"Aku dengar-dengar, ketika sepasang kekasih sudah menikah, mereka harus tidur bersama." Cheng Zhiyan berkata dengan serius pada Zhou Wei. "Kemarin aku menjaga anak ini semalaman... dia juga membuat ulah, menyentuhku berkali kali, aku hampir dibuat jatuh olehnya."
"Ouh…" Zhou Wei menatap putranya dengan serius. Dia lalu menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir dan berkata: "Ckckck, benar-benar tidak romantis..."
"Tidak romantis apanya??" Tanya Cheng Zhiyan sembari menengadahkan kepalanya untuk menatap ibunya. Sambil mengernyitkan dahinya dia lanjut bertanya: "Bu, Aku semakin tidak mengerti, apa yang ibu maksudkan?"
"Tidak masalah, kamu akan memahaminya kalau kamu sudah dewasa nanti." Zhou Wei tersenyum dengan misterius. Dia lalu mengelus kepala Xiaotu dan berkata: "Tutu saat ini masih kecil, tunggu kalau dia sudah tumbuh dewasa, maka posisi tidurnya yang sebenarnya akan terlihat. Oh iya, posisi tidurmu saat masih kecil juga tidak jauh beda dengan Xiaotu."
"Tapi aku…." Ketika Cheng Zhiyan ingin melanjutkan kalimatnya, ibunya memotong ucapannya dan berkata: "Cepat habiskan makanme, ibu harus segera berangkat bekerja. Sebaiknya kamu pertimbangkan lagi soal menjadikan Xiaotu sebagai pacarmu atau tidak. Pertimbangkan dengan matang agar kamu tidak menyesal dikemudian hari."
"..."
Cheng Zhiyan lanjut memakan telur gorengnya.
Menyesal?
Menyesal apanya?
Menyesal karena tidak bisa membuat perutnya ditiduri Xiaotu selamanya?
Jika Cheng Zhiyan menjadikan Xiaotu sebagai pacarnya, dia akan tertekan seumur hidup, itu baru yang namanya penyesalan!
Dia memikirkan hal itu sambil memegang perutnya yang masih terasa sakit. Dengan suara lirih dia bertanya kepada Zhou Wei: "Bu, tahukah Ibu jika aku pacaran di usiaku yang masih 10 tahun, itu berarti aku cinta monyet? Guruku berkata bahwa cinta monyet tidak diizinkan di sekolah."
"Hmm, tidak masalah, cinta monyet tidak dilarang di rumah." Zhou Wei berbicara sambil membereskan piring-piring lalu membawanya ke tempat cuci piring. Setelah itu dia melepas sandal dan ganti mengenakan sepatu kerjanya. Tangan kanan membawa kunci dan tangan kiri menenteng tas lalu berkata pada Cheng Zhiyan dan Xiao Tu: "Ibu berangkat kerja dulu. Kalian baik-baik di rumah, ya."
"..."
Cheng Zhiyan terdiam melihat ibunya pergi, lalu dia menengadahkan kepalanya dan melihat Xiaotu yang duduk di didepannya. Lagi-lagi Cheng Zhiyan menghela napas dan melanjutkan makan telur goreng yang sudah terpotong-potong.
Libur musim panas akan segera berakhir.
Satu minggu lagi Cheng Zhiyan sudah mulai masuk sekolah. Ibu Xiaotu sedang berdiskusi dengan Ayah Xiaotu untuk mendaftarkan Xiaotu ke sebuah Taman Kanak-Kanak.
Xiaotu sangat gembira ketika mendengar dia akan segera masuk TK
"Ibu, aku akan bersekolah, itu berarti aku akan bisa menulis?"
"Anakku sayang, kamu belum diajarkan caranya tulis menulis di TK..." Ibu Xiaotu melihat Xiaotu dengan sangat bahagia, lalu bertanya: "Xiaotu, mengapa kamu sangat bahagia saat akan didaftarkan sekolah? Padahal anak-anak lain tidak suka sekolah..."
"Tentu aku bahagia!" Wajah Xiaotu yang putih dan imut itu tersenyum seindah bunga, suaranya terdengar sangat ceria dan penuh semangat: "Aku bisa sekolah bersama Kakak Jus Jerukku!"
Ibu Xiaotu mengusap keringat di dahinya dan hanya bisa pasrah melihat kelakuan putrinya. Ibu Xiaotu memberitahu Xiaotu dengan suara lirih: "Xiaotu sayang, Kakak Jus Jerukmu sudah tidak sekolah di TK lagi."