Alvero sedang menikmati makan malam berduanya dengan Friska, disalah satu restorant mewah dan berbintang. Saat mereka sedang makan, alvero masih saja memikirkan wanita itu. ya siapa lagi kalau buka zeline. Dia masih kepikiran atas perbuatan friska tadi siang yang menamparnya. Namun dia tak ingin Friska salah paham padanya, maka dari itu dia tak sempat berucap apapun pada sekretarisnya itu.
Frisaka yang melihat Alvero sedang melamun dan juga ia tak menyentuh makanan yang telah dihidangkan tersebut sedikit bingung.
"baby, kamu kenapa sih?" Tanya Friska yang penasaran
"Mm, ga papa" jawabnya sedikit bingung
"aku perhatiin dari tadi kamu melamun mulu. Kamu sakit?"
"ah engga kok, aku hanya kelelahan saja. Karena banyak urusan kantor yang belum aku selesaikan" ucap Alvero tak sepenuhnya berbohong
"begitu rupaya" jawaban Alvero membuat Friska percaya.
"kalau begitu ayo kita pulang, agar kamu bisa beristirahat" imbuh friska
Setelah selesai makan, mereka langsung pulang ke apartemen masing-masing. Alvero mengantar Friska dulu baru kemudian ia pulang. Alvero tak ingin Friska tinggal di apartemennya, karena ia takut terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Namanya juga lelaki. Siapa yang tak tergoda melihat tubuh sexy milik Friska.
Saat Alvero sampai keapartemen Friska dia langsung pamit dan Friska pun masuk kedalam. Setelah Friska memastikan Alvero benar-benar pergi, ia pun mengambil ponselnya dan menelfon Raka. Karena dia tau kalau Raka juga sedang berada di kota ini. Tak butuh waktu lama dia menunggu, Raka pun datang. Mereka bedua pergi ke club malam milik Raka yang terbilang mewah dan bagus.
Raka yang melihat Friska sudah mabuk berat dia langsung memesan hotel untuk mereka bermalam. Namun saat mereka sedang merjalan ke arah mobil tiba-tiba Vania menegur raka. Raka sedikit terkejut melihat Vania
"eh Raka, lo sama siapa tu?" Tanya vania sedikit kepo
"ah ini, pacar baru gue" jawab raka santai
"wah gila sih, cepat amat lu yak udah moveon dari sepupu gue" ucap Vania
"yaudah deh kita cabut dulu, bye" ucap raka sambil melambaikan sebelah tangannya kearah vania dan langsung masuk kedalam mobil.
Setelah kepergian raka tadi, Vania masih melamun dan mengingat-mengingat wajah perempuan yang bersama raka tadi. Dia seperti pernah melihatnya, tapi lupa dimana.
Sementara disisi lain Alvero yang sudah berpamitan kepada Friska dan mengatakan padanya bahwa ia akan kembali keapartemennya tertanya bohong. Dia pergi ke kos zeline untuk menemuinya karena dia khawatir dengan keadaan Zeline danjuga dia ingin meminta maaf atas perbuatan kekasihnya tadi.
Zeline yang sedang merebus mie untuk makan malamnya mendengar suara ketukan pintu. Langsung ia mematikan kompornya dan bergegas membuka pintu.
Ceklek….
Ia sangat terkejut melihat bos nya datang malam-malam begini kerumahnya. Apa ada pekerjaan mendadak yang harus diselesaikan mala mini, batin Zeline.
"membukakan pintu saja lama sekali" ucap Alvero membuat lamunan Zeline tersadar.
"maaf pak, saya tadi sedang memasak. Mari pak silahkan masuk"
Meski Alvero sudah meminta Zeline untuk tidak memanggilnya dengan sebutan bapak diluar kantor, bahkan kalau hanya sedang berdua namun Zeline masih saja susah memanggilnya dengan sebutan nama. Karena dia merasa tidak sopan dengan atasannya. Karena Alvero datang kesini untuk memastikan keadaan sekretarisnya, jadi dia tak ingin berdebat hanya dengan nama panggilan.
Alvero langsung masuk kedalam dan langsung duduk dikursi makan. Alvero masih terus memandagi ruangan itu karena didalam kos Zeline hanya ada dua kursi dengan meja makan yang menghadap kedepan tv, tempat tidur yang kecil namun bisa untuk dua orang kalau badannya tidak besar, dan ada kamar mandi yang sangat sempit. Kemudian ada dapur yang minimalis, walaupun begitu dapur tesebut terlihat bersih dan rapi.
"apakah ada pekerjaan yang harus saja selesaikan malam ini pak?"
"tidak ada!"
"lalu kenapa bapak datang kesini?"
"memangnya tidak boleh?"
"eh bukan begitu pak"
"Aku hanya ingin memastikan keadaanmu. Apakah kamu baik-baik saja atau tidak. Karena aku tidak ingin melihat sekretaris ku tidak masuk berkerja besok. " kata Alvero
"ha? Saya baik-baik saja. Yang seperti bapak lihat sekarang ini" Jawab Zeline sedikit ragu.
"sudahla nanti kita lanjutkan pembicaraannya. Tadi kamu bilang sedang memasak, kalau begitu aku mau makan"
"saya hanya membuat mie saja pak. Apakah bapak mau?"
"Ya boleh la, dari pada aku tidak makan sama sekali"
Zeline langsung kedapur untuk membuatkan mie semangguk lagi buat bos nya itu. tak lama kelmudia selesailah dia membuat mie dan membawanya ke meja makan. Alvero masih ragu untuk memakannya, dia hanya menatapnya saja. Zeline yang melihat hanya berkata
"makan saja pak, makanan ini tidak beracun kok" ucap Zeline dan Alvero mulai memkannya.
"kamu sering ya makan yang beginian?" Tanya Alvero penasaran, Kerena Zeline lagi mengunyah makanannya dia hanya mengangguk saja
"jangan terlalu sering, ini tidak bagus untuk kesehatan tubuhmu" ucap Alvero lagi dan Zeline hanya mengangguk lagi.
"bagusla, kalau tidak kamu bakalan cepat mati karena makan ini terus-terusan"
Ucapan Alvero kali ini membuat Zeline bersuara
"benarkah? kalau begitu saya akan makan ini terus. Biar bisa bertemu dengan kedua orang tua saya". Jawab Zeline dan membuat Alvero berhenti makan.
"jadi kamu ingin mati?"
"ya"
Alvero yang mendengar perkataan zeline sedikit terkejut. Bagaimana bisa gadis ini mejawab begitu santainya.
"sudah tidak usah terlalu dipikirkan pak, saya hanya bercanda" ucap Zeline yang berhasil membuat pikiran Alvero legah dan melanjutkan makannya.
Setelah selesai makan, zeline langsung mengangkat piring kotor makan mereka berdua. Kemudian dia menemui al yang menunggunya dia meja makan tadi dan mulai megobrol.
"zel, aku kesini ingin meminta maaf"
"maaf? Emang bapak ada salah apa ke saya? Tanya Zeline sedikit bingung
"bukan saya. Tapi atas perbuatan perempuan tadi siang yang menampar mu dikantor"
"ooo, saya sudah memamaafkannya pak. Dan saya juga sudah melupakan kejadian itu. Mungkin itu memang salah saya pak. " jawab zeline santai.
Setelah panjang mereka mengobrol alvero pun langsung berpamitan pulang kepada zeline.