"Cinta adalah apa yang kau rasakan, bukan apa yang kau katakan. Hati manusia tak dapat diduga. Mengatakan cinta, belum tentu benar-benar mencintai."
~ Putri Shuiliu Meili
๐ฅ๐ฆ๐ฅ๐ฆ๐ฅ๐ฆ
Bulan menggantung indah di langit biru gelap. Di bawah langit malam seorang gadis duduk dengan kedua kaki yang diayunkan. Rambut hitamnya berkibar ditiup angin malam. Bunga-bunga musim semi berguguran, jatuh di depannya. Kulitnya yang lembut seperti kain sutra kadang disentuh bunga. Saat itu terjadi, matanya tertutup, senyum kecil terbit di wajahnya. Menikmati sentuhan lembut sang bunga.
Saat dia berdiri untuk masuk ke kamar, matanya melihat gadis yang berjalan mengendap-endap.
Menurut ingatan yang didapat, gadis yang mengendap-endap itu adalah Putri Jendral Lao bernama, Putri Lao Qi Ye.
Putri Qi Ye tidak pernah bertemu dengannya, karena itulah hanya nama dan keluarga yang diketahui.
Putri Shuiliu mendekati Putri Qi Ye. Dia penasaran mengapa Putri Qi Ye berjalan mengendap-endap seperti pencuri? Dia adalah putri seorang Jendral ternama.
Manakala dia sudah berada tepat di belakang Putri Qi Ye, dia berbalik.
Menatapnya dengan tatapan bingung. Tidak lama setelah menatap bingung, dia menarik tangan Putri Qi Ye dan bersembunyi di semak-semak.
Putri Shuiliu menatap ke arah yang juga ditatap Putri Qi Ye. Dia melihat seorang lelaki yang duduk bersama seorang gadis. Wajah lelaki itu tidak terlihat, hanya wajah sang gadis yang dia lihat. Mendadak dia dilanda kebingungan. Mengapa Putri Qi Ye menariknya ke sini? Tidak mungkin hanya untuk melihat mereka. Mungkin saja itu adalah kebiasaannya.
Seolah mengerti apa yang Putri Shuiliu pikirkan Putri Qi Ye menjawab, "Semua orang memiliki kebiasaan, dan inilah kebiasaanku. Menatap sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada berperang dan menatap sepasang kekasih."
Putri Qi Ye kembali fokus pada sepasang kekasih itu. Mengabaikan ekspresi heran di wajah Putri Shuiliu. Kebiasaannya bukanlah rahasia umum, hanya beberapa orang yang tahu. Dia memberitahu Putri Shuiliu karena dia tahu kalau Putri Shuiliu pendiam.
"Mengapa kebiasaanmu berbeda, Putri Qi? Bukankah lebih menyenangkan menjadi gadis itu, bukan penonton? Kalau kau mau, berdasarkan statusmu, banyak lelaki yang mau menjadi kekasihmu. Kau kenal mereka?" ucap Putri Shuiliu.
Putri Qi Ye berbalik menatapnya. Tidak ada jejak kekesalan di matanya.
"Panggil aku Qi. Entahlah, mungkin karena itu ketidaksenangan yang akhirnya menjadi kebiasaan. Karena terkadang kita melakukan hal tanpa sengaja dan tanpa disadari hal itu kita lakukan sangat sering. Mereka adalah Pangeran Mahkota Di Jia Shan dan Putri Ning Wu."
Dia berbalik dan mendapati bahwa objek tatapannya telah pergi. Gadis itu menghela nafas kecewa, lalu mengajak Putri Shuiliu jalan-jalan.
Sebenarnya Putri Shuiliu ingin menolak karena kakinya lelah seharian jalan-jalan dengan Pangeran Xue Shan. Dia berpikir kalau dia harus punya banyak teman. Dunia yang ditempatinya sekarang adalah dunia asing baginya. Jika dia hanya membaca buku dan bersantai, bagaimana akan menghadapi masalah yang bisa datang kapan saja. Lagipula, bergaul dengan Putri Qi Ye bukanlah hal buruk.
"Aku baru pertama melihatmu tapi, aku merasa nyaman denganmu. Ada perasaan tenang. Aku tidak tahu mengapa, mungkin karena kita sama-sama tidak memiliki teman. Jadi, maukah kau menjadi temanku, Putri Shuiliu?"
Dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Ternyata Putri Qi Ye memiliki kesamaan dengannya. Sama-sama tidak mempunyai teman.
Mereka berjalan menyusuri jalanan rumput seraya berbincang beberapa hal. Putri Qi Ye selalu memulai pembicaraan. Ada saja topik menarik untuk dijadikan bahan bicara. Dan untungnya topik itu lebih berguna daripada topik yang sering Pangeran Xue Shan keluarkan. Karena itulah Putri Shuiliu senang. Berkat Putri Qi Ye, pengetahuan tentang Kerajaan Shan yang dia tempati menjadi bertambah.
Tidak terasa waktu hampir mendekati tengah malam. Putri Shuiliu pamit kembali ke kediamannya. Mulai besok dia harus melatih tubuhnya. Karena tubuh ini tidak pernah berolahraga dan hanya dengan beberapa aktifitas langsung lelah.
Langit malam menjadi semakin gelap. Udara semakin mendingin seolah itu membekukan segalanya.
Putri Shuiliu berjalan seperti biasa. Tanpa diduga dia melihat pria yang menurutnya adalah pria penunggang kuda. Gadis itu tidak mempedulikan pria itu. Dia terus berjalan dan menganggap dia tidak ada.
"Putri Shuiliu Meili, aku tekankan kepadamu, di masa depan, berpura-pura lah kau tidak mengenalku. Berpura-pura lah kau tidak pernah melihatku dan dengan begitu hidupmu akan aman," ucap pria itu yang berjalan mendekat.
Putri Shuiliu tersenyum miring.
"Dengar, Pangeran Mahkota Di Jia Shan, aku tidak akan mempedulikanmu. Seperti yang kau katakan, aku tidak mengenalmu, tetapi jika kau membuatku marah, kau akan merasakan akibatnya. Ingat ini baik-baik, Pangeran Mahkota Di Jia Shan."
Sringgg!
Suara pedang terdengar jelas di telinga Putri Shuiliu Meili. Gadis itu mengamati pedang yang dipegang Pangeran Mahkota Di Jia Shan.
Itu adalah Soul Sword. Salah satu harta Illahi dan termasuk dalam magical items (treasure) ยน. Soul Sword dapat dikenali dengan adanya batu safir merah di pegangannya. Disebut Soul Sword karena pedang itu akan bertambah kuat sesuai dengan kekuatan yang dimiliki pemiliknya. Soul Sword tidak bisa digunakan selain pemiliknya. Karena antara Soul Sword dengan pemilik sudah terikat darah. Namun, ada cara untuk menghapus ikatan itu.
"Kau akan membunuhku, Pangeran Mahkota? Silakan, tetapi jangan menyesal kalau nanti Soul Sword-mu akan berganti pemilik!"
Putri Shuiliu Meili berjalan pergi. Meskipun di masa lalu gadis ini pemalu, tetapi dia memiliki pengetahuan yang luas.
Seketika itu juga Pangeran Mahkota Di Jia Shan terdiam. Dia bingung kenapa Putri Shuiliu tahu Soul Sword miliknya. Namun, dia mengabaikan hal itu. Mungkin itu keberuntungannya mengetahui Soul Sword.