"van hari ini temeni aku kerumah sakit yuk?"
"kamu sakit?" Tanya vania kaget
"eh engga-engga. Aku cuma mau jumpai dr. David. Semenjak mama sama papa tiada aku sudah jarang menemui dokter itu" ucap Zeline tak sepenuhnya berbohong.
"oo, baikla tuan putri. Kita akan kesana"
Memang benar sejak kematian kedua orang tuanya ia tak pernah lagi mengunjungi dokter pribadi keluarganya. David sendiri adalah dokter pribadi keluarga Azri Mahesa dan sekaligus menjadi anak angakat azri dan elina. David dulunya hanya anak yang kurang mampu yang mempunyai otak cerdas, maka dari itu Azri yang membiayai semua kebutuhannya.
Perbedaan usia mereka terpaut cukup jauh yaitu 10 taun lebih tua dari Zeline. David sudah menganggap Zeline seperti adiknya sendiri begitupun Zeline yang menganggapnya sebagai kakak laki-laki. Namun ia tak ingin menyusahkannya. Tujuan utama menemui david karena ingin menanyakan sesuatu.
Sampailah mereka di sebuah rumah sakit besar dan mereka berdua langsung menuju keruangan David. Saat sampai didepan ruangannya tiba-tiba Vania mendapat panggilan telfon dari ayahnya dan permisi kepada Zeline untuk mengangkat telfon. Kemudian vania menghampiri Zeline yang masih berada didepan ruangan dokter tersebut.
"Zel, aku tidak bisa menemani mu untuk masuk kedalam. Papa menyuruhku untuk segera pulang"
"iya Van gapapa, kamu hati-hati ya"
"iya zheyenkkkkk, bye"
Zeline mengetuk pintu dan membukanya. Kemudian david menyuruhnya duduk dan mulai mengobrol
"bagaimana kabar mu zel?"
"ya seperti yang dokter liat sekarang ini"
"selalu saja saat kamu memanggilku dokter."
"hehehe, sudah kebiasaan"
"dasar" ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut Zeline "ada perlu apa kamu kesini?" imbuhnya lagi.
"begini mas, akhir-akhir ini kepala ku sering sekali sakit"
"sudah pernah cek sebelumnnya?"
"sudah, tapi hanya diklinik. Dan mereka bilang aku hanya kelelahan saja. Mereka juga memberikan ku obat untuk penghilang rasa sakit dikepala. Kalau aku tidak meminum obat itu aku meresa pusing kembali"
"baikla, coba kamu berbaring dulu biar aku periksa"
David mulai memeriksa keadaan Zeline. Dan memberikan obat untuk sementara. Setelah selesai ia mengajak Zeline untuk mengobrol diluar ruangan.
Disisi lain alvero tiba-tiba mendapat telfon dari mamanya yang meminta untuk dijemput disalah satu rumah sakit. Karena kebetulan papanya sore ini masih ada urusan bisnis jadi dia yang disuruh. Saat sudah sampai didepan parkiran, Alvero langsung menghubungi mamanya kembali.
"halo ma, dimana? Aku sudah diparkiran ini?"
"aduh sayang, maaf ya. Mama udah pulang ni, tadi nebeng sama ibu-ibu yang lain. Kamu sih jemputnya lama banget"
"kenapa ga bilang sih ma, yaudah deh" jawab alvero kesal kemudian mematikan sambungan telfonyanya.
Saat hendak ingin menghidupan mobilnya kembali, tiba-tiba matanya menangkap salah satu objek yang membuat dirinya emosi. Dia melihat Zeline yang sedang mengobrol dengan seorang laki-laki yang memakai jas berwarna putih.
"hasilnya besok akan keluar. Jadi besok kamu kembali lagi kesini" kata david
"iya mas"
Tiba-tiba Alvero sudah berada dihadapan Zeline. Zeline dan David menghentikan langkahnya dan menatap Alvero. Saat ini Alvero sudah memasang wajah datarnya.
"Bapak" sapa Zeline
"ngapain kmau disini?" Tanya Alvero
"hm, baru selesai menjenguk teman saya yang sakit pak" jawabnya berbohong.
"terus siapa laki-laki ini?" Tanya Alvero kembali mentap David
"oiya, ini dokter David pak. Dan mas David ini pak Alvero bos saya" ucap Zeline memperkenalkan keduanya.
David hanya tersenyum sambil menundukan sedikit kepalanya, sedangkan Alvero masih diam tanpa ekspresi.
"kalau begitu aku pamit dulu ya mas" ucap Zeline dan mereka berdua berpelukan sebentar, karena itu sudah kebiasaan mereka sebelum pergi.
Alvero yang melihat itu langsung menarik tangan Zeline agar ikut bersamanya. David hanya tertawa melihat tinggah Alvero yang cemburu dan posessiv. Sampai diparkiran Alvero langsung menyuruh Zeline untuk masuk kedalam mobil. Saat didalam mobil Alvero masih diam menyandarkan badannya kebelakang kursi pengemudi dan memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan emosinya. Sentara Zeline masih diam sambil terus memandangi Alvero. Dan kemudian berbicara
"bapak kenapa sih? sakit tau tangan saya"
"stop manggil aku bapak! Bukannya sudah pernah kukatakan" ucap Alvero dengan suara membentak dan Zeline terkejut
"hiks.. hikss.. kenapa kamu jadi marahi aku?" kata Zeline yang menangis
Alvero yang mendengar tangisan Zeline langsung memeluknya
"maaf, bukan maksud aku marahi kamu. Tapi..?"
"tapi apa?" Tanya Zeline penasaran dan Alvero mulai melepaskan pelukannya.
"tapi aku kesal sama kamu karena laki-laki tadi"
"kenapa memangnya"
"ya kamu sih, main peluk-peluk aja. Kalau dia nanti ambil kesempatan saat meluk kamu gimana?"
"hahaha, ya ga mungkin la"
"ko ketawa sih, aku serius"
"kamu cemburu ya? hahaha" ucap Zeline yang tertawa sejadi-jadinya.
Alvero yang merasa kesal akibat tinggah Zeline yang menertawakannya, langsung dia memajukan kembali badanya dan CUP
Zeline langsung terdiam saat bibir Alvero menempel di bibirnya. Setelah beberapa detik Alvero langsung menjauh. Zeline langsung memegang bibirnya dan spontan mengatakan
"My frist kiss"
"are u seriously? Kalau begitu selamanya hanya boleh aku yang menyentuhnya tidak ada boleh pria yang lain!" ucap Alvero