Setelah lelah mengurus perusahaan beberapa minggu belakangan ini, Damian berniat mengajak Alvero dan Kenzo untuk pergi kesebuah club malam. Tempat ini sangat sering dikunjungi Damian. Dan diclub ini pula Damian pernah melihat Friska dengan pria lain. Namun Damian tak ingin ikut campur masalah percintaan sabahatnya itu.
Alvero dan Kenzo tidak menolak ajakan Damian. Kerena mereka juga sedang butuh kebebasan untuk bersenang-senang. Tak lama kemudian mereka berdua tiba di club itu dan langsung menghampiri Damian yang sudah datang terlebih dahulu. Langsung saja mereka memesan minuman dan mulai bersulang.
Alvero tak ingin meminum minuman yang mengandung alcohol terlalu banyak. Berbeda seperti kenzo yang sudah sangat banyak minum dengan kadar alcohol tinggi. Begitu juga pada Damian yang mulai mabuk. Mereka berdua langsung bangkit dari tempat duduk dan berjoget mengikuti alunan music yang cukup keras. Dan meninggalkan Alvero sendirian duduk disofa itu.
Saat alvero sedang duduk sendiri matanya terfokus pada sepasang sejoli yang tengah mabuk berat. Mata alvero tak lepas memandangi kedua manusia itu yang sedang berpelukan dan sesekali juga berciuman. Sepasang sejoli itu adalah kekasihnya yang sebentar lagi mungkin detik ini juga akan menjadi mantan kekasihnya. Alvero saat ini masih meredam kemarahannya. Bagaimana bisa perempuan itu tidak jadi kemabali kekotanya, sementara Al sendiri yang mengantarkannya ke bandara. Alvero sudah cukup lama memandanginya dan mulai emosi.
Alvero bangkin dan berjalan menuju kearah Friska, dengan tak segan-segan Al langsung menonjoki lelaki itu. setelah beberapa pukulan mendarat diwajah laki-laki itu, Friska melerainya.
"sudah Al apa yang kamu lakukan?"
"dasar perempuan tidak tau diri" jawab al sedikit tertawa getir
"jaga omongan kamu?"teriak Friska setengah mabuk.
"apa gue salah? Sudahlah mulai saat ini lo bukan lagi kekasih gue. Lo gak lebih dari seorang perempuan murahan!" kata al dengan suara yang meninggi.
"engga al, aku ga mau putus sama kamu" kata Friska dengan suara yang sedih.
"terserah lo dan jangan sekali-sekali lo berani nemui gue lagi. Dasar wanita murahan!!" ucap Al
"jangan seperti itu al, aku sangat mencintaimu" kata Friska yang tak diperdulikan al.
Seluruh pengunjung yang mendengar keributan itu pun, mulai melihat kearah mereka. Damian yang Kenzo kenal betul dengan suara itu langsung menghampirinya.
"apa yang terjadi Al?" Tanya Kenzo
"lo ga apa-apa Al" Tanya Damian
"Gue cabut dulu" kata Al tanpa menjawab pertanyaan Damian dan Kenzo.
Damian dan Kenzo hanya mengangguk. Setelah kepergian Al, mereka berdua melihat Friska yang masih diam mematung dan menangis. Sementara laki-laki yang babak belur dihajar oleh Al pingsan tak sadarkan diri. Mereka berdua juga langsung meninggalkan tempat itu.
Alvero yang mengendarai mobil sedikit emosi mengingat kejadian tadi. Ingin sekali dia membunuh kedua sejoli sialan itu. seketika Al mengingat siapa laki-laki yang bersama Friska. Dia adalah Raka Mahendara rekan bisnis yang sedang mereka kembangkan. Langsung saja Al menelfon Kenzo
"hallo"
"iya Al, ada apa?"
"gue mau lo cari tau siapa itu Raka Mahendra. Gue mau malam ini juga harus udah ada semua informasi mengenai laki-laki itu"
"baik al"
"satu lagi Ken, gue mau perusahaan kita membatalkan kerjasama dengan perusahan dia"
"oke" jawan Kenzo dan al langsung mematikan panggilannya itu.
Malam ini Al tak ingin kembali ke apartemennya. Dia juga bingung harus kemana, saat ini dia hanya butuh ketenangan unutk melepaskan semua kekesalan dan amarahnya. Cukup lama dia mengelilingi kota, tiba-tiba saja dia mengingat sesuatu, yaitu seorang perempuan yang tak lain adalah sekretarisnya.
Langsung saja dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan mengarah ke kos Zeline. Jam sudah menunjukan pukul 2 malam. Setelah sampai didepan rumahnya dia turun dari mobil dan mengetuk pintu. Namun tak ada juga tanda-tanda pintu akan segera dibuka. Al juga menelfon namun panggilan tersebut tidak aktif. Perasaan Al makin tak karuan, tanpa pikir panjang dia langsung mendobrak pintu kos Zeline.
Dia melihat Zeline terbaring lemat dikasur kecil miliknya. Al langsung menghampiri.
"hei, kamu kenapa?" Tanya al
"Dingin" jawab Zeline dengan mata setengah tertutup.
Al yang melihat dan mendegarkan itu langsung ingin mengangkat tubuh Zeline untuk dibawa kerumah sakit. Namun dicegah oleh Zeline. Karena hal seperti ini sering terjadi, dan besok pagi juga sudah pulih.
"tidak usah"
"badan mu sangat panas, bagaimana mungkin tidak kerumah sakit?"
Zeline membuka matanya lebar-lebar sembari menggeleng-gelengakan kepalanya. Alvero yang melihat itu hanya diam dan mengiyakan permintaan Zeline. Entah mengapa dia menurut pada perempuan itu. Zeline kembali lagi bersuara lemah
"dingin"
Al yang mendengar itu langsung menarik selimut tebal untuk menyelimuti tubuh Zeline. Dia juga duduk disamping Zeline sambil memeluknya erat. Zeline mulai memeluk Al dan tertidur di dalam dekapannya. Al yang mulai mengantuk juga merebahkan tubuhnya dan tak melepaskan pelukan perempuan itu.