(PROV ZELINE)
Malam ini aku sangat kedinginan mungin penyakit ku kambuh lagi, tapi biarkan sajalah besok pagi juga pasti sembuh. Aku sangat mengantuk dan langsung memejamkan mata ku. aku tidur begitu nyenyak sampai-sampai aku terbangun karena suara ketukan pintu yang begitu keras. Namun aku tidak sanggup lagi untuk bangkit dan ponsel juga low bet. Kulihat jam menunjukan pukul 2 malam.
Sudahlah aku berdiam disini saja, mungkin sebentar lagi orang yang mengetuk pintuku juga akan pergi. Namun sayang, malah pintu kosan ku seperti ada yang mendobrak. Aku sedikit ketakutan namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Kudengar sangat jelas langkah kaki yang mulai mendekat kea rah ranjang ku. mata ku yang samar-samar juga bingung siapa yan datang malam-malam begini.
"hei, kamu kenapa?" Tanya al
Ku dengar suara seorang pria yang tak asing ditelinga ku. ya aku tanda suara ini, ini adalah suara Al. aku sedikit lega ternyata bukan orang jahat yang masuk kedalam rumahku. mata ku yang terasa panas sangat sulit untuk dibuka. Ditambah lagi tubuhku kedingainan langsung saja ku jawab pertanyaanya "Dingin" hanya itu yang ku jawab.
Kulihat dia sangat panik dan ingin membawa ku kerumah sakit. Namun ku cegah, aku tak ingin dia tau yang sebenarnya. Dan aku juga tidak ingin merepotkannya. Dia langsung menarikan selimut ketubuhku dan memelukku sangat erat. Sunguh sangat nyaman pelukan ini, tak segan-segan aku juga membalas pelukannya. Dan menenggelamkan kepalaku didada bidang miliknya. Setelah itu aku langsung tidur dan tak ingat lagi apa yang terjadi.
Saat aku terbangun aku langsung melirik jam disekitar ku dan menjukan pukul 8 pagi. Langsung saja aku bangun dan aku sedikit terkejuut melihat tangan kokoh yang memeluk perutkku sangat kuat. Dan aku menganggat kepalaku sedikit keatas, ku liat Alvero yang tengah tidur pulas. Bearti semalam kami tidur dalam keadaan perpelukan. Ah senangnya dan sekali lagi kulihat jam terus berjalan. Aku sudah terlambat untuk kekantor dan sesegera mungkin aku harus sampai ke kantor. Pelan-palan aku melepaskan pelukkannya.
Kemudian aku langsung pergi kekamar mandi, untuk membersihkan tubuhku yang berkeringat semalaman akibat suhu tubuhku yang panas. Setelah selesai aku memakai handukku. Saat aku mulai membuka pintu kamar mandi, aku teringat bahwa aku tidak sedang berada sendirian. Aku mulai mengintip kearah ranjangku. Kulihat Al masih tidur pelan-pelan aku berjalan kearah lemari. Karena aku lupa membawa pakaian ku kemar mandi tadi.
Sesegera mungkin aku mengambil pakaian ku yang ada dilemari dan memakainya. Sesekali aku melihatnya yang masih tertidur.
(PROV ALVERO)
Saat dia sakit seperti ini aku suka berada disampingnya. Aku merasa kasihan padanya, aku ingin membawanya kerumah sakit dia bertakata "tidak usah". Sementara suhu badannya sangat panas. Namun aku tidak ingin betekak dnegannya dan aku menurutinya untuk tidak membawanya kerumah sakit. Dia terus berkata "dingin" aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Sementara selimutnya sudah kututupi seluruh badanya. Tetapi dia masih kedinginan.
Kuambil inisiatif untuk memeluknya, sebenarnya aku takut dia marah. Namun tak ada pilihan lain, urusan dia marah nanti saja itu kupikirkan. Kupeluk tubuhnya sangat erat dan dia juga memelukku. Aku sangat senang, tak lama kemudian dia tertidur sangat pulas. Aku yang merasa sangat ngantuk segera kurebahkan tubuhku disampingnya. Sebelum itu aku sempatkan untuk mencium keningnya lembut. Kemudian aku tertidur dengan nyenyak.
Kubuka mata dan melihat kesebelah ku sudah tidak ada lagi Zeline aku sedikit panik lama aku terdiam sampai akhirnya kudengar suara air dikamar mandi. Dan aku yakin itu adalah Zeline. Lama aku mendegar suara keran air, setelah itu mati. Mungkin dia sudah selesai mandi. Aku langsung menutup mata ku lagi dan berpura-pura tidur.
Benar saja dia keluar hanya menggunakan Handuk yang dililitkan ditubuhnya. Saat dia sedang sibuk memilih pakaiannya, aku masih terus memandangi tubuhnya yang begitu indah. Aku sangat tergoda melihat tubuh seksinya, semua tampak berisi pada setiap bentuknya. Namun aku harus tahan godaan ini. Aku tak ingin membuatnya marah. Ku pejamkan mata lagi saat dia mulai memakai seluruh pakaiannya.
***
Alvero membuka mataya saat Zeline sudah selesai memakai pakaiannya dan mulai berjalan menjahui ranjangnya dan Al langsung mencegahnya
"mau kemana kamu?"
"aku akan pergi kekantor"
"tidak perlu, kamu baru saja sembuh sakit"
"ah itu sudah biasa, dan sakarang aku juga sudah baikan"
"yakin kamu akan pergi kekantor?"
"kenapa memangnya?"
"apa kamu tidak melihat jam?"
"aku tau, tidak apa-apa kalau gaji ku dipotong karena telat. Yang penting aku masih bisa bekerja"
"sudahla tidak usah masuk, kamu istrahat saja"
"mana bisa seperti itu"
"bisa dong, kan aku bosnya"
"tapi aku tidak mau dirumah terus"
"kamu harus tetap istirahat, atau kamu mau aku pecat"
"oke baikla" jawab Zeline sedikit kesal dan membuat Alvero sedikit tertawa.
"kenapa kamu tertawa? apa ada yang lucu?"
"tidak ada"
"dasar aneh."
"hei tunggu dulu, mau kemana kamu?"
"yatuhan, aku ke DAPUR. Apakah kesana juga tidak boleh?"
"tentu saja boleh"
"baikla, kamu tunggu saja disini aku akan membuat sarapan untuk kita berdua"
"oke"
Zeline langsung berjalan menuju dapurnya dan mulai memasak. Hari ini dia tidak memasak mie. Karena kemaren sebelum pulang kerumah dia sempat membeli beberapa bahan masakan seperti sayuran dan ikan yang bisa diolahnya hari ini. Setelah selesai masak dia langsung menatanya dimeja makan. Alvero yang melihat Zeline sudah selesai memasak langsung mengahampirinya. Mereka mulai makan. saat makan sesekali Alvero terus saja memperhatikan Zeline yang sedang makan begitu lahap dengan gaya rambut digerainya.
Sangat cantik , Batin Alvero
Setelah selesai makan Zeline membereskan meja itu dan kembali duduk di meja makan tadi. Dia langsung memulai obrolan
"kenapa kamu tidak pulang?"
"karena aku tidak mau"
"apa yang ingin kamu lakukan disini? sudahla sana pulang"
"tidak"
"apa kita akan begini terus hari ini?"
"ya"
"apa kamu tidak kekantor hari ini?"
"tidak"
"hari ini kamu ada meeting lo"
"sudah aku suruh Kenzo menanganinya"
"aku ingin kekantor sekarang" pinta Zeline dengan memasang wajah imutnya
Al yang melihat wajah Zeline sangat Gemes langsung mencubit hidung mancungnya. Dan membuat Zeline kesakitan dengan sedikit jeritan "Awww"
"kenapa kamu mencubit ku?" Tanya Zeline dan hal hanya tertawa.
Zeline yang merasa aneh melihat tingkah al, langsung bangkit dan ingin meninggalkan Al. namun tanyannya ditahan la. Sehingga membuatnya duduk kembali ditempat semula.
"ada apa lagi ?"
"kau ingin kekantorkan?" Tanya Al dan Zeline mengangguk
"baikla kita akan kekantor nanti siang" ucap alvero
"kita?"
"iya, kita akan pergi bersama"
"aku bisa pergi sendiri."
"baikla kalau begitu kamu tidak boleh kekantor hari ini"
"loh kenapa begitu?
"karena kamu tidak ingin pergi bersama denganku"
"yatuhan, baik la pak Alvero yang terhormat kita akan pegi bersama"
"bagus"
"lantas bagaimana dengan pakaimu mu?"
"gampang, kamu tenang saja"
Setelah selesai mereka megobrol. Al langusng mengambil ponselnya dan menelfon supir pribadinya. Dia menyuruh supirnya untuk menjeput dia di kosan Zeline dan menyuruhnya membawakan pakaian milik Al untuk kekantor.
Supir Al datang dan membawa segala yang diperintahkan Al. kemudian al siap-siap, sementara Zeline menunggunya didalam mobil. Setelah selesai semuanya, al mengahampiri Zeline didalam mobil dan menyuruh supirnya untuk menjalankan mobil kekantor. Didalam mobil mereka tak banyak mengobrol. Sampai akhirnya mereka sampai dikantor, namun tiba-tiba Zeline bersuara
"berhenti pak, saya turun disini saja"
"tidak bisa, jalan terus" bantah al, dan menyurh supirnya untuk berenti didepan gedung
"tidak bisa pak, saya tidak ingin nanti dikantor ada yang salah paham dan bergosip yang bukan-bukan"
"kamu tenang saja, mereka tidak akan berani"
"terserah sajalah pak, saya ngomong dengan bapak juga tidak pernah menang"
Sampai didepan gedung mereka berdua turun, dan berjalan bersampingan. Benar saja seluruh karyawan menatap mereka dengan tajam. Al tidak ambil pusing dan terus melangkahkan kakinya menuju ke ruangan dengan wajah yang tersenyum. Seluruh karyawan merasa aneh dengan sikap bosnya. Zeline yang merasa risih terhadap pandangan karyawan hanya bisa diam saja. Dia tidak ada hak buat memarai para pegawai itu. Dia juga langsung berjalan mengikuti bosnya dan sampai kedalam ruangan masing-masing.