Kurang apalagi coba. Udah porotin aja, Ki." ucap Hana.
"Hushhh.. kamu ini apaan sih Na. Aku bukan cewek matre kali." Zakiya tak pernah berfikir kalau sahabat kecilnya ini sebentar lagi akan menjadi adik iparnya.
"Ga usah dengerin Hana, Ki. Dia bisa menjerumuskanmu nanti." Rafka tersenyum sambil melihat perhiasan mana lagi yang akan dia beli lagi.
"Apa aja, Na. Yang penting pilihan Kak Rafka aku mau aja koq."
"Yang banyak, Mas Rafka. Mumpung ada barangnya. Ini semua limited edition lho. Kami tidak jual di etalase depan. Karena yang ini memang khusus untuk mereka yang ingin punya perhiasan yang tidak pasaran modelnya." ucap si owner.
"Iya Tante, makasih. Semua memang cantik. Tapi lebih cantik lagi calon istri saya. Perhiasan ini pasti akan jadi lebih cantik kalau dia yang memakainya." ucap Rafka yang ternyata juga bisa menggombal.
"Mas Rafka ini suka menggombal juga ya. Kecantikan calon istrinya Mas Rafka ini seperti mutiara ya. Tertutup tapi nanti hanya Mas Rafka yang boleh melihatnya kan ya?"
"Ya Tante. Itu makanya saya bilang cantik. Karena kelak kecantikannya hanya saya yang bisa menikmati. Ah saya jadi kebelet pengen nikah nih, Tante."
"Mas Rafka ini lucu juga ternyata. Mbaknya ga salah pilih nih. Udah ganteng, kaya, baik hati, suka bercanda lagi."
"Iya tante.. Saya beruntung." ucap Zakiya.
Zakiya menunduk. Sejenak dia meresapi kata-kata Rafka dan pemilik toko. Dia memang beruntung. Tapi bagaimana dengan Rafka? apa pantas laki-laki sesempurna Rafka mendapat wanita seperti dirinya?