"Jika dia memang mencintaimu, niscaya dia akan mempedulikan dirimu. Jikalau dia tidak mempedulikan dirimu, bisa saja dia memimpikanmu."
~ Putri Shuiliu Meili
🔥💦🔥💦🔥💦
Di kediaman seorang putri dari Kerajaan Shui terlihat beberapa pelayan berlalu lalang. Mereka adalah pelayan Kerajaan Shan yang ditugaskan melayani seorang putri yang tinggal di kediaman tersebut: Paviliun Magnolia.
Di dalam kamar sang putri. Seorang pelayan dengan jepit rambut bunga di kepalanya tampak menangis seraya mengguncangkan tubuh gadis di depannya.
Gadis itu terlihat memesona dengan hanfu ungu yang dipakainya. Kulitnya yang seputih giok membuat dirinya seperti peri. Gadis itu membuka matanya. Menatap sekeliling dengan pandangan waspada.
Ruangan itu sangat besar dengan dinding yang terbuat dari kayu. Sebuah cermin perunggu besar terlihat berdiri tegak. Jendela yang dilengkapi tirai kuning itu tertembus oleh sinar mentari. Bunga peony di dalam pot bunga kelihatan anggun dengan warna mahkota bunganya yang pink cerah.
"Nona, akhirnya kau bangun. Maafkan pelayan ini, Nona. Pelayan ini salah. Tolong hukum pelayan ini, Nona."
Gadis yang dipanggil dengan sebutan nona itu menatap pelayannya. Wajah yang terasa asing bagi dirinya. Dia berpikir. Mengapa tiba-tiba dia ada di sini? Bukankah dia sudah mati? Bukankah tadi dia berada di dekat trotoar jalan? Dan di mana ini? Mungkinkah ini zaman kuno? Jika ya, itu berarti dia ....
"Siapa kamu?" ucap gadis berhanfu ungu.
"Saya Da Lia Yu. Pelayan sekaligus teman masa kecil Anda, Putri Shuiliu Meili."
Deg!
Hatinya seperti tersengat listrik. Namanya tetap sama bahkan saat dia telah bertransmigrasi. Dan kini dia menjadi seorang putri yang memiliki pelayan yang akan melayani dia setiap saat.
Dia teringat ucapan gadis kecil yang diselamatkannya itu. Mungkinkah Surga benar-benar membalas perbuatannya? Jika benar begitu, dia harus berterima kasih karena dia diberi kesempatan lagi untuk hidup. Meskipun dia tidak tahu di mana dia tinggal, dia tetap bersemangat.
Tempat baru. Orang-orang baru. Suasana baru. Cerita baru. Yang pasti tidak ada sahabat dan mantan kekasihnya.
Putri Shuiliu Meili tersenyum. Ini benar-benar kebahagiaan. Transmigrasi ini terasa seperti kelahiran kembali baginya. Sebagai seseorang yang berpengalaman, dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
"Bangunlah. Siapkan air hangat! Aku akan mandi," ucapnya tegas.
Da Lia Yu pergi. Putri Shuiliu Meili bangkit dari ranjangnya. Dia duduk di depan cermin. Menatap pantulan dirinya yang baru. Wajahnya tubuh putri yang ditempatinya ini lebih cantik daripada wajahnya di dunia modern. Betapa transmigrasi yang menyenangkan.
🔥💦🔥💦🔥💦
Para pedagang terlihat bersahut-sahutan meneriakkan dagangannya. Teriknya mentari seolah menjadi api yang membakar semangatnya. Orang-orang lainnya berkeliling mencari barang yang mereka butuhkan. Dan di antara orang-orang itu ada Putri Shuiliu Meili.
Gadis itu mengenakan hanfu ungu yang tidak terlalu mewah, tetapi tampak anggun di tubuh rampingnya.
Langkah kakinya yang ringan membawanya ke salah satu pedagang. Yang mana di tempat pedagang itu terjadi tawar-menawar. Si pembeli tidak menyerah mengeluarkan kata-katanya dan si penjual pun tidak menyerah dalam mempertahankan pendapatnya.
"Tuan, tolonglah. Aku ini seorang pangeran, tidak mungkin aku tidak punya uang. Aku pasti akan membayarnya kepadamu," ucap seorang lelaki berwajah anak-anak.
"Jika kamu mempunyai uang, lekaslah membayarnya. Jika kamu tidak mempunyai uang, pergilah."
Putri Shuiliu hanya memandang mereka. Dia menatap wajah lelaki berwajah anak-anak itu. Wajahnya yang lucu nan imut itu membuatnya tertarik mendekatinya.
"Berapa yang harus dia bayar?" tanya Putri Shuiliu Meili.
"Enam puluh koin tembaga, Nona."
Gadis itu mengambil perak di balik hanfunya. Dia memberi perak itu kepada pedagang. Dia menatap lelaki wajah imut sekali lagi sebelum akhirnya dia berbalik dan pergi.
Sementara itu, lelaki wajah imut hanya memandang kosong ke sosok Putri Shuiliu Meili. Dia masih terpaku pada sikapnya yang tiba-tiba berubah. Putri Shuiliu Meili dikenal pemalu dan tidak pernah pergi ke selain dua tempat: Paviliun Magnolia dan Perpustakaan Cahaya, kecuali acara resmi. Beberapa saat setelahnya, lelaki wajah imut akhirnya tersadar dari lamunannya.
"Putri Shuiliu Meili!" teriaknya.
Putri Shuiliu Meili berhenti. Dia menengok. Melihat lelaki berwajah imut itu tengah berlari mengejarnya. Dia bertanya-tanya siapa lelaki dengan wajah imut itu. Mungkinkah dia benar-benar seorang pangeran? Karena lelaki itu tahu namanya.
"Putri Shuiliu Meili, terima kasih atas bantuanmu. Di kesempatan lain, aku pasti akan membalasnya. Dan kenapa kamu pergi ke pasar? Bukankah kamu tidak pernah pergi ke tempat lain selain Paviliun Magnolia dan Perpustakaan Cahaya?"
Gadis itu mendadak bingung. Ternyata pemilik tubuh ini hobi membaca dan tidak pernah pergi ke tempat lain selain ke Paviliun Magnolia dan Perpustakaan Cahaya. Sementara kepergiannya ke pasar menimbulkan pertanyaan di pikiran lelaki itu. Sepertinya lain kali dia harus berhati-hati lagi agar tidak menimbulkan kecurigaan kepada yang lainnya.
"Ya, sama-sama. Aku pergi dulu," ucap Putri Shuiliu Meili dan dilanjutkan berlari.
Lagi dan lagi, lelaki berwajah imut itu termenung. Dia heran. Dengan wajah yang seimut dan setampan dia Putri Shuiliu pergi. Biasanya para gadis langsung jatuh cinta dalam pandangan pertama, tapi ini ....
"Mungkin jiwanya terganggu karena itulah dia menghindar dari orang paling tampan. Sungguh malang nasibnya," batin lelaki berwajah imut.