Awan-awan gelap menutupi seluruh angkasa dan menekan ke bawah menuju tanah. Suara guntur samar-samar bergemuruh di angkasa diiringi petir yang menyambar-nyambar.
Rasanya petir siap melesat melewati awan, dan memecahkan angkasa hingga berkeping-keping.
"Sialan!" Sambil menghela nafas, Hao
Kalau saja, toko
Buum ! Suara petir berbunyi keras dan Hao Ren mulai berlari, berusaha menghindari badai.
"AHAH …. " Saat Hao Ren hendak mempercepat larinya, dia mendengar jeritan seorang gadis di atasnya.
Dia menengadah ke atas, bingung. Dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Seorang gadis sedang jatuh dari langit.
Bukan hanya itu. Gadis itu hampir mendarat di atas kepalanya.
"Sial…" Hao Ren mundur selangkah dan merendahkan pusat gravitasinya. Kemudian dia menjulurkan tangannya dan membentuk sebuah
Bom!
Sang gadis menabrak dada Hao Ren dan kekuatan tabrakannya memaksa Hao Ren merendahkan pusat gravitasinya sepuluh sentimeter lagi. Kekuatan tabrakannya begitu kuat sehingga Hao Ren hampir pingsan.
Kepala gadis ini juga menabrak bibir Hao Ren dan dampaknya hampir membuat Hao Ren kehilangan beberapa giginya.
"Glek.." Sesuatu jatuh dari mulut gadis itu dan masuk dengan lancarnya ke dalam tenggorokan Hao Ren yang mulutnya masih terbuka lebar akibat keterkejutan di awal.
Manis, lembut, dan kecil …. Sebelum Hao Ren dapat bereaksi, benda yang seperti permen ini sudah masuk ke dalam perutnya.
Akan tetapi, Hao Ren tidak memperhatikan hal itu. Dengan takut dan tangan yang mati rasa, dia menatap gadis yang ada di pelukannya.
Bulu mata yang hitam panjang, berekor kuda pendek, sosok muda, dan seragam sekolah biru berlambang "Sekolah Menengah LingZhao" …. Sejujurnya, gadis ini cantik.
"Ah …. " Setelah dua detik, kelihatannya sang gadis saja baru menyadari apa yang telah terjadi. Sambil berteriak, dia membuka mata hitamnya. Dia menatap Hao Ren dan tiba-tiba berusaha berdiri sendiri.
Setelah dihantam oleh berat gadis itu, Hao Ren merasa kakinya seperti mati rasa. Dia tidak tahu dari mana gadis ini jatuh. Lagipula, di sekitar sini tidak ada bangunan yang tinggi.
Setelah sang gadis berdiri, dia menyentuh badannya dan mengusap bibirnya yang sedikit bengkak. Setelah dia melihat tanda merah di bibir Hao Ren, dia tersipu dan memukul leher Hao Ren.
"Hey … aku menyelamatkanmu …." Sebelum Hao Ren dapat menyelesaikan bicaranya, sang gadis sudah melarikan diri.
"Gadis-gadis jaman sekarang sangat kuat …. Dia kelihatannya baik-baik saja setelah jatuh dari ketinggian seperti itu." Hao Ren mengusap lehernya sambil menatap sang gadis melarikan diri. "Ini tidak terlalu buruk. Dia tidak memukulku keras-keras. Juga, dia tidak memukul wajahku."
Kemudian, dia mengusap bibirnya. Dia tidak bisa ingat perasaan hangat saat berciuman seperti yang pernah didengarnya.
Ia sudah mahasiswa tingkat dua, tapi ia masih belum memiliki pacar. "Aku seorang pecundang …." pikir Hao Ren sambil menepuk pahanya dan berdiri. Dia menatap ke angkasa dan tiba-tiba menyadari semua awan hitam telah hilang dan bahkan matahari telah terbit.
"Cuaca sialan; aku kira akan badai." gumam Hao Ren ke dirinya sendiri; dia tidak ingin terlalu memikirkan apa yang baru saja terjadi. Dia segera menuju toko pojok dan membeli dua tumpuk kartu. Setelah itu, dia segera kembali ke asramanya yang terletak di ujung selatan kampus.
"Kenapa lama sekali? Cepat, kami semua menunggu!" Ketiga teman sekamarnya berteriak saat melihat Hao Ren. (Universitas di Cina pada umumnya 4 sampai 8 orang tinggal di ruangan asrama yang sama di ranjang-ranjang susun)
Hao Ren melemparkan kedua tumpukan kartu ke atas meja dan berkata, "Kalian bisa bermain, aku tidak berminat,"
"Ada apa? Kamu tidak senang?" Zhao Jiayi yang mengenakan kaus putih bertanya, "Bukankah kita setuju siapa yang kalah akan pergi dan membeli kartu?" Dia menunjuk dirinya sendiri ketua asrama.
"Aku sedikit pusing …." kata Hao Ren sambil merangkak ke ranjang atas miliknya.
"Hey! Kita kan sudah setuju hari ini main kartu!" Zhao Jiayi tidak terlalu senang.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Zhou Liren, teman sekamarnya yang lain, mengkhawatirkan Hao Ren.
"Entahlah, aku merasa sedikit tidak sehat." balas Hao Ren sambil mengelus dadanya." Apa organku terluka akibat tabrakan ketika aku menyelamatkan gadis itu?" pikirnya.
"Apa kami… sebaiknya membawamu ke ruang perawatan?" Zhao Jiayi juga menjadi serius saat melihat ekspresi wajah Hao Ren.
"Tidak apa-apa. Aku tidak sengaja jatuh saat ke toko pojok." Hao Ren menunjuk dagunya yang sedikit bengkak. Dagu yang terpukul oleh kepala gadis itu.
"Istirahatlah. Karena tidak jadi hujan, kita akan pergi ke kafe internet," kata Cao Ronghua, teman kamarnya yang ketiga.
"Yeah, kalian pergi saja" Hao Ren melambaikan tangan kepada mereka . Ia sedang tidak bersemangat.
Zhao Jiayi masih sedikit khawatir. "Panggil saja kalau perlu sesuatu," katanya.
"Ok." Hao Ren melepaskan sandal dan naik ke tempat tidur kecilnya yang enak dan nyaman.
Mereka berempat semuanya single. Kecuali untuk bermain game dan permainan kartu, mereka tidak memiliki minat yang lain. Sambil menghela nafas Hao Ren jatuh tertidur; tanpa sebab dia merasa kelelahan
Saat ia bangun, saat itu sudah jam enam sore. Ada sekotak makanan di atas meja, makan malam yang ketiga teman sekamarnya bawakan untuknya.
Melalui pintu, Hao Ren mendengar suara permainan kartu di kamar asrama di seberang kamarnya. Teman-teman sekamarnya takut terlalu ribut, jadi mereka pindah ke kamar sebelah.
"Teman sejati …." Hao Ren menggaruk kepalanya sambil turun dari tempat tidurnya untuk mengambil makanan.
Saat ia menjulurkan tangannya, ia terkejut! Tubuhnya membeku di tempat. Dalam ruangan gelap itu, ia melihat sebuah lingkaran kulit hijau di pergelangan tangan kanannya!
Selama lima detik Hao Ren merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia membuka tirai untuk memberikan lebih banyak cahaya ke tangannya.
Sebuah sisik ikan hijau seperti tato menutupi tangan kanannya dari pergelangan hingga pundak!
Hao Ren berpikir dia sedang berhalusinasi. Dia menggosok matanya dan tato itu masih juga ada di sana. Dia kemudian berusaha untuk menghapus benda hijau ini dari tubuhnya, tetapi tidak juga berhasil.
Takut …. Hao Ren merasa sangat ketakutan. Dia segera melepas baju dan berdiri di depan cermin besar. Da ingin melihat apakah ada yang seperti ini lagi pada bagian lain dari tubuhnya.
Kriiitt …. pintu terbuka dan ketiga teman sekamarnya berjalan masuk.
"Sialan! Apa kau orang cabul?" teriak Zhao Jiayi saat ia melihat Hao Ren yang terus berputar di depan cermin.
"Bukan … bukan …. " Hao Ren segera mengambil bajunya dan menutupi badannya. "Aku merasa tubuhku sakit, dan aku hanya memeriksa apa ada bagian tubuhku yang lain yang terluka," dia menerangkan.
"Kalau kamu tidak enak badan sebaiknya kami membawamu ke ruang perawatan," kata Zhao Jiayi dengan sungguh-sungguh sambil mengerutkan dahi.
"Tidak apa-apa. Tidak ada yang serius." Hao Ren tidak ingin menceritakan hal aneh yang terjadi di kulitnya pada mereka. Apalagi dia tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana mengatasinya.
"Aku pikir kamu sedang ingin berlari telanjang. Bagaimana kalau kita pergi ke pemandian umum malam ini?" Zhou Liren mendekat dan berkata pada Hao Ren.
"Aku pikir kamu yang ingin lari telanjang!" balas Hao Ren pada Zhou Liren sambil memakai baju dan menutup lengannya dengan lengan baju.
"Aku mau keluar dulu sebentar. Kalian bisa bersantai di sini sekarang."
"Tidak makan dulu?" Zhao Jiayi menunjuk ke bungkusan makanan dan berkata "Aku beli hanya untuk kamu!"
"Aku belum lapar!" kata Hao Ren sambil bergegas keluar.
"Sial, apa anak ini sedang pacaran ya?" tanya Cao Ronghua setelah melihat tingkah laku Hao Ren yang tidak biasa.
"Dia? Dia tidak karismatik sepertiku, tidak sekuat seperti Zhou Liren, dan dia tidak tampan sepertimu. Kamu pikir dia punya kesempatan? kalau dia mendapat pacar dalam tiga tahun, saya akan beri kamu seribu