Chereads / You Are My Eyes / Chapter 2 - Kehilangan Pekerjaan [CHAPTER 2] Revisi

Chapter 2 - Kehilangan Pekerjaan [CHAPTER 2] Revisi

VINA POV

-----=-----

2 Tahun Kemudian

"Maafkan saya Vin… kamu dipecat saat ini juga!"

"Kenapa bos? Apa saya melakukan kesalahan ?" Tanyaku meminta penjelasan pada bos.

"Bukan! Kinerja kerja mu sangat bagus Vin, hanya saja… Umhh..." Bosku diam bingun ingin menjelaskan.

"Aku tahu kamu tertekan kerja disini karna karyawan yang lain, dan mereka selalu mengeluh dan tidak nyaman dengan kamu, demi kenyamanan toko ini, aku terpaksa membuatmu berhenti kerja, maaf Vin."

Aku mengerti maksudnya, para karyawan disini tidak suka denganku. Seorang yang cacat karna kinerja yang baik dan selalu mendapat pujian dari bosku dan bonus gaji.

"Baiklah bos, terimakasih sudah menerima dan menenuntun saya untuk bekerja sampai saat ini." Ucapku lalu pergi.

Ini adalah pekerjaan yang kelima ku di pecat karen kecacatnku. Aku selalu pergi dengan doggi ku Bili dan the white cane ku saat ini untuk menuntunku pergi. Ku meninggalkan toko dengan ekspresi biasa namun hatiku merasa sakit.

CEKLEEK!!

Ku buka pintu apartemenku, tempat tinggalku saat ini bersama Bili.

"Makasih yahh Bili untuk hari ini."

Aku berjalan ke daerah dapur dan mengambil kotak makanan untuk memberi Bili makan.

"Kamu sudah berusaha keras hari ini, terima kasih" Ucapku sambil mengelus bulu Bili yang saat ini yang sudah menemaniku selama 1 tahun lebih ini.

Pada saat aku benar-benar didiagnosis menderita lumpuh mata aku hanya pasrah dan sering menangis diam-diam agar tidak ketahuan Nindi dan kedua orangtuanya. Mereka semua baik padaku mereka menganggap aku sebagai salah satu keluarga mereka. Aku senang mereka tidak meninggalkan aku walaupun aku sudah menjadi jijik.

Menjadi pusat semua orang, walaupun aku tidak bisa melihat sekeliling tapi aku selalu merasakan bahwa aku selalu menjadi pusat perhatian, selalu berbisik-bisik yang membuatku tidak nyaman, namun aku harus menerima semuanya. 'Diam' itulah salah satu cara saat ini.

Mengingat keadaanku seperti ini membuatku harus kuat namun saat ini aku benar-benar tidak sanggup lagi.

Sruuk!!

Aku kaget ternyata pada saat aku menangis Bili mengelus lenganku dengan kepalanya. Itu membuat aku bertambah menangis saat ini. Hanya Bili yang tahu kesedihan ku.

"Bili jangan pernah tinggal aku juga ya, tanpa kamu aku sudah tidak tahu lagi." Kupeluk Bili sekuat-kuatnya untuk memberiku kekuatan.

-----=-----

Siang ini aku akan pergi ke toko sahabat ku Nindi, ia membuka toko salon perawatan hewan doggi, dan selalu disana aku memberikan perawatan pada Bili.

Ketika dijalan raya aku bisa merasakan semua aktivitas manusia berlalu lalang saat ini. Bili dan tongkatku yang selalu menuntunku berjalan. Aku punya Bili bukan hanya semata-mata sebagai penuntun jalanku agar cepat sampai ke tujuan tapi aku membutuhkan yang selalu bersamaku pada saat aku sedih.

Tringg!!

"VINAA…" Suara cempreng yang aku kenal adalah Nindi sahabatku satu-satunya. Nindi memelukku bisa kuketahui dari aroma tubuhnya bau stroberi.

"Hei jahat… baru sekarang mengunjungiku setelah beberapa minggu sibuk tidak pernah main denganku" Suara Nindi kesal manja padaku.

"Maaf… kan tahu aku kerja tiap hari hehe"

"Udah makan?"

Aku hanya mengangguk.

".Ya udahh… duduk dulu yaa… aku mau kebelakang bentar, pekerjaan memanggil nanti aku susul kamu, hanya bentar kok ngak lama, dan aku kerja jangan pergi kemana-mana sampai aku datang yaa… awas lhoo.." Ucap Nindi panjang lebar tanpa berhenti.

"Iya cerewet… sana pergi!!" Dengan mendorong Nindi untuk pergi.

-----=-----

"Maaf lama yahh…" Terdengar suara Nindi. Aku hanya mengangguk.

"Jadi?" Tanyanya tiba-tiba membuat ku bingung.

"Jadinya apanya?"

"Aku sudah mendengar kabarnya, kamu di pecatkan?" Aku sontak kaget dan membuatku menyeburka air yang mau ku minum tepat di depan Nindi.

Bruuhhh..!!

"Yahhh… Vin, kamu kok jadinya buat aku cuci muka sihh!?" Ucap Nindi dengan nada kesel.

"Maaf… sengaja tadi hehe... kalian masih menyewa mata-mata untuk mematai kehidupanku?"

"Dasar… cewek iblis. Kami ngelakuin itu karna mama papa khawatir dengan kamu setelah memutuskan untuk hidup sendiri dan meninggalkan rumah."

"Keluargamu terlalu baik padaku... ohh... Kalau aku cewek iblis, ngapain masih berteman sama aku?!"

"Hanya aku yang bisa bertahan berteman ama kamu sampai saat ini, seharusnya kamu berterimakasih huh!!" Aku terbiasa dengan ucapan pedasnya karena memang seperti itulah Nindi ceplas ceplos pedas.

"Jadi, ceritakan cepat, kenapa kamu bisa dipecat!" Perintah dia.

Aku menceritakan semuanya alasan kenapa aku dipecat di tempat pekerjaanku.

"Jadi sekarang, kamu bagaimana? kebutuhan sehari-hari kamu gimana? mau menjual rumah itu?"

Karena dia tahu aku merasa segan kepada dia dan orang tuanya yang selalu membantu kebutuhanku. Tapi aku menolaknya dengan keras bantuan mereka, karena aku mereka sudah banyak membantuku selama ini.

Karena orang tuaku dulunya seorang yang sukses, dan mengalami kebangkrutan karena meninggalnya orang tuaku dan orang tua Nindi yang merupakan sahabat karib papa ku juga merupakan teman sebisnis. Di dunia ini aku tidak mempunyai saudara ataupun sepupu yang dapat membantu ku.

Akhirnya pada saat itu paman mengusulkan untuk menjual saham sepenuhnya perusahaan papa. Dan aku mengiyakan ususulan paman tersebut.

Rumah menjadi tempat tinggal sehari-hari keluargaku dulu aku menjualnya juga dan hasil penjualan rumah itu aku sumbangkan ke yatim piatu dan memberikan kebutuhan khusus yang buta seperti aku yaitu alat penuntun jalan orang buta.

Rumah itu yang diucapkan oleh Nindi merupakan rumah pertamaku yang berada dikota kecil, satu-satunya dan peninggalan orang tuaku dan merupakan tempat kenangan indah tertinggal bersama keluargaku.

Dan rumah keduaku berada dikota, karena pekerjaan papa yang menyebabkan kami pindah dan hanya sesekali berkunjung dirumah pertama itu. Rumah dengan nuansa sederhana dikelilingi kebun dan sawah yang memang rumah itu berada di desa jauh dari kota.

"Ngak Nin, aku tetap tidak akan menjual rumah itu, rumah itu adalah hartaku satu-satunya." Ucapku sambil membayangkan rumah tersebut.

"Jadi, selanjutnya bagaimana?" Tanyanya lagi.

"Aku akan mencari pekerjaan lagi"

"Baiklah, kalau begitu bekerja saja ditoko aku!" Ucapan dia membuatku kaget lagi.

"Benarkah??"

"Iya, kamu bisa kerja di toko aku ini, kita kan sahabat, lagian kamu suka dengan hewan dan kelihatannya juga hewan-hewan di toko penitipanku ini suka ama kamu daripada aku hehe..."

"Mungkin karena aku sudah lama dengan Bili, dan dia yang selalu mengantarku kemanapun." Jawabku sambil mengelus-ngelus bulu Bili dengan kasih sayang.

"Vina, apapun suka duka kamu, itu juga suka duka aku juga, karna aku dan keluargaku sudah menganggap kamu bagian dari keluarga kami, jadi jangan sungkan dengan aku dan keluarga ku!"

"Makasih banyak ya Nin, kamu memang sahabatku yang the best hehe… Hanya kamu dan Bili yang kupunya dan yang aku percaya didunia ini"

Mereka bedua saling berpelukkan dengan candaan tawa yang terdengar di toko salon peliharan hewan..

-Continued-

Mohon maaf jika ada penulisan atau kata-kata yang salah & maaf ceritanya aneh masih tahap belajar membuat cerita menjadi menarik.

Mohon bantuan kritik dan sarannya dari readers untuk membantuku maximalkan lagi penulisanku ini.

Terimaksih

Happy Reading 😁