Chereads / Rise of Grand Crest / Chapter 13 - Bermain dengan serius

Chapter 13 - Bermain dengan serius

Satu jam sebelum pertandingan. Seluruh anggota tim Leon berkumpul di kamar Leon untuk membahas sesuatu.

Leon memandang semua rekan timnya, lalu menghela napas.

"Teman-teman, maafkan aku. Aku dan Yue sepertinya tidak akan bisa menggunakan kemampuan Crest milik kami di pertandingan"

Evan kaget, dia langsung bertanya, "Tunggu, Kapten, apa yang terjadi?! Tidak mungkin kita bisa menang tanpa mengeluarkan kemampuan secara penuh!"

Yue berusaha menenangkan Evan, "Evan, tenanglah. Kapten belum selesai bicara"

Astrid memarahi Evan, "Kau bocah idiot! Dengarkan dulu orang bicara!"

Ario berusaha menengahi pertengkaran itu, "Sudah-sudah, mari kita dengarkan dulu"

Leon melanjutkan dengan menjelaskan situasinya, tentang perjanjian dengan Hana Irena.

Ario terlihat merasa bersalah, "Maaf, ini karena aku nekat membuat kontrak darah dengan Long Yue"

Yui merasakan suasana di ruangan ini semakin suram. Dia berusaha mengubahnya, "Ayolah, itu mudah. Mari kita tunjukan bahwa kita mampu menang di bawah batasan! Lagipula kita telah mendapatkan kawan kecil sebagai bantuan"

Yui tersenyum cerah, dia bermain dengan Long Yue yang sedang berada di tangannya.

"Tidak masalah. Meskipun kakak tidak bisa diandalkan, aku masih cukup kuat untuk mengisi kekosongan itu," Elvi berusaha membantu dengan caranya sendiri.

Pada akhirnya mereka tidak lagi mempermasalahkan hal itu dan mulai membahas strategi.

Pertandingan kedua.

Hari ini tim Leon memiliki jadwal untuk bertanding dengan tim perwakilan kelas ketiga. Mereka dikenal sebagai kelas yang teratur dan tidak terlalu memiliki siswa yang menonjol. Namun mereka entah bagaimana tetap bisa meraih satu kemenangan dari tim lain.

Ujian kelas ini pada dasarnya adalah untuk membandingkan dan mengadu seluruh kelas pertama. Meskipun kalah atau menang, semua tim akan tetap bertarung lima kali melawan kelas lain.

Kelas Elyon adalah kelas keempat, mereka mendapatkan skor satu kekalahan sebelumnya, namun berhasil mendapatkan satu kemenangan hari ini.

Peringkat tiap kelas akan ditentukan dari jumlah kemenangan ini. Untuk tim tambahan yang terbentuk dari gabungan beberapa kelas, poin yang mereka terima nanti akan dibagi secara individu.

Pembentukan tim tambahan ini memiliki tujuan khusus yang masih dirahasiakan oleh pihak akademi. Namun tidak banyak orang yang memperhatikan ini karena mereka tidak terlalu peduli.

Tim Leon naik ke arena. Hari ini cukup banyak orang yang menonton dari kursi penonton. Beberapa adalah siswa dan guru dari kelas lain yang ingin mengawasi, dan yang lainnya adalah siswa dari tahun yang lebih tinggi yang datang karena tertarik.

Ini sudah sore hari dan jam pelajaran sudah selesai, jadi tidak heran jika banyak yang datang.

Lawan tim Leon adalah tim yang memiliki formasi cukup bagus. Tiga penyerang, dua kontrol, dan dua support.

Kapten tim itu adalah Alex Bartloy, dia menempati posisi depan dengan sebuah tongkat sihir di tangannya.

Itu cukup aneh untuk dirinya berada di barisan depan.

Biasanya penyihir yang menggunakan tongkat sihir bukanlah Class War. Normalnya hanya Class Control dan Supporter yang menggunakannya. Tongkat sihir memiliki banyak kemampuan tergantung bahan dan cara pembuatnya, namun mereka tidak bisa digunakan secara cepat. Tongkat sihir memerlukan waktu untuk mengaktifkannya, itu tidak cocok dengan penyihir tipe War.

Orang kedua adalah Rei Azusa, seorang gadis kecil yang cantik dan memiliki tubuh yang ringan. Namun itu tidak sedikitpun terlihat terlalu kurus, sangat proporsional untuk gadis kecil berusia 6 tahun. Dia menempati posisi depan.

Orang terakhir yang berada di garis depan adalah seorang bocah laki-laki dengan rambut pirang dan memiliki wajah tenang. Dia bernama Reo Arviel.

Astrid menilai bahwa Reo cukup berbahaya hanya dengan melihatnya.

'Dia terlalu tenang bahkan dalam situasi ini'

Dua orang di tengah adalah sepasang gadis, Lea dan Iva. Keduanya menggunakan tongkat sihir di tangan mereka.

Leon berisik pada Astrid, "Dua orang di tengah itu mungkin berfokus pada sihir berskala luas, berhati-hatilah"

Karena Astrid adalah Class War tipe kecepatan, dia harus selalu berhati-hati dan memperkirakan serangan musuh. Tubuh kecil Astrid tidak cukup kuat untuk menahan serangan sihir skala besar, tidak seperti Evan yang memiliki sihir penguatan tubuh.

Tiga orang di barisan belakang adalah Koda Irvanel, Ehwa Miho, dan Tifa Selfia secara berurutan. Koda adalah bocah laki-laki yang memiliki wajah menggemaskan dan tubuh yang sedikit gemuk. Ehwa adalah gadis kecil yang terlihat imut namun berusaha tetap terlihat tenang, itu membuatnya tampak lucu. Tifa adalah gadis terakhir, namun dia menggunakan sebuah busur dan panah, itu cukup aneh untuk posisi Supporter. Selain Tifa, keduanya memiliki tongkat sihir di tangan mereka.

Ario memperhatikan barisan lawannya itu. Dia gugup. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

'Tenanglah diriku. Aku punya rekan yang bisa diandalkan. Aku tidak perlu takut'

Tangan Astrid menggenggam tangan Ario. Ario terkejut, tapi Astrid hanya memandangnya dengan sebuah senyuman manis. Ario anehnya merasa sedikit tenang sekarang.

Wasit tidak memperdulikan suasana itu dan langsung memulai pertandingan.

"Mulai!"

Kali ini tim Leon tidak melakukan inisiatif untuk menyerang. Sebaliknya, mereka menunggu lawan menyerang.

Tim lawan sepertinya juga mengambil keputusan yang sama—.

Tidak, mereka mengirim satu orang untuk maju. Dia adalah Reo, orang yang diwaspadai Astrid sebelumnya.

Orang itu berlari lurus menuju Leon. Mungkin dia berniat mengurangi kekuatan lawan dengan menurunkan orang yang paling merepotkan.

Ario melemparkan Brown Magic pada Leon.

"Brown Magic… Rock Skin, Hard Defense"

Dua sihir penguatan pertahanan sekaligus dilemparkan padanya.

Yue menambahkan, "Orange Magic… Spirit Power, Power Strength, Elemental Resistance"

Yui dan Evan ikut menambahkan.

"Green Magic… Swift Leg, Accelerate"

"Red Magic… Heat Arm, Fire Force"

Sembilan sihir sekaligus telah dilemparkan pada Leon! Penguatan sejumlah ini tidak terbayangkan! Jika seseorang tidak cukup kuat untuk menerima sembilan penguatan ini, dia justru bisa terluka. Bisa dibilang, Leon cukup nekat untuk melakukan hal ini.

Leon langsung berhadapan dengan Reo.

Reo langsung mengaktifkan Crest pertama miliknya. Sebuah halo berwarna hitam dengan corak seekor naga muncul di belakang Reo. Kedua lengan hingga dadanya langsung diselimuti oleh sisik hitam pekat.

Pantas saja orang ini cukup percaya diri untuk bertarung sendirian. Class War yang memiliki Crest naga dianggap sebagai Crest tingkat tinggi, mereka memiliki kekuatan serangan dan kemampuan pertahanan yang sangat bagus. Terlebih lagi orang ini memiliki Crest berwarna hitam pekat, dia pasti orang paling berbakat di akademi ini.

Namun mengapa belum pernah ada kabar tentangnya?

Itulah yang dipikirkan Leon. Meskipun begitu, mereka berdua tetap harus saling bertarung.

Reo mengirimkan sebuah tinju pada Leon, Leon terdorong mundur dua langkah. Bahkan dengan semua penguatan itu, Leon masih bisa didorong mundur. Leon maju lagi, Reo meninju lagi, namun kali ini Leon dapat menghindar dengan mudah.

'Mumpung aku memiliki banyak penguatan, aku ingin menilai lawanku lebih baik'

Itulah yang dipikirkan Leon. Dia sengaja menerima pukulan Reo dan masih tidak terluka karena itu. Entah karena penguatan yang dia terima terlalu kuat, atau Reo yang terlalu lemah.

Leon menyelinap masuk di antara serangan Reo dan mengirimkan sebuah tinju tepat di dadanya yang diselimuti sisik hitam.

Ketika tinju Leon menyentuh sisik Reo, gerakannya terhenti sesaat. Namun setelah itu… ledakan besar ditimbulkan dari tinjunya dan langsung mengirim Reo kembali ke timnya.

Leon tersenyum kegirangan, dia tidak menyangka akan memiliki kekuatan serangan sebesar itu.

Dengan kaki yang ringan dan langkah yang cepat, Leon langsung berada tepat di hadapan tim lawan.

Lea dan Iva yang semula hanya berfokus pada sihir skala besar sedikit kebingungan dan ragu. Mereka tidak bisa menggunakan sihir mereka ketika lawan berada terlalu dekat karena beresiko mengenai diri mereka sendiri.

Leon langsung mengeliminasi keduanya dari pertandingan sebelum keduanya sempat bereaksi.

Rei bergerak cepat dan langsung muncul di belakang Leon. Sebuah Crest kuning muncul darinya. Crest itu memiliki corak seekor cheetah. Rei mengoyak punggung Leon. Dia tersenyum sinis karena berhasil menyerang saat lawannya lengah.

Tapi perasaan itu segera hilang. Serangan Rei hanya mampu merobek pakaian Leon, punggungnya bahkan tidak tergores sedikitpun.

Leon tersenyum menyeramkan.

Ario memperhatikan kapten timnya dari kejauhan.

"Bukankah Kapten terlihat terlalu bersenang-senang? Dia seperti sedang bermain di sana"

Astrid tertawa, "Ahahaha, itu bagus. Kapten terlihat menikmatinya. Sejujurnya, aku cukup menyukai sisi kapten yang ini"