VINA POV
-----=-----
"Aku yang akan jadi matamu." Kagetku mendengar perkataan Tuan Adhi sehingga aku mendongakkan kepalaku mengarah suara yang bicara itu. Apa maksud dari perkataannya memuatku salah paham saat ini.
Saat ini yang bisa kurasakan hembusan nafasnyanya tepat di depan wajahku. Dia dekat sekali, bulu kudukku berdiri, debaran jantungku terasa kencang membuatku malu setengah mati.
Apa yang dilakukannya, kenapa hembusan nafasnya masih terasa olehku? Aku menarik tanganku yang digengam oleh pria ini namun dia mencengkram tanganku dengan kuat membuatku tidak bisa melepaskan tanganku di tangganya.
"Mari Tuan putri Vina" Suara dia begitu lembut dan memabukkan terdengar olehku dan perkataannya membuatku degdegan setengah mati.
Dia menuntun ku untuk berjalan dengan mengenggam tanganku saat ini karena aku memang tidak membawa tongkatku saat ini. Dan aku setengah mati kaget dan hampir terpekik saat tangan yang tadi megenggam tanganku tadi menjadi merangkul punggung bagian bawah yang tidak tertutup oleh pakaian.
Oh My God, sentuhan tanganya menyentuh bagian kulit punggungku membuat jantungku semakin tidak karuan, bagaimana ini?!Setelah berhenti dia menggenggam dan mengangakat tangan kananku dan tangan kiriku berada di bahunya yang lebar dan kuat.
Suara musik di ruangan ini mulai terdengar dan kami berdua mulai manari, dia menuntun tarianku yang masih kaku. Selama menari aku hanya menunduk kepalaku karena aku merasa malu dan aku yakin aku membuat malu Tuan Adhi saat ini.
Aku ingin berhenti dan ingin melepaskan tanganku di tangannya namun dia menarik lagi tanganku lagi.
"Mau kemana?" Ucap dia yang dimana kami berdua masih berdansa.
"Lebih baik kita sudahkan saya Tuan, sa saya merasa tidak enak!"
"Adhi, bukan Tuan!" Ucap Adhi tidak suka.
"Ah iya maksud saya Ad… Apakah saya boleh memanggil kak Adhi saja karena saya merasa… itu… segan." Ucapku pelan sambil menunduk lagi.
-----=-----
AUTHOR POV
-----=-----
Mendengar ucapan Vina yang begitu pelan namun tetap terdengar oleh Adhi, ia tersenyum. Lalu memegang dagu perempuan itu dan mengangkat kepala perempuan yang dari tadi menunduk sehingga selama berdansa dia tidak bisa melihat mata indah itu.
Mata yang benar-benar indah piker Adhi. Mata itu membuat Adhi ingin memilikinya seorang. Dia hanya akan jadi milik Adhi seorang. Saat ini Adhi mulai tahu perasaan yang tidak tenang dan nyaman selama ini dikarenakan perempuan yang ada di hadapannya saat ini.
Dia menyukai perempuan itu dan dia memutuskan bahwa Vina akan menjadi miliknya apapun orang-orang bilang kedepannya nanti dia hanya menjadi milik Adhi seorang dan sekali apa yang Adhi putuskan tidak ada yang bisa menghalangi dan mengganggu gugatkan lagi.
"Kamu bisa memanggil aku apapun! Dan lagu belum berhenti sehingga kamu belum boleh pergi!" Perintah Adhi dengan lembut namun terkesan memerintah.
Vina mulai merasakan gejola yang membara di dadanya, apakah dia jatuh hati pada laki-laki yang dihadapannya saat ini, walaupun belum tahu bagaimana rupa dan sifat laki-laki itu.
Mereka berdua tetap berdansa dan Adhi tetap menatap mata seluruh wajah Vina dengan seksama. Tangan yang awalnya dari dagu beralih menyentuh mata itu lalu hidung dan pipi Vina. Vina yang merasakan tangan Adhi menyentuh seluruh wajahnya merasa gugup dan risih dan lama-kelamaan kerisihan itu berganti menjadi kenyamanan.
Vina jatuh hati pada laki-laki itu. Belum pernah sama sekali dia merasakan ini, dia ingin mengenal Adhi, ingin terus bersama dengannya. Ingin meraskan kehangatan ini selamanya.
Mereka berdua merasa nyaman dengan tindakan yang dilakukan saat ini dan tersadar kembali pada saat semua di ruangan ini bertepuk tangan dan lagu sudah berhenti menandakan semuanya sudah berakhir. Dengan cepat Vina melepaskan tangannya dari pria itu.
"
Terima kasih Tuan Ad…. Maksudku kak Adhi karena mau berdansa dengan saya." Ucap Vina.
"Terima kasih kembali, Vina, sudah mau berdansa dengan saya." Ucap Adhi yang masih menatap Vina." Aku akan mengantarkan mu kepada sahabatmu, mari!" Sambung Adhi lagi sambil menggenggam tangan Vina kembali untuk menuntunnya.
Setelah Adhi mengantar Vina ke sahabatnya yang sedang mengobrol dengan tamu tersebut yang merupakan sahabat Adhi.
"Terima kasih Adhi sudah menjaga sahabat saya." Ucap Nindi kepada Adhi dengan senyuman puas.
"Terima kasih kembali Nindi sudah memberi saya kesempatan, apa kita bisa berbicara sebentar berdua?" Ucap Adhi dengan senyuman namun di balik senyuman itu Nindi merasakan hal yang tidak baik akan terjadi.
"Baiklah"
Mereka bedua pergi ke tempat yang tidak jauh dari lokasi Vina dan Nadine saat ini. Mereka berdua saat ini berada di balkon ruangan yang minim cahaya.
"Jadi, Adhi mau membahas topik apa? Masalah Vina atau bantuan dari saya?" Ucap Nindi dengan tenang dan tetap tersenyum.
"Anda sangat pintar, saya akui walaupun kita baru bertemu namun saya yakin atas pilihan anda saat ini, maka dari itu saya ingin bekerja sama dengan anda saudara Nindi!"