Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Permaisuri Kembali ke Sekolah

Biji Lotus Putih
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4m
Views
Synopsis
Hal terakhir yang diingat Yin Wushuang, permaisuri dari Daratan Qiankun, adalah sebuah pertempuran berdarah. Dia menikam jantungnya sendiri guna menghancurkan musuh-musuhnya. Tanpa terduga, tindakan Yin Wushuang membuat jiwanya terlempar ke bumi. Ketika dia membuka matanya, sang permaisuri ternyata telah masuk ke dalam badan seorang siswi SMP, buruk rupa, bodoh, dan kurang pergaulan. Hal ini membuat tubuhnya yang baru itu berubah; yang tadinya gadis jelek menjadi seperti seorang dewi yang cantiknya luar biasa!
VIEW MORE

Chapter 1 - Kelahiran Yang Mulia Iblis

Di daratan Qiankun yang luas, di atas pagoda Tongtian.

Terlihat sebuah pagoda yang menjulang tinggi hingga di atas awan, dan di sekelilingnya terdapat kobaran api. Suara jeritan manusia bersahut-sahutan, bau darah dan daging tercium karena terbawa angin.

Di ujung pagoda, terlihat seekor burung gagak yang mengembangkan sayapnya sambil menggigit seonggok daging yang tidak jelas jenisnya dengan paruhnya.

Darah mengalir bagaikan sungai dan mayat bergelimpangan dimana-mana.

"Yin Wushuang! Serahkan Cincin Phoenix Ungu!" Ucap seorang lelaki gagah berbaju putih dengan pedang panjang tergenggam di tangannya. Dengan kakinya yang ringan, ia menghadap ke arah seorang wanita yang berada di tengah-tengah kepungan pasukan. Lelaki itu kemudian melesat untuk menyerang wanita yang terkepung itu.

Yin Wushuang adalah seorang wanita berbaju merah darah, ia mencabut Pedang Phoenix-nya dari seorang mayat. Pandangannya bagaikan mata Phoenix yang dingin nan tajam menusuk.

"Persetan!"

Laki-laki berbaju putih itu tiba-tiba terpelanting ke atas seperti sebuah layang-layang!

Orang-orang di sekeliling yang melihatnya menjadi terheran-heran, kultivasi Bai Jinghong setidaknya sudah mencapai tahap Kelahiran Jiwa, tetapi bagaimana ia bisa dikalahkan oleh Yin Wushuang?

Sebenarnya setinggi apa tingkat kultivasi Permaisuri Yin Wushuang?

Apakah ia mengandalkan kekuatan Cincin Phoenix Ungu Kuno?

Cincin itu adalah sebuah harta yang berharga, bagaimana mungkin Bai Jinhong bisa membiarkan seorang wanita memilikinya!? Dengan daratan Qiankun yang seluas ini, bagaimana bisa ia membiarkan Yin Wushuang menjadi permaisurinya!?

Yin Wushuang, harus mati!

Bai Jinghong memuntahkan darah hitam, lalu dengan bantuan kawannya ia kembali berdiri sambil mencerca: "Yin Wushuang, demi Cincin Phoenix Ungu Kuno, kau membunuh semua orang seperti wabah penyakit. Hari ini kami membawa beribu-ribu pasukan demi memenggal kepalamu!"

Yin Wushuang mengangkat kedua lengannya, dan pedang Phoenix-nya mengarah langsung ke arah Bai Jinghong. Ia lalu mengangkat kepalanya sambil menyeringai, menunjukkan keangkuhannya!

"Bai Jinghong, jika kau ingin menantangku, jangan hanya mengumbar omong kosong! Lima tahun yang lalu di pagoda Tongtian ini, aku bisa menendangmu keluar dari singgasana raja, lima tahun kemudian pun masih akan sama!"

Setelah itu, Yin Wushuang tertawa keras, rambut hitamnya yang panjang yang terurai menari-nari bebas tertiup angin. Meski baju putihnya sekarang berwarna merah, meski tangannya yang menggenggam pedang itu sedikit bergetar, dan meski ia telah bertarung selama tiga hari dan tiga malam berturut-turut!

Tetapi, apakah ratusan ribu pasukan Bai Jinghong dapat membuatnya gentar?

Cahaya matahari yang terbenam membentang sejauh ribuan kaki. Namun walau panas sinar itu terasa membakar bagaikan bara api, semua itu tidak cukup untuk menyelimuti merahnya darah di atas permukaan bumi ini!

"Wuchen, apa kau takut mati?" Yin Wushuang menundukkan kepala untuk bertanya pada Wuchen, terlihat sedikit cahaya dari bagian bawah matanya yang lembut itu.

Sedangkan Yin Wuchen yang berada di belakangnya sedikit menengadahkan kepalanya. Kalau dilihat dari matanya yang hitam, terlihat jelas ia sudah kelelahan. Lalu dengan suaranya yang terdengar seperti anak-anak, ia menjawab: "Kakak, Wuchen sama sekali tidak takut!"

"Apa kau merindukan ayah dan ibu?" Wushuang kembali bertanya.

"Ya, Wuchen sangat merindukan mereka!" Jawab Wuchen.

"Apa kau ingat dengan kata-kata kakak kemarin?"

"Kakak mengatakan, pada hari dimana para musuh berkumpul untuk balas dendam, maka saat itu pula keluarga kita akan berkumpul kembali! Kakak, apakah kita akan bertemu dengan ayah dan ibu?"

"Ya, tutuplah matamu." Jawab Wushuang.

Yin Wuchen pun dengan patuh menutup kedua matanya.

Yin Wushuang mengangkat kepalanya, sorot matanya yang tajam, ia berkata: "Demi sebuah cincin yang telah rusak, kalian dengan tega membunuh leluhurku, kalian gorok guruku. Pada hari ini, aku, Yin Wushuang, akan membalas nyawa yang telah kalian renggut! Meski ada ratusan ribu orang yang akan berusaha mengakhiri hidupku, sedikit pun aku TIDAK TAKUT!"

Tidak takut——

Tidak takut——

Gema suaranya yang sangat lantang terdengar di seluruh penjuru lembah pegunungan, lalu sayup-sayup terbawa oleh angin.

Dengan satu gerakan ia menusuk jantungnya sendiri. Keluarlah darah segar dari sana, menggambarkan sebuah lukisan berwarna merah darah di udara.

Menyadari apa yang dilakukan oleh Yin Wushuang, semua orang menjadi panik, "cepat lari! Cepat!"

"Mau lari? Apa kau pikir aku akan membiarkan kalian semua kabur?"

Setelah itu, secara tiba-tiba langit terbelah. Dari sana lalu turun angin topan berwarna gelap menyapu semua yang ada, membuat semuanya berhamburan.

Yin Wushuang tersenyum dengan remeh, matanya tertutup menahan sakit yang ia rasakan. Angin mengenai bajunya yang berwarna merah darah, lalu terdengar suara, "dengan darah dari jantungku ini, kulahirkan Yang Mulia Iblis dari enam dunia, untuk memulai kehancuran langit dan bumi!"

Mata Bai Jinghong menyipit, raut wajahnya ketakutan, "Tidak. Yin Wushuang kau sudah gila!"

Boom!

Setelah terdengar suara ledakan keras, gumpalan awan berbentuk jamur muncul dari tanah. Gumpalan tersebut makin membesar dan hingga menggapai langit, lalu semuanya menyusut dan bersatu kembali. Tiba-tiba, sebuah tangan muncul bagaikan dari jaman purba kala. Kekuatan tangan tersebut mampu mengumpulkan segala yang telah diluluhlantakkan oleh angin tadi menjadi sebuah gumpalan kecil, dan melemparkannya ke dalam lubang.

"Tidak enak." Terdengar suara seorang pria yang seakan sedang mencicipi makanan. Kemudian ia terdiam cukup lama sebelum berkata: "Masih lebih enak dendeng pedas."

Tanpa orang itu sadari, masih ada jiwa yang melayang-layang di sana menunggu nasibnya, lalu dengan tiba-tiba semuanya ditarik secara kasar ke dalam ruang angkasa yang lain.