"Naga … Raja Naga?" Hao Ren terkejut dan menatapnya dengan curiga.
"Kamu masih ada kelas sore ini, bukan?" Kembalilah lebih awal." Lu Qing berdiri dan melambai pada Hao Ren.
Hao Ren berpikir untuk beberapa detik, berdiri, dan berjalan keluar dari kantor yang mewah itu. Kemudian dia turun dengan lift sendirian.
Berdiri di dalam lift dan menatap angka-angkanya turun, Hao Ren merasa seperti sedang bermimpi.
Ia tiba di lantai pertama. Pada saat ia melewati resepsionis yang manis itu, si cantik tersenyum pada Hao Ren. "Dia pasti seorang tamu yang penting karena ia bisa memasuki kantor
Dia menaiki taksi untuk kembali ke sekolah. Melihat pemandangan yang dikenalnya, Hao Ren merasa dia sudah kembali ke dunia nyata.
Dia mengeluarkan teleponnya dan menelepon Zhao Jiayi, "Kalian ada di mana, teman-teman?" Ia bertanya.
"Kami berada di Kelas Apresiasi Seni di gedung A. Apa kau baik-baik saja? Kami tidak berani menghubungimu." Kata Zhao Jiayi.
"Aku tidak apa-apa. Aku akan datang sekarang." Hao Ren menutup telepon. Hal pertama yang ia ingin lakukan sekarang menemukan teman-temannya. Setelah serangkaian kejadian yang aneh, ia merasa tidak ada satu pun yang nyata.
Hao Ren berlari cepat menuju gedung A dan menyelinap masuk ke dalam ruang kelas dari pintu belakang.
"Bagaimana? Apa yang terjadi?" Zhao Jiayi dan yang lainnya bertanya pada Hao Ren dengan khawatir.
"Haahh, jangan bicarakan itu." Hao Ren melambaikan tangannya dan duduk.
Xie Yujia, si Ketua Kelas yang biasanya duduk di depan, merasakan Hao Ren datang. Ia berbalik dan melihat padanya.
"Kelihatannya baru-baru ini, Xie Yujia sangat memperhatikanmu," kata Cao Ronghua pada Hao Ren saat ia melihat Xie Yujia berbalik kembali.
Hao Ren tidak berminat membicarakan topik ini. Ia menenangkan diri dan bertanya, "Hei, siapa nama kepala sekolah kita?"
"Wu Senyu. Kamu tidak tahu itu juga?" Zhou Liren menghampiri dan berkata.
"Bagaimana dengan wakil kepala sekolah?' Hao Ren segera bertanya lagi.
"Nama wakil pelaksana kepala sekolah adalah Lu Qing. Aku tidak tahu yang satunya lagi." Zhou Liren sepertinya ingin menunjukkan seberapa luas pengetahuannya dan menjawab. "Wakil pelaksana kepala sekolah adalah orang yang paling kuat di sekolah ini karena ia tepat di bawah kepala sekolah. Itulah mengapa ia juga disebut juga wakil kepala sekolah No.1."
Hao Ren memikirkan tentang percakapan tadi dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Mengapa kamu menanyakan hal ini? Apakah ada hubungannya dengan kepala sekolah?" tanya Zhou Liren pada Hao Ren.
"Tidak ada … " Hao Ren memegang kartu nama itu dan meremasnya.
"Hao Ren, berdiri dan jawab pertanyaannya!" Si Dosen yang berdiri di depan ruangan melihat Hao Ren berbicara dengan yang lain. Ia juga ingat tadi Hao Ren menyelinap masuk ke dalam ruangan kelas dan ia merasa marah. Jadi ia menyuruh Hao Ren berdiri dan menjawab pertanyaannya.
Hao Ren yang malang. Ia tidak ada di sana selama setengah perkuliahan. Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan apa pun? Dengan pasrah ia menerima teguran dosennya.
Ketua Kelas Xie Yujia membalikkan kepalanya dan melihat Hao Ren dengan rasa iba di matanya.
Setelah perkuliahan berakhir, Hao Ren, Zhao Jiayin dan lainnya kembali ke asrama. Gu Jiadong dan yang lainnya segera menghampiri dan bertanya tentang kejadian penjemputan Mercedes-Benz tadi.
Hao Ren hanya mengatakan kerabatnya dari luar negeri datang dan menjemputnya untuk makan. Ia menutupinya dan tidak mau membicarakan hal itu lagi.
"Akhir-akhir ini kamu tidak seperti dirimu. Apa kamu ditolak?"
Pada saat Hao Ren menyalin pekerjaan rumah malam itu, ia menerima sebuah pesan tertulis dari Ketua Kelas Xie Yujia.
"Tidak … akhir-akhir ini aku sibuk." Hao Ren tidak mengira Xie Yujia akan mengirimkan pesan untuknya. Ia berpikir dan membalas pesannya.
Kring, kring, kring …. Telepon yang Hao Ren letakkan di atas meja tiba-tiba berbunyi.
Itu sebuah panggilan dari Xie Yujia jadi ia harus mengangkatnya.
"Apa yang terjadi pagi ini?" Xie Yujia bertanya lewat telepon.
"Oh, kerabatku kembali dari luar negeri dan menjamuku makan. Ia memberiku kejutan dan itulah mengapa aku tidak tahu pada awalnya."
"Kamu di mana?" tanya Xie Yujia.
" Aku di kamar asramaku." Hao Ren menjawab.
Sisi yang lain dari telepon sunyi untuk beberapa saat, sebelum tiba-tiba ia bertanya, "Apa kamu mau pergi berjalan-jalan?" Bulannya indah sekarang."
Hao Ren merasa berdebar-debar karena ia tidak menyangka sebuah undangan seperti ini.
Dalam pikirannya Ketua Kelas Xie Yujia adalah gadis yang sangat populer. Tidak saja banyak pria di kelasnya menyukainya, tetapi banyak mahasiswa-mahasiswa tingkat atas yang juga mengejarnya.
Jika saja Zhao Jiayi dan yang lainnya tidak diam-diam pergi di belakang Hao Ren dan menyatakan perasaannya kepada Xie Yujia sebagai wakilnya, hubungan Hao Ren dan Xie Yujia tidak akan menjadi begitu canggung.
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, benar kok. Aku punya cukup banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Lain kali saja," Hao Ren mengalami pergumulan selama beberapa saat dan berkata melalui telepon.
"Umm … jika kamu punya pertanyaan, tanya padaku saja," kata Xie Yujia. Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Apa pun yang terjadi, aku Ketua Kelasmu. Aku harus menjagamu. Benarkan?"
Haha, terimakasih untuk perhatiannya," Hao Ren tidak dapat memikirkan hal lain untuk dibicarakan.
"Jangan khawatir." Xie Yujia menutup telepon.
Hao Ren meletakkan telepon genggamnya dan merasa sedikit bersemangat.
"Siapa yang menelepon?" Zhao Jiayi dan kedua teman sekamar yang lain bergegas melewati pintu dengan makanan kecil tengah malam sambil berteriak pada Hao Ren.
"Bukan apa-apa." Hao Ren tersenyum.
"Akhir-akhir ini kamu menjadi misterius. Aku tidak yakin apa yang telah kau kerjakan!" Zhao Jiayin menghampiri dan memukul pelan Hao Ren sambil berkata dengan bercanda.
Hao Ren menerima serangan Zhao Jiayin dan berpikir, "Jika seseorang melihatku dan Ketua Kelas berjalan bersama, tidak yakin apa yang akan mereka pikirkan ….Tidakkah Xie Yujia seharusnya terganggu akan hal ini?
Di tengah malam, Hao Ren diam-diam merangkak turun dari tempat tidur atasnya saat Zhao Jiayi dan lainnya tertidur lelap. Kemudian ia membuka pintu dan keluar menuju balkon.
Bulan bersinar terang.
Hao Ren mengeluarkan kartu nama Lu Qing dan menatapnya untuk beberapa saat sebelum meletakkannya kembali ke dalam kantungnya.
"Mungkin sebaiknya dicobanya …. "
Setelah posisi kuda-kuda Hao Ren kokoh, ia menatap langit yang sepi dan berpikir mengenai teknik kultivasi di pikirannya.
Tulisan emas itu muncul dalam pikiran Hao Ren. Hao Ren berusaha memahami arti dari teknik tersebut kata demi kata dan berkonsentrasi pada meditasinya seperti yang diinstruksikan.
Ia menyelesaikan satu set lengkap, diam-diam kembali ke kamarnya dan menemukan dua jam telah berlalu.
Ia benar-benar berdiri di luar selama dua jam … Hao Ren terkejut sendiri.
Ia tidak yakin apakah ini pengaruh psikologis atau bukan. Setelah berlatih, ia merasa bagian tangannya yang bengkak telah kembali ke ukuran normal.
"Terserah, aku telah melakukan bagianku. Waktunya tidur." Hao Ren menekan semua pikiran lain dan segera jatuh tertidur
Dalam beberapa hari kemudian, hidup telah menjadi sama membosankan seperti aliran air. Perhatian setiap orang yang diberikan pada seorang teman sekelas biasa seperti Hao Ren telah berkurang, tetapi Xie Yujia masih tetap melirik ke arah Hao Ren saat ia berbicara pada gadis yang duduk di belakangnya.
Hao Ren pergi ke balkon untuk "berlatih" setiap malam tetapi tidak menemukan pengaruh-pengaruh yang menyegarkan. Kekuatannya bahkan mulai menurun ke normal, dan ia kembali bukan tandingan Zhou Liren dalam adu panco.
Kartu nama wakil kepala sekolah disembunyikannya. Bukan perasaan yang menyenangkan seorang wakil kepala sekolah memperhatikannya.
Hari Kamis tiba dalam sekejap. Itu hari yang menyenangkan bagi semua orang yang mempelajari Teknik
Ini karena sebuah kelas wajib untuk tahun kedua -- Pengolahan Sinyal Optik Lemah.
"Cepat! Cepat! Isi kursi-kursi di baris depan." Keluar dari ruang kelas Matematika Lanjutan, Zhou Liren menyeret Hao Ren dan berlari dengan bersemangat menuju arah ruang kelas yang lain.
"Zhou Liren, sisakan dua tempat duduk untuk kami!" Zhao Jiayi dan Cao Ronghua berteriak dari belakang.
Zhou Liren datang ke ruang kelas hampir secepat kilat, tetapi ia tetap kecewa saat menemukan lima belas baris pertama telah diisi orang lain.
"Kita masih terlalu lambat!" Zhou Liren berkata dengan marah. Ia mengambil kursi yang paling dekat ke bagian tengah , menarik Hao Ren bersamanya, dan menyisakan dua tempat duduk untuk dua orang teman yang lain.
"Sial! Ini terlalu jauh ke belakang!" Zhao Jiayi dan Cao Ronghua berlari masuk sambil terengah-engah dan tidak merasa puas saat melihat lokasi tempat duduk mereka.
"Orang-orang itu bolos kelas untuk mendapatkan tempat-tempat duduk itu. Aku bisa apa?" Zhou Liren berkata dengan polos.
"Bukannya kau yang menyatakan kau harus menikahinya? Bahkan tidak punya nyali untuk bolos kelas … " Cao Ronghua mengejeknya.
"Benar. Dari kemarin kamu bersemangat untuk perkuliahannya hari ini." kata Zhao Jiayi mengikuti.
"Bukannya kalian sama saja? Berlari begitu cepat!" sangkal Zhou Liren.
Bum,bum ….
Pada saat ini, sekelompok anak laki-laki yang lain bergegas masuk ke dalam ruangan kelas untuk tempat duduk yang baik. Akan tetapi, mereka berjalan lebih lambat dari pada Hao Ren dan hanya dapat duduk di belakang.
Tidak lama setelahnya, beberapa gadis dari jurusan yang sama datang terlambat dan melihat tempat-tempat duduk di depan diisi oleh para lelaki. Mereka tidak memiliki pilihan selain duduk di tempat yang sangat jauh di belakang.
Xie Yujia salah satu dari gadis-gadis ini. Ia membuat kontak mata dengan Hao Ren tetapi tidak berkata apa-apa.
"Kamu telah beberapa kali melakukan kontak mata dengan Xie Yujia akhir-akhir ini. Apa kalian diam-diam berkencan?" Cao Ronghua merasakan sesuatu dan bertanya pada Hao Ren.
"Aku bersamamu sepanjang hari. Kapan kencannya?" Hao Ren memutar matanya.
Ruangan kelas dipenuhi dengan suara-suara. Selain kelas Hao Ren, ada juga empat kelas lain di sini. Semua orang berbicara terutama para prianya.
Ding, ding, ding … bel berbunyi.
Sepasang kaki yang anggun dalam balutan celana pendek berpinggang tinggi melangkah masuk.
Semua pria terkesiap.
Celana pendek jeans biru langit berpinggang tinggi itu dihiasi kancing-kancing bergaya militer. Bagian atasnya kemeja dengan leher V berenda dan lipatan trim. Seorang wanita dengan kecantikan super membawa selebaran yang diapit di bawah lengannya memasuki kelas.
"Cantik, dan dewasa, matang dan murni … " Zhou Liren menjulurkan lidahnya dan berkomentar.
Saat para pria muda itu terkesiap, Hao Ren tidak tahan untuk menaikkan kepalanya untuk mengamati. Tentu saja Su Han masih tetap menawan, rapuh dan terlihat cantik. Bahkan pada saat ia tidak mengenakan pakaian yang terbuka, ia tetap dapat menaikkan temperatur darah setiap laki-laki.
Su Han melangkah dengan hak tingginya perlahan-lahan ke depan podium.
Semua mata mahasiswa pria terkunci dengan kuat kepadanya. Bahkan Hao Ren menatapnya meski sebenarnya ia telah melatih Teknik Konsentrasi Kultivasi.
"Hari ini kita akan membicarakan modul yang ketiga. Semua, buka buku pelajaranmu halaman tujuh puluh tiga." Suara malaikatnya mengalir dari mikrofon mini Su Han di depan dadanya ke setiap sudut ruang kelas.
"Aku dalam surga … " Zhou Liren terpikat oleh suaranya, "Akan sangat menyenangkan mendapatkan kuliah seperti ini tiap hari."
"Ia benar-benar cantik … " Hao Ren melihatnya dan berpikir.
"Lekuk tubuh, penampilan dan riasannya semua sempurna. Tipe pacar yang seperti apa yang wanita tipe ini cari?" pikir Hao Ren pada dirinya sendiri.
Meski semua orang hanya mendapatkan beberapa perkuliahan sejak permulaan semester, semua hati para pria ditaklukkan olehnya.
Ditambah lagi, kuliah Su Han jelas, terorganisir dan mudah dimengerti. Bahkan gadis-gadis di kelas harus mengakuinya dan mengaguminya karena alasan-alasan itu.
Kuliah tiga puluh menit berakhir. Semua pria masih terbenam dalam kecantikan Su Han dan tidak dapat mengontrol diri mereka.
Meski pun demikian, semua orang tahu gunung es cantik ini tidak pernah berbicara tentang apa pun yang tidak berhubungan dengan mata kuliah tersebut atau menjawab pertanyaan apa pun dari para mahasiswa. Ia juga tidak akan tinggal satu menit setelah kuliah. Bel kedua berbunyi, ia akan menyelesaikan kalimat terakhirnya. mengambil catatannya dan keluar dari ruang kelas di saat yang sama.
"Jika aku dapat mengatakan satu kalimat pada kecantikan seperti ini, aku akan mati tanpa penyesalan." Melihat Su Han hendak pergi, Zhou Liren menarik lengan Hao Ren dan mendesah.
"Mahasiswa yang itu, datanglah ke kantorku." Semua orang terkejut, Su Han tidak keluar dari ruang kelas saat bel berbunyi. Ia menaikkan tangannya yang halus dan menunjuk ke arah Zhou Liren sambil berkata.
"Aku?" Zhou Liren berdiri. Dia terkejut dan hampir pingsan karena bahagia.
"Bukan, laki-laki di sebelahmu." jari Su Han sedikit bergerak ke kanan dan menunjuk pada Hao Ren.