Chereads / Married?? / Chapter 3 - Part 3

Chapter 3 - Part 3

Usai fitting baju Mama Merry meminta Kevin mengantarkan ku pulang namun Kevin menolak  dengan alasan harus balik ke kantor karena ada Berkas penting yang harus ditandatangani. Akupun meyakinkan Mama Merry jika aku bisa pulang sendiri dan Mama Merry pun mengiyakan permintaanku. Namun tepat saat aku keluar untuk mencari taksi sebuah mobil tiba-tiba hampir menyerempet ku sehingga akupun terjatuh. Tepat saat itu pula seorang pria keluar dari mobil tersebut.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria tersebut dengan nada khawatir

"Iya aku baik-baik saja, maaf aku tidak begitu memperhatikan jalanku."

Saat pria tersebut membantuku mata kami pun bertemu.

"Risa? apa itu kau?"

"Ka Marcel, iya kak ini aku Risa."

"Maaf banget Ris kamu gak kenapa-kenapa kan? Ayo kita kerumah sakit"

"Aku gak kenapa-kenapa kak cuma lecet sedikit di lutut 2-3 hari juga sembuh kok lagi juga ini salah aku"

"Yasudah ayo masuk ke mobil kita cari apotik terdekat buat obatin luka kamu"

Kak marcel pun membantuku untuk masuk ke mobilnya menuju apotik terdekat untuk mengobati lukaku. Aku sungguh tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi karena dia pergi keluar negeri untuk melajutkan pendidikannya di Amerika. 

Sesampainya kami diapotik dia langsung membeli perban dan betadine untuk lukaku. Dia mengolesi luka dengan telaten menggunakan betadine dan memperbannya dengan plester yang Ia beli tadi. Ternayata dia masih seperhatian dan sebaik itu padaku, sama seperti saat terakhir kami bertemu sebelum dia pergi ke Amerika. Jika kalian penasaran siapa dia? Dia adalah Marcel Hadinata, dia adalah kakak kelasku saat dibangku SMA. Aku sempat memiliki perasaan padanya saat itu, ya bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku.

Saat dibangku SMA banyak yang berfikir kami berpacaran padahal itu tidak benar, Kak Marcel hanya menganggapku seperti adik maka dari itu kami sangat dekat karena dia bilang sifatku yg ceria mirip dengan adiknya yang sudah tiada. Aku yang sempat punya perasaan padanya pun harus mengubur rapat-rapat perasaan itu saat mengetahui dia berpacaran dengan teman sekelas nya yang sangat populer, Mereka pun terlihat sangat serasi saat bersama dan sejak saat itu akupun mulai menjaga jarak darinya hingga kepergian dia ke Amerika. 

Beberapa jam sebelum kepergiannya ke Amerika Marcel menghubungiku untuk berpamitan dan meminta untuk bertemu,  aku yang saat itu tidak mengetahui bahwa dia akan pergi jauh langsung mengiyakan untuk bertemu dengannya sekaligus berniat menyatakan perasaanku saat itu. 

Aku segera bergegas mencari taksi untuk ke Bandara, dalam sepanjang perjalanan hatiku tidak karuan. Banyak yang ingin kau sampaikan padanya sebelum kepergiannya, aku ingin dia mengetahui perasaanku terserah jika setelah ini dia akan memandangku berbeda.

Sesaat kemudian, taksi yang ku tumpangi tiba di Bandara. Aku berlari menuju ruang tunggu keberangkatan, bahagia nya aku saat melihat punggung milik Kak Marcel dari kejauhan. 

Namun langkahku perlahan terhenti, aku melihat Naraya yang tiba-tiba memeluk Kak Marcel. Hatiku sakit melihat mereka berdua, harusnya aku sadar akan posisiku. Aku bukan lah siapa-siapa, ada Naraya yang sudah jelas posisinya yaitu kekasih Kak Marcel. 

Langkahku pun berhenti dan hendak untuk berbalik, Niatan ku untuk pergi justru tertangkap oleh Kak Marcel yang melihatku dari kejauhan dan mau tak mau  aku pun berjalan mendekati mereka dengan perlahan sembari mengatur perasaanku dan  mencoba agar tetap  terlihat ceria di depannya.

"Larissa. Kamu datang juga? Kemana kamu selama ini, aku susah sekali menghubungimu" Ucap Marcel pada Larissa.

"Iya, aku sedang banyak tugas jadi aku tidak sempat mengabarimu Kak, maaf kan aku."

"Larissa, kamu kesini juga?" Tanya Naraya pada larissa

"Hehe iya Kak, Kak Marcel memaksaku untuk datang padahal sih aku tidak mau datang tadinya." Sahut Larissa 

"Oh gitu, jadi kamu terpaksa dateng kesini?" Tamya Marcel pada Larissa

"Ya abisnya, kamu mau pergi nya tiba-tiba. Nanti yang bantuin aku kerjain PR matematika siapa?" Sahut Larissa sedikit kesal.

Marcel dan Naraya pun tertawa melihat ekspresi kesal dari Larissa. 

Sesaat kemudian Nayara izin untuk pergi ketoilet, sehingga kami pun hanya tinggal berdua. Saat itu keluar lah kata-kata yang tidak kusangka akan dia ucapkan.

*****

Readers tersayang pendapat kalian sangat aku butuhkan untuk kelangsungan cerita ini,  jadi jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote, share dan juga comment ya.. 😘😘