"Jangan takut untuk sendiri. Matahari yang bersinar sendiri pun tidak pernah benar-benar sendiri. Ada langit biru dan awan yang menemaninya bersinar."
~ Putri Shuiliu Meili
🔥💦🔥💦🔥💦
Langit biru tertutup kumpulan awan putih yang terhampar tipis. Seperti sebuah kapas yang dijejer satu per satu. Cahaya mentari yang semakin oranye melukiskan warnanya yang indah di langit. Seperti hijaunya dedaunan dan merahnya sang bunga yang saling melengkapi. Memberi sentuhan keindahan dengan perbedaan.
Putri Shuiliu tengah memberi makan kelinci Tu Zi di teras. Dia baru saja selesai membaca buku. Jemarinya yang ramping memegang wortel untuk kelinci Tu Zi. Sementara dia memberi makan kelinci Tu Zi, Phoenix Ye Qi terlihat duduk di atas rerumputan. Bulunya yang merah seperti api terlihat indah di antara rerumputan yang hijau.
Seolah merasakan kedatangan sesuatu, dia terbang. Hinggap di bahu Putri Shuiliu Meili. Pemilik bahu itu memandang Phoenix Ye Qi dengan wajah bertanya-tanya. Dia tahu, Phoenix Ye Qi bukan burung biasa.
Gadis berhanfu ungu itu mendongak. Melihat siapa yang datang. Matanya bertemu dengan mata hitam yang memancarkan kelembutan. Pipi yang putih itu mendadak memerah. Dia berpaling. Kembali fokus memberi makan kelinci Tu Zi.
Pemilik mata hitam yang memancarkan kelembutan itu perlahan melangkah. Mendekati gadis yang tengah merona itu. Dia berjongkok. Mengambil kelinci Tu Zi dan wortel dari tangan gadis itu.
"Kelinci kecil, bagaimana? Apakah wortel ini enak? Kau pasti sudah merasakan kehadiranku, bukan? Padahal, baru kemarin kita bertemu, tetapi aku sudah merindukanmu. Kelinci kecil, katakan, apakah dia merawatmu dengan baik? Kalau dia tidak merawatmu dengan baik, kau lebih baik bersamaku.
Kelinci kecil, pemilikmu wajahnya memerah. Kau tahu, kenapa dia memerah? Aku tidak tahu, tetapi yang pasti, dia kelihatan cantik seperti itu .... "
Mendengar dirinya disebut cantik, pipinya kembali memerah. Jika terus seperti ini, dia akan berubah menjadi merah. Dia beralih memegang Phoenix Ye Qi. Tidak tahu apakah lelaki di depannya mengetahui bahwa burung itu adalah phoenix atau tidak mengetahui.
"Putri Shuiliu, Saudara Keempat mengadakan duel di Taman Fu Di Er. Bukan hanya dia, tetapi yang ingin berpartisipasi juga dipersilakan. Di sana juga ada Saudara Keenam. Bukankah akhir-akhir ini kamu sering menghabiskan waktu bersamanya? Aku juga akan pergi ke sana. Kau mau pergi ke sana bersamaku?"
"Sudah kupastikan Tuan tidak akan menolak ajakannya. Hehe," ucap kelinci Tu Zi di pikirannya.
Dan benar saja. Putri Shuiliu mengangguk setuju. Setelahnya, Pangeran Di Xia Shan menarik pinggang gadis itu dan membawanya terbang. Tidak lupa kelinci Tu Zi yang duduk manis di tangan Putri Shuiliu dan Phoenix Ye Qi yang terbang mengikutinya.
Putri Shuiliu Meili tersenyum. Menatap indahnya pemandangan dari atas. Bunga-bunga teratai yang terlihat seperti titik merah kecil di antara lukisan hijau tampak mencolok. Dia merasakan semilir angin meniup lembut rambutnya.
Saat Pangeran Di Xia Shan berjalan di atas air, dia juga ikut menyentuh air. Dinginnya air kolam menyentuh kakinya yang dilapisi sepatu. Selama mengalami dua kehidupan, inilah kali pertama dia berjalan di atas air, terbang di atas hamparan rerumputan. Dia merasa beruntung dapat merasakan semua itu. Kebahagiaan sederhana yang tak bisa dia dapatkan di dunia sebelumnya. Jika biasa mau dia naik pesawat saat ingin terbang, kini dia hanya perlu memintanya kepada lelaki itu dan lelaki itu pasti akan mengabulkan.
Gadis itu tidak sadar kalau sedari tadi lelaki itu tengah memperhatikannya. Mata hitamnya memancarkan kerendahan yang memenangkan. Dia begitu menikmati sensasi terbang di pelukan orang lain. Terkadang, gadis itu memejamkan matanya menikmati sensasi yang dirasakannya. Kulit wajahnya yang putih nan halus dibelai lembut sang angin. Menimbulkan perasaan menyejukkan di hatinya.
Beberapa saat setelah merasakan itu semua, mereka sampai di Taman Fu Di Er. Pangeran Di Xia Shan sengaja mendarat di tempat yang sepi. Pepohonan besar nan tinggi dan berdaun lebat menutupi sosok mereka berdua. Tidak membiarkan orang-orang mengetahui keberadaannya. Lelaki itu seolah sengaja menyembunyikan kekuatannya dari mereka semua.
Sesampainya di Taman Fu Di Er, Putri Shuiliu Meili teringat tentang Han Ling Xiu. Orang yang mengaku sebagai sahabat kakaknya yang dia temui di sini. Dia tidak tahu siapa Han Ling Xiu. Apakah dia seorang pangeran, sarjana, panglima, atau jendral, dia tidak tahu. Yang dia tahu pria bernama Han Ling Xiu tidak memiliki niat jahat terhadapnya.
"Pangeran Di Xia Shan, kau tahu siapa itu Han Ling Xiu?"
Mata yang memancarkan kelembutan itu menatap gadis yang bertanya. Dia tersenyum tenang mendengarnya.
"Han Ling Xiu. Dia adalah Pangeran Kedua dari Kerajaan Han. Dia juga sahabat kakakmu, Pangeran Liu Shen Ri. Dulu mereka berdua sering berkunjung ke sini. Dan nantinya, dia akan berakhir sendiri ditinggal Pangeran Liu Shen Ri yang menghampiri Fei'er. Meskipun begitu, dia tidak pernah marah. Dia juga yang selalu bersama kakakmu ketika di perguruan.
Mereka seperti kakak adik yang berbeda ibu dan ayah. Saat yang lainnya dalam kesulitan, yang lainnya akan membantu. Namun, sudah beberapa tahun ini Pangeran Han Ling Xiu tidak terlihat. Dia disibukkan dengan tugasnya sebagai pangeran di Kerajaan Han yang merupakan salah satu kerajaan besar di Daratan Xi."
Putri Shuiliu mengangguk mengerti. Jadi, begitu rupanya. Lelaki itu ternyata seorang pangeran dari kerajaan seberang. Dan dia juga sahabat kakaknya. Itu berarti dia bukan orang yang patut dijauhi.
Mereka berdua memilih duduk di bangku di bawah pohon magnolia ungu. Bangku yang hanya cukup untuk dua orang. Musim semi yang indah selalu dirindukan gadis-gadis. Bunga-bunga magnolia ungu berjatuhan di kepala mereka.
Sebagian besar orang sudah berkumpul di sana. Semua pangeran juga sudah hadir, termasuk Pangeran Mahkota Di Jia Shan dan tunangannya, Ning Wu. Pangeran Di Xue Shan duduk bersama Pangeran Di Fei Feng Shan. Lao Qi Ye duduk anggun dengan kakaknya,
Lao Qu Yi. Sementara itu, Pangeran Ketiga Di Chan Ming Shan duduk di samping istrinya, Putri Chen Guang Yi.
Bangku mereka berdua dan bangku Putri Shuiliu terletak berdekatan. Hanya dipisahkan oleh pohon magnolia ungu yang tumbuh menjulang.
Putri Shuiliu Meili memperhatikan sekitar. Dia melihat ekspresi gembira yang berlebihan di wajah Pangeran Di Xue Shan. Dia juga menyadari tatapan tidak suka dari Ning Wu dan tatapan menyelidik dari Pangeran Mahkota Di Jia Shan. Semua tatapan itu, dia memilih mengabaikannya. Gadid itu duduk tenang seraya menonton duel yang tak lama lagi akan dimulai.
Langit masih setia dengan awan putih yang mengambang. Duel pertama adalah duel antara Pangeran Di Fei Feng Shan dan putra Jendral Lao, Lao Qu Yi. Yang satu disebut Dewa Perang dan satunya disebut Pedang Singa. Pemenangnya sulit ditebak. Entah siapa yang akan menjadi pemenangnya di ronde kali ini.