Chereads / Permaisuri Kembali ke Sekolah / Chapter 7 - Menjadi budakku

Chapter 7 - Menjadi budakku

Setengah jam kemudian, Yin Xue'er dan Yan Ziye merapikan seragam sekolah mereka dan meninggalkan hutan.

Beberapa saat kemudian, Yin Wushuang bergerak seperti kelinci, ia meletakkan tangannya di tanah, lalu mulai bergulingan untuk menjauh dari pria itu.

"Wah, cepat sekali." Pria itu terkejut, kemudian berdiri, lalu tersenyum sambil menyipitkan matanya.

Pria itu baru pertama kali melihat penampilan Yin Wushuang. Ia sudah pernah bertemu dengan banyak perempuan cantik sebelumnya, namun belum pernah menemukan seorang perempuan yang secantik Yin Wushuang.

Kulitnya putih dan lembut seperti kulit bayi, matanya jernih, alisnya tebal dan menunjukkan sifatnya yang tegas. 

Dia tampak seperti anak berusia 15 tahun, dengan wajah tanpa kerut dan keriput, ditambah seragam sekolah biru dan putih yang ia kenakan, serta rambut panjang yang terurai di punggungnya.

Pria itu menatap Yin Wushuang, dan Yin Wushuang juga menatapnya balik.

Pada kehidupan sebelumnya, banyak pria tampan yang ingin tidur bersamanya. Meskipun dia telah banyak menemui pria tampan sebelumnya, namun saat ini ia harus mengakui seorang pria yang luar biasa tampan sedang ada di depannya.

Pria itu mengenakan seragam tentara hijau yang rapi, sabuk hitam di pinggang, dan sepasang sepatu bot hitam, rambutnya tertiup angin yang sepoi-sepoi di malam hari.

Pria itu berusia sekitar dua puluhan. Karena ia adalah seorang prajurit, ia memiliki pandangan yang tajam, itulah yang membedakan dirinya dengan teman-temannya, namun matanya yang gelap seperti tinta dan sipit bak batu giok, bercahaya dan menatap dengan tegas.

Bibir pria itu menyeringai sambil melemparkan senyuman yang dipenuhi dengan hasrat, Matanya menatap tajam seolah seperti sedang menatap ... Mangsa!

Apakah Yin Wushuang mangsa?

Ha-ha!

Memang Yin Wushuang memiliki tubuh yang terlihat lemah, namun tenaganya masih kuat!

Aura disekitar Yin Wushuang terpancar dengan jelas. Seolah-olah seperti dua badai yang menyatu, ia mulai tertarik dengan lelaki itu, namun berusaha sekuat tenaga agar tidak membiarkan itu terjadi begitu saja!

Bibir pria itu menyungging senyuman jahat yang tampak makin lebar.

Menarik. Perempuan ini sangat menarik.

Dia berjalan, dengan satu tangan dimasukkan ke dalam sakunya, dan mendorong Yin Wushuang ke sebuah pohon. Jari telunjuknya mengangkat dagu perempuan itu, dan dengan nada yang ringan ia berkata:

"Apakah kau tertarik menjadi wanitaku yang ke sembilan?"

Mata Yin Wushuang memandang pria itu dengan dingin dan dengan menunjukkan ekspresi jijik. Dia meraih kerah pria itu dengan satu tangan dan balik memutar dan menekannya ke pohon!

Yin Wushuang mengamatinya, lau mengangkat rahangnya dan berkata dengan acuh "Apakah kau tertarik menjadi budakku yang ke 32?"

Senyum di bibir pria itu tetap melekat, dengan tatapan mata yang tajam yang seolah seperti mengancam, "Saya mau, tapi apa kau yakin kau mampu untuk membayarku?"

Pandangan mata Yin Wushuang menatap tajam, dan berbisik tepat di depan hidungnya, mengejek dan meremehkannya.

Tangannya yang lain langsung menonjok ke jaketnya.

Laki-laki itu mendengus kesakitan, alisnya mengerut, dan matanya yang sipit diwarnai dengan kemarahan.

Berani-beraninya wanita ini!

Dengan cepat, tangan kecil Yin Wushuang segera melepaskan pria itu. Dia melangkah mundur dua langkah, kemudian memukul dagu pria itu dan menamparnya dua kali.

"Dasar tidak punya perasaan, dasar tak tahu malu. laki-laki tidak waras. untuk menjadi budakku saja, kamu tidak pantas!"

[Tu-Tuan, Anda ... terlalu sombong! Tapi! Baobao menyukainya!] Mo Baobao memancarkan rasa cinta dimatanya dari dalam Cincin Phoenix Ungu Kuno.

Pria itu seperti tersambar petir di siang bolong dan terbelah seketika. Tampak luar biasa ketika Yin Wushuang memperlakukannya seperti ini!

"Lihatlah ekspresimu, apakah pantas kau menjadi budakku? Ckckck, sangat tidak berguna."

Setelah itu, Yin Wushuang menunjukkan kesombongannya dengan mengibaskan rambutnya ke belakang telinganya, lalu pergi meninggalkan hutan.

selang beberapa waktu kemudian, sebuah gemuruh datang dari hutan, membuat burung-burung terbang menjauh.

Yin Wushuang telah sampai di depan gedung sekolah, Dia mendengarkan musik dengan earphone sambil menutup bibirnya dan bernyanyi dalam hati.

Kalau ada seorang pria yang memandangnya dengan rendah, bukankah orang seperti itu memang harus diberi pelajaran?

Jam belajar malam hari segera dimulai, koridor dipenuhi oleh siswa yang lari dorong mendorong untuk kembali ke kelas mereka.

Dalam situasi ini, kemunculan Yin Wushuang menjadi pusat perhatian.

Siswa laki-laki tak berkedip, memandangnya datang dari ujung koridor, selangkah demi selangkah, semakin dekat.

Detak jantung mereka semakin cepat!