Hans tidak mampu melakukan latihan keras yang di berikan Jack, telah mengajukan diri untuk menanggung hukuman.
Setibanya, di luar rumah, Hans, mencium bau masakan, yang menusuk sampai ke dalam lubang hidungnya.
Hans mengintip dari jendela, melihat mereka semua sedang makan di meja, Jira dan Mina yang mengkhianati Hans tanpa penyesalan, kini Hans melihat mereka sedang melahap, makanan yang ada di meja itu.
Hana yang melihatnya sedang mengintip dari jendela luar rumah, lalu keluar membuka pintu, sambil membawa sepiring makan.
Hana : "Hans, kau sudah pulang?"
"Tampaknya, kau terlihat kelelahan?!"
Lalu Hana, mengunyah makanannya tepat di hadapannya, yang sedang menahan rasa lapar.
Hans : "Beri aku satu suap, kumohon!" (sambil menelan ludahnya).
Kemudian Hana, menyodorkan sendok makannya bermaksud memberinya suapan, Ketika, sendok makanan itu tepat di depan Hans, tangan Hana, berubah arah seketika ke mulutnya.
Hana : "Aaaammm enak, yuhuu!"
Kemudian Hana, pergi dengan dingin tanpa penyesalan.
Hans : "Sialan kau Hana!"
***
Saat malam yang begitu dingin, itu adalah penderitaan bagi Hans, dia duduk berjongkok dengan tubuhnya yang menggigil karena kedinginan dengan menahan rasa lapar.
Di kamar mereka Mina dan Jira, sudah merencanakan sesuatu, mereka keluar kamarnya dengan diam-diam, dan yang tidak di duga-duga ternyata mereka berdua, sudah menyisihkan sisa makanan mereka, untuk Hans.
Mina : "Sssstt hati-hati dengan langkahmu!"
Jira : "Aku tahu, kau sebaiknya berhenti berbicara!"
Saat mereka, mengendap-endap keluar rumah, lalu membuka pintu dengan berhati-hati, mereka berdua melihat Hans dengan kondisi yang sangat menyedihkan.
Mina : "Hans apa kau baik-baik saja"
Hans : "Kalian, apa yang sedang kalian lakukan!"
Jira : "Aku tidak bisa, membiarkan temanku menderita".
Lalu muka Hans, berubah merah, dengan mata bulat.
Mina : "Apa kau, sedang terharu Hans?"
Ketika Hans, mau menjawab, Jira dengan cepat memotongnya.
Jira : "Tidak ada waktu, cepat habiskan Hans!".
Lalu Mina pun, membuka kotak makanannya sedangkan Jira membawakan kain hangat, agar Hans tidak terlalu kedinginan.
Hans : "Kalian memang saudaraku yang terbaik!"
"Kalian, pasti menyesal meninggalkanku kan".
Dengan rasa lapar yang tak tertahankan, Hans, dengan lahap memakannya seperti binatang yang kelaparan, tanpa tersisa sedikit pun. Setelah Hans selesai dengan makanannya, Hans seperti sudah merasa hidup kembali.
Namun Tiba-tiba, angin berhembus menjadi tak beraturan, sampai benda-benda yang di sekitarnya pun terangkat. Seketika mereka bertiga menjadi panik, melihat sekelilingnya, dengan apa yang baru saja terjadi.
Lalu mereka melihat sudah ada seseorang pria di atas atap, dengan muka gelap yang di selimuti bayangan hitam, seorang pria itu turun menghampiri mereka sambil mengeluarkan sebuah aura yang mengerikan.
Setelah semakin mendekat, wajah pria itu semakin jelas, yang tidak di duga-duga oleh mereka ternyata pria itu adalah Paman Jack..
"Pa, pa, paman!!"
Mereka, sontak tidak percaya apa yang mereka lihat!
Ketakutan yang menyelimuti diri, menelan air liur.
Hans : "Tolong ampuni mereka berdua, ini semua salahku"
Jira dan Mina : "tidak, ampuni, kitaa Paman!!"
Mereka bertiga menutup matanya, karena kekuatan aura yang begitu besar, ketika Jack berjalan ke arah mereka. Ketika semakin dekat, Jack kemudian, tiba-tiba tersenyum.
Jack : "Selamat kalian berhasil dengan tugas kalian yang pertama".
"Heh?"
Mereka kebingungan saling memandang muka satu sama lain
"Tapi, kenapa Paman?"
Jack : "Kalian, akan dipastikan suatu saat nanti untuk terus saling menjaga satu sama lain, tidak peduli situasinya seperti apa, yang terpenting adalah kalian melindungi teman kalian!"
"Sampai jumpa besok, aku akan mengajak kalian ke suatu tempat!"
Kemudian Jack, pergi begitu saja, dengan tenang.
Jack "Kau sudah boleh tidur di dalam Hans"
Hans : "Terima kasih Paman"
Kemudian mereka bertiga bernafas dengan lega.
Jira : "Kakiku masih tidak bisa bergerak!"
Hans : "Kukira dia akan membunuh kita".
Mina, yang hanya tersenyum dengan apa yang baru saja terjadi.
***
Di pusat kota, tempatnya wali kota berada, dengan bangunan mewah, di halamannya yang luas, kemudian terlihat ada seseorang yang mengenakan seragam kesatria divisi burung gagak hitam, kesatria itu bernama Semanta, dia adalah salah satu anggota dari divisi gagak hitam, dia sedang berdiri di depan 6 orang lelaki yang berlutut membelakangi ksatria gagak hitam tersebut, layaknya eksekusi mati, juga ada sekumpulan para penjaga yang berbaris melihatnya.
Keenam orang yang berlutut, membelakangi Semanta, telah di ikat dengan kuat oleh sebuah tali lengannya, juga mereka setengah telanjang. Semanta, pun berbicara kepada 6 lelaki tersebut.
Semanta : "Kenapa kalian ingin menjadi pahlawan kota?"
"Beri aku alasan, agar aku bisa mengampuni hidup kalian!"
Salah satu dari orang itu, dengan keberanian berbicara.
"Kami melakukan pemberontakan, karena orang desa seperti kami, telah menderita oleh orang-orang seperti kalian"
Semanta : "Maksudmu, kalian meminta keadilan?"
"Sumpah, kalian terlahir sudah menjadi sampah"
"Semua ini, membuatku kesal"
"Aeegrrh moodku menjadi jelek"
"Ambilkan aku minuman anggur!"
Salah satu pelayan di sana langsung menuruti apa yang di suruhkan oleh Semanta.
Kemudian orang itu bicara lagi.
"Kau memang ksatria busuk!!"
"Walaupun, kami mati, masih banyak pemberontak lainnya, yang akan menggulingkan kalian!!"
Semanta pun tertawa mendengarnya.
"Aku akan membunuh orang-orang seperti kalian seperti tikus"
Tiba-tiba, salah satu pengawal mendekati Semanta dan berbisik.
"Tuan Semanta, Bima dan orangnya di depan sedang mencarimu"
Semanta : "Suruh mereka masuk!!"
Lalu kemudian, tangan Semanta mengeluarkan aura api, membentuk seperti pedang kecil.
Lalu terdengar suara yang tidak asing lagi bagi Semanta.
Bima : "Bos…" (sambil membungkuk tanda menghormatinya).
Bima sudah tahu, dengan hanya melihatnya saja, Semanta dengan moodnya yang sedang buruk.
Semanta : "Ada apa Bima?" (bertanya kepada Bima).
"Mengapa kamu, belum mengirim persediaan?"
"Apakah kamu mengacaukannya?" (dengan muka gelapnya yang mengerikan).
Bima : "B-b-ob-bos, s-so-al persediaan, terjadi masalah!" (Bima dengan rasa takut dengan suara yang terbata-bata).
Semanta menghembuskan nafas yang dalam, bahwa dia ingin memberi tahunya bahwa moodnya sedang jelek.
Semanta : "Lalu, kenapa kamu kesini sebelum kau mengatasinya, BANGSAT!!" (Dengan nada emosi yang sangat marah).
Salah satu dari keenam orang tersebut telah mendengar perbincangan mereka yang membuat salah satu dari keenam orang tersebut tidak kuat untuk berbicara.
Kalian semua memang orang yang terkutuk.
Semanta lalu, menebaskan pedang kecil apinya, ke leher 6 orang tersebut.
''Sreeeet''
Keenam, orang tersebut, tanpa sadar kepalanya sudah berada di tanah, dengan sisa api yang masih menyala di ujung lehernya.
Bima yang sudah beberapa kali melihatnya pun, masih mempunyai perasaan ketakutan yang luar biasa.
Lalu Bima berlutut di hadapan Semanta, sambil berbicara.
Bima : "Bos , ada seseorang yang sangat kuat datang mengalahkan kita".
Semanta : "Hah, apa katamu? Seseorang yang kuat?" (Semanta lalu membalikkan pandangannya ke Bima yang mulai tertarik).
"Apa dia lebih kuat dariku? Apakah dia seorang ksatria?" (Dia menanyakan ketertarikannya).
Bima : "Aku tidak bisa memastikannya Bos".
"Orang itu, aku belum pernah melihatnya, sepertinya orang itu bukan berasal dari desa sini". (Dengan nada takut Bima menjawabnya).
Lalu Semanta berjalan menuju kursi yang dikhususkan untuknya, kemudian duduk menyilangkan kakinya, dengan tenang meminum anggurnya.
Semanta : "Kalian, cari orang itu, jika kalian sudah menemukannya, laporkan kepadaku!"
Bima : "Tapi Bos"
Bima yang ragu bisa menghadapi Jack sendirian.
Semanta : "Aku yang akan membunuhnya sendiri, tugas kalian adalah mencarinya!"
"Apa kalian budek?"
"Cari ke seluruh penjuru pinggiran desa!" (memotong Bima berbicara dengan nada yang tinggi).
"Cepat pergi? Apa yang kalian tunggu?"
"Kalian ingin seperti menjadi orang-orang itu?" (Sambil menunjuk mayat-mayat yang sudah di eksekusinya).
Bima yang berdiri menegakkan tubuhnya berbicara dengan tegas.
Bima : "Siap bos!"
Lalu pergi meninggalkan tempat itu, dengan terburu-buru.
***
Hari demi hari Hans, Jira, dan Hana melakukan latihan yang sama, mereka seperti sudah terbiasa, seperti makanan sehari-hari, sampai menjadi rutinitas mereka di pagi hari. Kini mereka lebih kuat dari sebelumnya walaupun pertama-pertama sangat berat bagi mereka.
Sudah dua bulan dari kematian Nenek, namun kesedihan mereka, masih berlarut.
Hans duduk di sebuah bukit sungai, Hana yang menghampirinya dengan senyum, memberikan buah apel, kepada Hans yang menangkap apel itu.
Hana : "Kau sedang memikirkan apa, Nenekmu kah?"
Hans, hanya mengangguk sambil memakan apelnya.
Kemudian, mereka hanya melihat sebuah pemandangan pada sore hari yang indah.
Keesokannya di pagi hari yang cerah di rumah, setelah sarapan, Jack meminta Hans, Mina, dan Jira untuk berkumpul.
Jack : "Sepertinya kalian sudah bertambah kuat"
"Apa kalian sudah bersiap untuk tugas selanjutnya?"
Hans Jira dan Mina mengangguk.
Jack, kemudian mengeluarkan beberapa senjata tajam dari dimensi yang dibuatnya.
Kalian, bisa memilih senjata kalian sendiri.
Mereka bertiga melihat dengan mata bulat, terkagum melihat senjata-senjata itu.
Hans : "Apakah aku boleh memilikinya paman?" (Tanya Hans kepada paman Jack).
Jack : "Tentu saja, ini adalah hadiah pertama buat kalian, karena sudah bekerja keras selama berbulan-bulan ini.
Lalu Hans mendekat, kemudian memilih senjata belati, matanya bersinar ketika memegangnya.
Hans : "Apakah ini senjata pertamaku?" (Dalam hatinya).
Lalu Jira, memilih senjata pedang.
Jira : "Yeaaah, aku, akan menebas semua musuh dengan pedang ini!"
Dengan, rasa senang, Jira pun mengayunkan pedangnya beberapa kali.
Mina yang kebingungan, harus memilih senjata yang mana, akhirnya, Hana merekomendasikan sebuah senjata tongkat sihir.
Hana : "Mungkin ini akan cocok untukmu, tapi tongkat ini, akan menguras energi mana di dalam dirimu".
Mina : "Apa tongkat ini, memiliki kekuatan sihir?" (dengan wajah bingungnya).
Hana : "Sini, biar kutunjukkan!"
Lalu Hana mengambil tongkat sihir itu, kemudian dengan tongkat sihirnya Hana menembakkan mengarah ke pohon yang jaraknya lumayan jauh.
''Duaaaar'' pohon itu tumbang oleh kekuatan tongkat sihir itu.
Jira dan Hans terkejut melihat ledakan itu, apalagi Miana yang sangat terkesima oleh tongkat sihir tersebut.
Mina : "Woaaaaah yang benar saja!"
"Ini sangat keren Hana!"
Lalu mina mengambil tongkat sihir itu dari Hana, kemudian mengarahkannya ke arah tepat di muka Hans.
Hans : "Apa kau sudah gila!" (sambil, memberontak).
Mina : "Aahaha aku akan mencobanya Hans, diam sebentar".
Hans, mencoba membuang tongkat yang dipegang oleh Mina.
Semuanya, tertawa seperti sebuah keluarga yang harmonis.
Jack : "Ayo pergi, aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian!"
Di tengah tawa, kemudian Jack mengajak mereka ke suatu tempat.
***
Mereka berlima berjalan, ke sebuah tempat pembangunan desa yang hancur, bahkan desa itu sudah tidak di huni lagi, akibat tragedi Pajajaran berdarah.
Mina : "Paman apa yang terjadi dengan desa ini?"
Jack : "Ini semua ulah akibat dari para iblis itu, tugas kalian, sekarang, adalah memburu monster iblis"
"Terbukalah"
Mata Jack, berubah menjadi bersinar berwarna biru gelap, sepeti langit malam penuh bintang.
Jira : "Apa itu kemampuan Paman Jack?"
Hans : "Wow mengagumkan"
Mina : "Ya, itu sangat indah"
Mereka bertiga dengan mata bulat melihat pertama kalinya sebuah kekuatan mata dari klan Morgan.
Jack : "Di sana! Ayo!"
"Kenapa kalian melongo seperti itu!!"
Kemudian mereka berlari mengikuti Jack ke dalam bangunan besar yang sudah hancur.
Yang tidak terduga-duga Hans, tiba-tiba terkaget, di depannya Hans melihat, sebuah bulatan dengan aura gelap yang menyelimutinya.
Hans : "Lubang itu lagi!!" (Berkata dalam hatinya).
Jack kemudian, melihat ekspresi Hans, yang menjadi keanehannya, karena, Hans dapat melihat gerbang iblis itu.
Jack : "Apakah kau bisa melihatnya Hans?"
Hans hanya mengangguk.
Jack pun merasa aneh, dan berbicara dalam hatinya.
Jack : "Kenapa dia bisa melihatnya?"
"Siapa dia sebenarnya, gerbang iblis itu dilindungi oleh kekuatan sihir yang kuat, hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya bahkan ksatria tingkat A pun belum tentu bisa melihatnya".
Mina pun peka dengan situasi seperti ini.
Mina : "Perasaan, ini!!"
"Hans apakah ini sama, dengan apa yang kau temukan pada saat waktu itu?"
Hans, mengangguk lagi, masih sambil melongo melihat gerbang lubang iblis itu.
Hans : "ini sama persis, namun ukurannya berbeda"
"Kenapa lubang ini, ada di sini"
Mereka berdua, yang tidak bisa melihatnya, tubuhnya bergetar menggigil karena merasakan ketakutan yang sangat tidak biasa.
Kemudian Paman Jack, mengayunkan tangannya ke arah gerbang itu, aura hitam itu mengikuti alur tangan Paman Jack seperti di kendalikan oleh tangannya.
Ketika kekuatan sihir itu, dihilangkan. Lalu angin-angin yang berhembus dengan kencang, berhenti begitu saja seperti kebohongan.
Jira dan mina terkejut bukan main, mereka berdua, dengan mata terkejut, melihat sebuah lubang hitam yang dikelilingi garis cahaya, seperti petir.
Jack : "Ayo kita masuk! Hana tuntun mereka",
Jack, kemudian masuk, ke dalam gerbang iblis itu.
Hana : "Ayo ikuti aku!" (Hana pun, meloncat ke arah gerbang iblis itu).
Mina, lalu menarik tangan Jira, dan Hans.
Miana : "Apakah kalian, yakin akan masuk ke lubang itu?"
"Lihat lubang itu, sangat mengerikan".
Hans : "Aku tidak begitu yakin, bagaimana ini". (jantung Hans, berdegup dengan cepat).
Jira : "Kau, memang pengecut Hans".
Jira pun, berjalan, ke arah gerbang itu dengan kaki yang bergetar.
Hans : "Aeeehh, lihat dia, sok-soan!!"
"Sebelum, bicara kepadaku, pahami dulu, dirimu saja!!".
Angin, yang berhembus kencang, dari gerbang iblis itu, masih dirasakan, oleh Hans, Jira, dan Mina.
"Ayo kita lakukan".
Mereka bertiga, melompat, seperti yang dilakukan Hana.
Memasuki gerbang iblis, mereka melihat sekeliling ruang, itu seperti gua yang gelap tidak ada cahaya sama sekali. Jack, kemudian menggunakan kayu yang dibawanya, lalu menyalakan kayu itu dengan api, seperti obor.
Setelah menyalakan api, terlihat mata-mata merah dari kejauhan di tempat itu, dengan melihat ke arah mereka.
Jack : "Sepertinya, mereka, menyambut kedatangan kita".
Jira : "Sialan, makhluk apa itu?"
Jantung, Hans pun, berdegup dengan sangat kencang sedangkan Mina sangat ketakutan bersembunyi di belakang Hans.
Sekelompok monster itu semakin terlihat jelas, setelah berjalan semakin dekat ke arah mereka.
Monster itu, berbentuk seperti babi hutan, ukurannya, setara dengan manusia dewasa, taring giginya yang tajam menyeringai ketika melihat mereka.
Mereka berbicara dengan Bahasa mereka.
''%$#%^*&^%$^$#^.''
Jack kemudian, mendorong, Hans, Mina dan Jira ke depan.
Jack : "Ini, adalah tugas kalian selanjutnya, persiapkan diri kalian!!"
"Tidak ada, makan dan tidur lagi, jika kalian mati di sini".
Tubuh mereka bertiga bergetar, menelan ludah.
Hana yang melihatnya pun, mengatakan kepada mereka dengan nada yang tenang
Hana : "Apa kalian takut, kepada monster babi-babi itu?".
Hans : "Sepertinya kau, sudah biasa menghadapi monster seperti mereka".
Jack : "Ingat, yang kalian butuhkan adalah bekerja sama, melindungi satu sama lain".
Sekitar sepuluh monster babi hutan semakin mendekat ke arah mereka bertiga, dengan tatapan yang sangat lapar.
Mereka bertiga dengan perasaan takut sekaligus bersemangat, mengeluarkan senjata mereka masing-masing.
Hans : "Baiklah, ayo kita lawan monster jelek itu".
"Yosh"
Mereka bertiga pun sudah posisi bersiap-siap.