"Tidak peduli bagaimana orang yang kaucintai memperlakukanmu, selama kau mencintainya, tidak ada alasan untuk menyerah memperjuangkan dia. Karena selama kau mencintai hal itu, tidak peduli apapun hasilnya, tetaplah bahagia. Yang terpenting bukankah hasil, tetapi proses."
~ Pangeran Di Xue Shan
🔥💦🔥💦🔥💦
Matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Semilir angin yang menggoyangkan dedaunan menyejukkan udara sekitarnya. Waktu yang bagus untuk tidur siang, tetapi tidak bagi Putri Shuiliu Meili. Setelah kemarin malam berbincang dengan teman kakaknya, Han Ling Xiu, dia menjadi lebih bersemangat. Setidaknya dia memiliki alasan untuk hidup dengan baik di sini.
Putri Shuiliu berjalan melewati berbagai pepohonan bunga yang tumbuh menjulang. Beberapa kursi yang sengaja ditempatkan di bawah pepohonan dengan meja batu di depannya. Sebuah pot kecil berisi setangkai bunga berdiri tegak di atas meja. Semilir angin yang meniup rambutnya membuat gadis itu merasa nyaman.
Memasuki ruangan dengan tulisan Perpustakan Cahaya membuat gadis itu berdecak kagum. Kursi dan meja diletakkan di samping jendela yang terbuka. Memudahkan angin untuk masuk sekaligus membuat udara menjadi sejuk. Sebuah pohon bunga plum blossom terlihat dari jendela yang terbuka.
Ya! Inilah yang dia inginkan! Perpustakaan yang seolah menyatu dengan alam. Udara bebas keluar masuk dari jendela. Pohon-pohon yang berdiri tegak dan menghasilkan oksigen.
Rak-rak buku ditata rapi dengan buku yang jumlahnya ribuan. Semua buku tersedia di sana. Mulai dari buku paling tebal hingga buku yang hanya berisi beberapa halaman.
Putri Shuiliu mencari buku keinginannya. Buku tentang bela diri dan perang. Juga, buku tentang kultivasi. Dia berharap menemukan ketiga buku itu dengan cepat. Berdasarkan ingatannya, perpustakaan ini adalah perpustakaan terbesar di antara tiga kerajaan besar.
Beberapa saat setelah itu, dia menemukan buku berjudul Bela Diri dan Seni Perang. Buku tersebut terletak di bagian paling tinggi di sebuah rak dekat kursi. Tangannya menggapai buku tersebut, tetapi apalah daya. Badannya yang mungil membuatnya sulit mengambil buku itu.
Selepas itu, sebuah tangan dengan mudahnya mengambil buku tersebut.
Putri Shuiliu melihat orang yang telah membantu mengambilkan buku. Mulai dari sepatu hitam yang dikenakan pria tersebut hingga hanfu putih yang terlihat menawan di tubuhnya. Terlebih wajahnya.Â
Gadis itu masih setia menatap wajah lelaki yang menolongnya. Kulitnya yang halus dengan bibir seperti buah strawberry. Jika Pangeran Di Xue Shan memiliki wajah tampan yang imut dan lelaki penunggang kuda itu berwajah tampan yang memancarkan aura kesombongan, tidak dengan dia. Tidak dengan lelaki di depannya.
Lelaki di depannya memancarkan aura tersendiri. Berbeda. Wajah itu menampilkan keluhuran budi dan tingkahlaku yang halus. Tidak ada tanda-tanda pandai bela diri atau seni perang. Semua yang ada di dirinya menampilkan kehalusan budi.
Cukup lama Putri Shuiliu pria itu. Mendadak lelaki itu tersenyum lembut. Seketika itu pula Putri Shuiliu menundukkan kepalanya dan segera mundur. Pipinya yang putih berubah menjadi pink.
"Putri Shuiliu, bukankah kau ingin mengambil buku ini? Ambillah."
Pria itu membaca judul buku itu terlebih dahulu tanpa diketahui Putri Shuiliu.
"Ah, ya. Terima kasih---"
"Tidak perlu berterima kasih, Putri Shuiliu. Saya Pangeran Kedua, Di Xia Shan. Kakak dari Putri Di Shan Fei."
"Maafkan saya, Pangeran Di Xia Shan. Salam, Pangeran," ucap Putri Shuiliu diikuti gerakan membungkuk.
"Ternyata dia yang bernama Di Xia Shan. Jika kakaknya setampan ini, bagaimana adiknya? Pasti dia sangat cantik. Pantas saja kakakku tergila-gila dengan Putri Di Shan Fei," batin Putri Shuiliu Meili.
Selanjutnya, gadis itu pergi keluar dari Perpustakan Cahaya. Dia menatap kelopak bunga plum blossom yang berguguran. Semilir angin yang menerbangkan mereka hingga jauh entah ke mana.
Ketika telah tiba di depan kediamannya, dia melihat lelaki berwajah imut itu yang tidak lain adalah Pangeran Di Xue Shan. Pikirannya bertanya, mengapa Pangeran Di Xue Shan datang ke kediamannya? Mungkinkah dia ingin mengembalikan uangnya sewaktu di pasar? Dia memberi salam hormat kepada Pangeran Di Xue Shan.
Jika dilihat dari ekspresi di wajah Pangeran Di Xue Shan, sepertinya dia bukan ingin mengembalikan uang. Sorot matanya yang bersinar gembira setelah melihat kedatangan Putri Shuiliu membuat gadis itu merasa aneh.
Dan benar saja. Pangeran Di Xue Shan mengajak Putri Shuiliu Meili menemaninya berkeliling. Dengan tegas gadis itu menolaknya. Pangeran aneh ini. Ke pasar hanya membawa beberapa uang dan sekarang langsung menempel padanya.
"Putri Shuiliu, temani aku berjalan-jalan. Bukankah kau belum melihat keseluruhan Kerajaan Shan? Aku mengajakmu untuk melihatnya. Coba pikirkan sekali lagi karena tidak ada gadis yang pernah kuajak untuk menemaniku selain kamu. Atau, kalau kamu tidak mau berkeliling Kerajaan Shan, terserah kau mau ke mana asalkan aku ikut," ucap Pangeran Di Xue Shan.
Putri Shuiliu Meili hanya mengangguk. Berjalan menjauhi kediamannya dengan diikuti Pangeran Di Xue Shan di sampingnya. Dia menemukan tempat duduk di bawah pohon dengan dedaunan hijaunya yang lebat.
Putri Shuiliu mulai membaca bukunya tanpa mempedulikan Pangeran Di Xue Shan yang duduk di sampingnya. Tidak ada pelayan yang lewat di sana karena tempat itu adalah tempat terpencil di Paviliun Magnolia.
"Putri Shuiliu, kamu pasti belum pernah melihat kakakku kan, Pangeran Mahkota Di Jia Shan? Dia adalah putra kesayangan ayah karena kekuatannya yang hebat. Dia hampir menyaingi kekuatan Pangeran Ketiga Kerajaan Shan yang setara dengan kekuatan kakakmu, Pangeran Liu Shen Ri. Bukan hanya itu, Saudara Pertama¹ juga memiliki wajah yang sangat menawan hingga banyak putri pejabat yang ingin menjadi istrinya. Bahkan, mereka tidak mempermasalahkan jikalau hanya menjadi tongfang². Namun, karena Saudara Pertama sudah memiliki tunangan jadi, mereka lebih memilihku."
Dengan bangganya Pangeran Di Xue Shan menceritakan hal itu. Seolah-olah Putri Shuiliu Meili mendengarkan ceritanya, dia tetap bercerita dengan semangat. Ekspresi senang yang hadir di wajahnya imutnya membuktikan betapa bahagianya dia hari ini.
Setelah Pangeran Di Xue Shan berhenti sejenak, barulah Putri Shuiliu Meili mulai berbicara.
"Pangeran Di Xue Shan, kenapa kau mengajakku untuk menemanimu jalan-jalan? Bukankah banyak gadis yang ingin menjadi kekasihmu, istrimu. Mengapa kau tidak mengajak mereka saja?"
Senyum di bibir Pangeran Di Xue Shan bertambah lebar. Dia mendengarkan ucapan Putri Shuiliu Meili dengan saksama. Dan dari ucapannya, itu berarti Putri Shuiliu Meili mendengarkan ceritanya. Ah, betapa bahagianya dia!
"Bukankah aku memarahi dia, tetapi kenapa dia malah tersenyum lebar? Meskipun wajahnya imut, tetapi dia cerewet. Kenapa ada pangeran seperti dia? Aneh, terlalu percaya diri, tapi tampan dan imut," keluh Putri Shuiliu Meili.