ADHI POV
-----=-----
Di acara pesta ulang tahunku sekaligus mengumumin bahwa kakakku Adipratama akan mengambil perusahaan ayah seluruhnya. Dan di pesta ini juga aku harus memastikan keanehan yang terjadi padaku sebelumnya karena perempuan itu.
Aku mengarang pada Nadine untuk mengundang Vina dan sahabatnya Nindi alibi sebagai undangan permintaan maaf atas kejadian pada saat itu tapi Nadine sepertinya salah menangkap maksudku dilihat dari senyuman nakalnya pada saat itu, aku ngak tahu apa yang ada di pikirinnya.
Sudah hampir satu jam lebih aku menunggu yang aku tunggu di ruangan pesta ini tapi tidak ada, kemana mereka? Aku melihat-melihat sekeliling ruangan ini untuk mencari mereka namun nihil.
"Pak Adhi? Pak Adhi?" Spontan aku menoleh ke yang memanggil namaku saat ini yang merupakan teman bisnis ayahku.
"Ahh… maaf Pak Indra. Apa bapak bilang sesuatu saya kurang fokus." Ucapku terhadap orang-orang yang lebih tua dan merupakan para dewan direksi perusahaan yang ada di hadapanku saat ini.
"Apa pak Adhi mencari seseorangkah?" Sahut salah satu lagi.
"Iya, saya sedang mencari seseorang, kalau begitu saya permisi dahulu bapak-bapak sekalian, selamat menikmati acaranya!" Lalu aku pergi mengitari ruangan ini lalu berhenti di sebuah meja untuk mengambil minuman tidak sengaja mendengar obrolan dua orang cowok itu.
"Lihat cewek-cewek itu cantik-cantik banget, mau kita samparin?" Ucap cowok itu.
"Ok, aku mau cewek yang yang pakai baju biru itu!" Ucap satu cowok yang disebelahnya, selagi mereka membahas yang mau mana di dapatkan oleh mereka. Aku melihat ke arah dua cowok itu bicarakan tadi, tiga perempuan yang sedang duduk dan berbincang di pinggir pesta itu.
Lalu aku melihat perempuan yang tidak asing bagiku dari jarak ynag sedikit jauh dariku. Bukannya itu Anindi temannya Vina, mungkinkah? Aku langsung menyamperin mereka duluan sebelum dua orang cowok itu datang duluan, enak aja mau nyamperin mereka.
Ohh… tidak semudah itu ferguso, diantara mereka ada yang aku nantikan.
Aku berjalan mendekati mereka, namun aku terpana melihat wanita yang sudah aku tunggu-tunggu, begitu cantik menawan dimataku, memakai baju warna biru tua yang pas ditubuhnya begitu menggodaku.
Ohh tidak Adhi jangan berfikir kotor, hilanglah kau iblis dari pikiranku!!
"Maaf menggangu waktunya Nona-nona." Ucapku kepada mereka tapi pandanganku tetap tidak bisa lepas dari Vina yang sudah didepan mataku sekarang.
Good job adikku, ternyata ngak salah aku meminta Nadine untuk mengubah penampilan Vina.
"Kakak!!" Ucap Nadine. Aku mengabaikan Nadine dan fokus kepada Vina saat ini, benar-benar perempuan ini tidak bisa lepas dari pandanganku sekarang.
"Terima kasih kepada nona Elviina dan nona Anindira sudah datang ke acara ulang tahun saya dan kakak saya."
"Ohhh tidak tuan Adhiatma Mahardika, kami berdua yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena sudah mengundang ke acara yang besar seperti ini." Ucap Nindi teman Nadine dengan ramah.
"Iya tuan kami yang seharusnya menucapkan terima kasih karena telah mengundang orang luar ke pesta ini. Dan anda bisa panggil kami Vina dan Nindi tuan. " Ucap Vina dengan.
Ohh… tidak suaranya kenapa begitu merdu terdengar oleh ku.
"Kalau begitu kalian juga bisa panggil aku Adhi dan kalian ngak perlu memanggilku tuan, Adhi saja sudah cukup!"
"Baik Adhi." Ucap Nindi.
Aku ingin berduaan dengan Vina saat ini, tapi bagaimana caranya. Aku bingung dan sedikit gelisah, kenapa otakku yang biasa aku gunakan tidak bisa berfkir disaat ada di depan Vina.
"Emhh.. Tuan.. ehh.. maksud saya Adhi, apakah anda mau mengajarkan sahabat saya ini untuk berdansa.
Sudah lama dia tidak berdansa dan aku yakin dia lupa semuanya makanya aku ingin dia mengingatkan lagi bagaimana caranya berdansa, apakah Adhi mau?".Ucap Nadine membuat kami bertiga tekejut.
Aku melihat Vina yang menyenggol sikut Nindi seperti tanda keberatan. Lalu melihat tatapan dan ekspresi Nindi mengharapkan sesuatu. Sepertinya aku begitu bodoh atau Nindi yang begitu pintar untuk membaca ekspresi seseorang, kuakui dia luar biasa.
Untuk kali ini aku sepertinya bodoh, lepas kendali karena perempuan ini dan untuk selanjutnya aku harus berhati-hati lagi agar tidak mengeluarkan kelemahanku.
"Jika nona Vina tidak keberatan berdansa dengaku." Aku menjulurkan telapak tanganku di depan Vina.
"Tentu saja kak, Vina ngak keberatan, ya kan Vin?" Ucap Nadine lagi.
"Nadine!!" Bisik Vina pada Nadine namun tetap terdengar denganku. Lalu Nadine melatakkan tangan Vina di telapak tanganku dengan paksa yang membuat Vina terkejut dan ingin melepaskannya namun dengan cepat aku menggenggam tangan kecil dan lembut itu yang membuatnya tambah kaget.
Aku tersenyum melihat ekspresi kaget dia sangat imut dan ku lihat lagi dia salah tingkah dan wajahnya memerah sangat manis. Aku tersenyum melihat ekspresi Vina saat ini, ku ingin melihat sisi lain dari dia.
"Ta ta tapi Tuan Adhi.. saya tidak bisa melihat. Saya akan mempermalukan tuan di hadapan semua orang nanti, lebih baik saya tidak perl…"
Ku dekatkan wajahku ke wajahnya hingga aku bisa merasakan nafas dari mulutnya yang berbicara saat ini.
"Aku yang akan jadi matamu." Ucapku dengan pelan dan memotong ucapnya.
Ku lihat dia kaget mendengar ucapanku dan mata kami bertemu, sesaat kami terdiam dan aku melihat mata yang sedang menatapku saat ini, mata yang indah sangat indah. Apa Engkau menciptakan mata umatmu begitu indah seperti ini Tuhan?!
--Continued--