"Ada saatnya aku lelah dengan semua harapan. Ada saatnya aku kecewa dengan semua harapan. Ada saatnya aku ingin membuang mereka, tetapi kau datang dan mengembalikan mereka kepadaku."
~ Putri Shuiliu Meili
🔥💦🔥💦🔥💦
Langit malam yang gelap perlahan membiru. Meski mentari belum muncul, Putri Shuiliu Meili sudah berlari mengitari kediamannya. Semilir angin meniup rambut panjangnya yang tergerai. Butiran keringat di wajahnya tidak ia hiraukan.
Setelah satu shi chen¹, Da Lia Yu datang membawa nampan yang berisi beberapa buah dan air minum. Dia menghampiri Putri Shuiliu Meili.
"Aku akan pergi. Mungkin siang ini aku tidak berada di sini. Jadi, jangan tunggu aku. Kalau Lao Qi Ye datang, katakan saja bahwa aku sedang pergi. Atau, Pangeran Di Xue Shan datang, katakan hal yang sama. Aku pergi dulu," ucap Putri Shuiliu Meili sebelum akhirnya berjalan pergi.
"Putri Shuiliu!"
Mendengar panggilan Da Lia Yu, gadis itu berhenti dan menoleh.
"Pakailah jubah ini. Jubah biru tua yang khusus dibuatkan oleh Pangeran Liu Shen Ri untukmu. Jangan khawatir, tidak ada yang mengetahui jubah ini karena itu dibuat Pangeran Liu Shen Ri di tempat spesifik," ucap Da Lia Yu seraya memakaikan jubah biru tua itu pada Putri Shuiliu Meili.
Mendengar nama kakaknya disebut, dia langsung bersemangat. Dia tidak tahu mengapa setiapkali berurusan dengan sesuatu yang menyangkut Pangeran Liu Shen Ri dia menjadi lebih bersemangat. Padahal di ingatannya, kenangan tentang Pangeran Liu Shen Ri tidak terlalu banyak.
Putri Shuiliu tersenyum lembut kepada Da Lia Yu. Setelah itu dia bergegas pergi. Meninggalkan Paviliun Magnolia dan Istana Magnolia.
.
.
Ciri khas pasar pasti memiliki penjual dan pembeli juga terdapat transaksi jual beli. Para pedagang menawarkan dagangannya. Sementara, para pembeli menawar harga dagangan. Pasar di dunia itu masih tergolong pasar tradisional.
Putri Shuiliu Meili berjalan tenang di tengah kerumunan masyarakat yang ramai. Hari ini adalah hari dimulainya kehidupan Putri Shuiliu Meili yang baru.
Gadis itu pergi ke beberapa toko yang telah menjadi tujuannya. Tak terasa dia berkeliling melihat barang-barang di pasar. Beberapa shi chen pun telah ia lewati tanpa sia-sia.
Tiba-tiba dia melihat sebuah kipas di salah satu dagangan. Dia berjalan mendekati pedagang itu. Dan wanita paruh baya langsung menyambutnya dengan senyuman manis dan menawarkan dagangannya.
"Nona, saya mempunyai kipas ini dan kelihatannya kau lebih tertarik dengan kipas ini. Kau mau membelinya?" tanya wanita paruh baya.
Putri Shuiliu Meili memegang kipas itu. Dia tahu kipas apa ini. Dia juga tahu dari mana kipas ini, tetapi dia tidak tahu mengapa wanita paruh baya ini bisa memiliki kipas itu.
"Nona, kipas ini hanya ada satu di dunia. Saya bisa menjamin hal itu. Coba Nona lihat ukiran pada tulang kipas itu, bukankah sangat indah? Khusus untuk Nona, saya menjualnya hanya 100 koin perunggu."
Putri Shuiliu mengambil satu tael perak di sakunya.
"Ambil saja sisanya," ucap Putri Shuiliu Meili diikuti langkah kakinya yang berjalan pergi.
Dia berhenti dan menengok ke belakang saat mendengar ucapan terima kasih berkali-kali dari wanita paruh baya itu. Selanjutnya, dia tersenyum lembut kepadanya. Dia memberi harga yang setimpal untuk kipas itu.
Dia bernafas lega. Untuk sementara, hari ini berjalan sesuai rencananya. Itu merupakan suatu berkah untuk dirinya.
Gadis itu menaruh kipas itu di balik hanfunya. Sekarang dia tahu jalan tercepat untuk tiba di kediamannya. Jadi, dia tidak perlu berharap ada orang yang akan membantunya seperti dulu. Dari itu semua dia mengambil sebuah pelajaran, agar seseorang tidak perlu berharap, ia perlu memenuhi semua kebutuhannya. Karena harapan tumbuh dari tidak terpenuhinya kebutuhan.
Ketika dia sedang berjalan, sebuah kereta kuda berhenti di depannya. Dan tak beberapa lama setelahnya, terlihat sosok Pangeran Di Xia Shan muncul di balik tirai. Wajahnya yang menampilkan keluhuran dan kehalusan budi membuat gadis itu tersipu. Sepertinya dia harus melatih dirinya sendiri supaya tidak tersipu saat melihat Pangeran Di Xia Shan.
"Putri Shuiliu Meili, bertemu kamu lagi. Butuh tumpangan?"
"Tidak, terima kasih, Pangeran Di Xia Shan. Aku akan berjalan kaki saja. Lagipula, aku tahu jalan tercepat untuk pulang ke kediamanku."
"Sungguh kau tidak membutuhkan tumpangan? Bagaimana kalau jalan tercepat yang kau maksud itu sedang terjadi perampokan? Apakah kau akan tetap melewati jalan itu?"
Putri Shuiliu menggeleng dan pamit pergi. Kalau pun memang benar ada perampokan, itu tidak masalah.
Tiba-tiba terlihat seorang lelaki berlari seperti dikejar seseorang. Dia berlari dari arah yang akan gadis itu lewati. Hal itu membuat Putri Shuiliu Meili penasaran. Dia memutuskan bertanya.
"Ada perampokan di sana, Nona. Mereka beranggota banyak dan memiliki kekuatan yang kuat. Jika nona akan melewati jalan itu, aku sarankan lebih baik nona melewati jalan lain saja. Mereka bukan tandinganmu, Nona. Aku mendengar kalau salah satu dari mereka adalah kultivator yang telah mencapai tahap Foundation Establishment," ucap lelaki itu dan pergi.
"Bagaimana? Aku tidak berbohong bukan? Aku menawarkan kamu tumpangan, kamu mau atau tidak?" ucap Pangeran Di Xia Shan.
Putri Shuiliu Meili berpikir. Tahap Foundation Establishment. Itu sudah dianggap luar biasa. Karena bukan hal yang mudah untuk mencapai tahap Foundation Establishment. Tidak ada jalan lain. Dia berjanji akan hidup dengan baik.
"Kau tidak memintaku untuk membayar uang kan?" tanya Putri Shuiliu Meili.
"Hahahah, ternyata kamu suka bercanda, ya, Putri Shuiliu."
Gadis itu pun naik ke kereta kuda. Dia membuka tirai untuk mengalihkan pandangannya pada Pangeran Di Xia Shan. Apalagi mereka di dalam hanya berdua.
Meskipun dia telah melihat keluar, bukan berarti dia bebas dari tatapan lelaki itu. Pangeran Di Xia Shan justru memandang Putri Shuiliu Meili seraya tersenyum dan itu membuat gadis di depannya tidak nyaman.
Merasa gadis yang dipandangnya tidak nyaman, lelaki itu berbalik. Membuka tirai dan melihat keluar sama seperti yang Putri Shuiliu Meili lakukan. Putri Shuiliu Meili. Dia tahu gadis itu. Gadis pemalu yang aneh. Sifatnya yang aneh tidak berbeda jauh dengan kakaknya, Pangeran Liu Shen Ri.