Setelah menyingkirkan gadis kecil yang misterius itu , Hao Ren menuju ke lantai dua perpustakaan untuk mencari informasi. Pada akhirnya, dia meminjam beberapa buku yang ia rasa relevan dan meninggalkan perpustakaan.
Seperti yang dia sangka, gadis kecil itu sudah tidak ada lagi saat ia keluar
Menatap ke langit yang suram, Hao Ren masih memikirkan seluruh kejadian yang melibatkan gadis kecil itu. Dia bertanya-tanya apakah dia akan sial minggu depan.
Akan sangat menyebalkan, jika orang tua gadis itu benar-benar datang menemuinya… Semua salah gadis itu sendiri menghilangkan barang miliknya. Tapi ia menyalahkan dirinya hanya supaya ia bisa menghindar dari tanggung jawab.
Saat ia kembali ke kamar asramanya, semua teman-teman sekamarnya ingin tahu penyebab dan penyelesaian dari kejadian tadi. Meskipun begitu, yang Hao Ren ceritakan kepada mereka hanyalah bahwa semua telah diselesaikan dengan lancar dan tidak menjelaskan secara mendetail. Ia tidak ingin melibatkan teman-teman sekamarnya ke dalam sesuatu hal yang menyulitkan dan mengganggu.
"Gadis kecil itu sebenarnya sangat cantik loh. Beberapa tahun lagi, ia pasti akan menjadi gadis yang paling populer di sekolah manapun." desah Zhao Jiayi dengan kagum sambil menepuk-nepuk bahu Hao Ren berusaha menghiburnya.
Ya, dia memang cantik, tetapi dia juga seorang pengacau besar. Jadi, hal terpintar untuk dilakukan adalah menghindari semua kontak dengannya.
"Bukannya minggu ini kamu harus pulang ke rumah? Sudah selesai mencari semua informasi yang kau diperlukan?" tanya Zhao Jiayi.
"Ya, aku sedang bersiap-siap pulang sekarang." Hao Ren meletakkan buku-buku yang dia pinjam dari perpustakaan ke meja dan mengeluarkan ransel kosong yang lain."
"Kembalilah lebih awal besok, jadi sore hari kita bisa main kartu!" Kembali Zhao Jiayi menepuk bahu Hao Ren sambil mengingatkan dengan ramah.
"Tentu saja. Terima kasih bantuanmu hari ini." Hao Ren melambaikan tangannya ke teman-teman sekamarnya saat ia pergi.
Di bus dalam perjalanan pulang , Hao Ren tidak dapat menahan diri menggulung lengan bajunya dan memeriksa pergelangan tangannya lagi.
Tanda hijaunya mirip sekali dengan sisik naga. Berkat gosokannya yang kuat, warnanya sudah banyak memudar.
Dia membayangkan jika neneknya melihat tanda ini, nenek pasti akan berpikir ia bergaul dengan kelompok yang salah di sekolah dan memperoleh tato bagi dirinya… Hao Ren mendesah kuat. Sambil membuka jendela, angin semilir yang sejuk masuk dan membelai ringan wajahnya. Berangsur-angsur ia tertidur.
Saat Hao Ren bangun, bus telah berjalan lebih dari satu jam- dia hampir tiba di rumah.
Mengantuk dan linglung, dia mengambil ranselnya dan turun dari bis. Dia mulai berjalan sepanjang jalan beton yang lebar.
Dari waktu ke waktu, mobil-mobil yang mahal dan mewah melintasinya. Berbanding terbalik dengan Hao Ren, yang sambil membawa ransel dan berjalan kaki, terlihat sedikit menyedihkan.
Membutuhkan waktu tepat tiga puluh menit untuk berjalan ke daerah dimana ada rumah-rumah.
Kalau saja teman sekelas Hao Ren melihat ini, mereka pasti akan takjub. Rumah Hao Ren sebenarnya terletak di daerah pelabuhan yang memiliki pemandangan laut yang terbaik di Kota Lautan Timur. Terlebih lagi, terletak diantara pondok-pondok yang terletak hanya dua ratus meter jauhnya dari pantai, rumahnya yang bertingkat dua terlihat biasa saja.
"Nenek!" Merasa sedikit lelah, Hao Ren berteriak sambil membuka gerbang besi berukir.
"Ren, kau kembali!" Seorang tua yang terlihat baik dan ramah keluar dari rumah dan menyambut Hao Ren dengan terus tersenyum." Terlambat sekali kamu pulang hari ini?"
"Heehee, aku ada tugas yang minggu depan harus selesai, jadi aku harus mencari lebih banyak informasi sebelum bisa pergi. "Mengikuti neneknya masuk kedalam rumah, Hao Ren bertanya, "Bagaimana minggumu, Nek?"
"Urusan biasa- membersihkan rumah, berjalan-jalan sepanjang pantai, mengurus bunga-bunga dan taman, dan juga main saham. Paman Wang tidak bekerja akhir minggu ini. Biarkan nenek memamerkan masakannya kali ini," jawab nenek sambil terkekeh.
"Main saham? Berapa banyak yang Nenek peroleh minggu ini?" selidik Hao Ren dengan riang.
"Ini bukan bisnis dimana kamu bisa tiap minggu mendapat uang. Bahkan, Nenek kehilangan 6000 Yuan minggu ini. Tapi tahukah kamu, bukan ini yang Nenek perdulikan sekarang. Sebenarnya, ada berita dari Norwegia orangtuamu hampir menyelesaikan ekspedisi mereka dan mungkin bulan depan bisa pulang." Nenek menjelaskan kepada Hao Ren sambil berjalan ke dapur.
"Oh, bulan depan? Itu cepat." Hao Ren mengikutinya ke dapur untuk membantu.
Sebenarnya mereka menyewa seorang tukang masak- Paman Wang. Jadi ada yang seseorang yang memasak untuk Nenek dan menemaninya di sini di pondok. Karena orangtua Hao Ren di luar negeri dan Hao Ren harus pergi ke sekolah sepanjang minggu, akan membosankan dan sepi untuk Nenek.
Meskipun begitu, Paman Wang harus pulang minggu ini karena ada masalah keluarga. Sehingga, meskipun tidak banyak yang dapat dikerjakan Hao Ren di rumah, dia harus pulang untuk memastikan neneknya punya teman.
Selain orang tuanya yang aneh dan jarang di rumah, ia yang paling dekat dengan neneknya
"Nenek, ada pertanyaan yang sepanjang hari aku pikirkan." Sambil memotong-motong sayuran, Hao Ren bertanya, "Menurut Nenek apa naga ada?"
"Naga?" Nenek kelihatannya tertarik dengan topik seperti ini. Matanya bersinar saat ia berpikir, "Rasanya, dulu beberapa penduduk Kota Lautan Timur pernah bertemu dengan naga di sini."
"Benarkah?" sekarang Hao Ren menjadi sungguh-sungguh tertarik
"Ya. Sebenarnya, aku sendiri pernah bertemu. Waktu itu aku masih muda, saat di usia 20-an. Suatu hari, saat aku bekerja di ladang, dan badai datang entah darimana. Aku dan teman baikku sedang berusaha mencari tempat untuk berlindung. Pada saat itulah aku melihat segumpal awan mengerikan yang tebal yang tiba-tiba turun ke tempat yang rendah…"
Bersamaan dengan cerita neneknya, Hao Ren merasa seperti jantungnya berhenti. Ia mendesak, "Kemudian apa, Nek? Lanjutkan!"
"Yah, saat itu, aku melihat kilasan kilat berbentuk naga keluar dari awan dan selama beberapa saat berenang melintasi angkasa. Nenek ketakutan. Kemudian aku pikir itu hanyalah ilusi. Tapi semakin kupikirkan, awannya berwarna abu-abu hampir putih, sangat berbeda dengan awan-awan yang lain di angkasa yang berwarna hitam legam." Nenek terlihat tenggelam dalam ingatannya, saat ia mengenang kembali kejadian itu.
Kilat… mungkin itu hanya fenomena alam biasa saja," kata Hao Ren
"Itu juga yang ayahmu katakan pada Nenek. Tapi kamu kan tahu, ayahmu tidak tertarik dengan fenomena supernatural . Meskipun begitu, teman baikku di kemudian hari bercerita ia juga melihat seekor naga putih keluar dari awan dan mulai menghisap air dari danau. Ia juga melihat pancaran air yang luas naik ke langit dari danau. Aku bertanya apakah itu benar, dan ia berkata ia benar-benar yakin dan tidak akan berbohong kepadaku."
Apa yang digambarkan Nenek sangatlah jelas dan rinci membuat bulu kuduk Hao Ren berdiri.
Kalau naga benar-benar ada, maka…
"Kenapa, tiba-tiba kamu mau tahu tentang naga?" tersadarkan dari lamunannya, Nenek bertanya pada Hao Ren.
"Oh, cuman penasaran." Menyembunyikan ekspresi terkejutnya, Hao Ren menundukkan kepalanya dan meneruskan memotong sayuran.
" Di Kota Lautan Timur, konon di masa lalu banyak orang telah melihat naga. Juga menurut legenda masa lalu, seharusnya ada sebuah istana naga di dekat sini. Diduga, ini alasannya kota ini diberi nama Kota Lautan Timur," tambah Nenek
"Seperti Istana Naga Lautan Timur dari legenda? " Hao Ren berbalik dan bertanya.
"Haha, mungkin" Setelah selesai mencuci sayuran, Nenek meletakkannya ke dalam panci..
"Kenapa sekarang kita tidak melihat naga lagi?" selidik Hao Ren.
"Bisa jadi karena perubahan lingkungan. .Dengan kerusakan lingkungan, banyak mahluk yang menjadi punah." tanggapan Nenek membuat Hao Ren menjadi terdiam.
Seperti itulah, keduanya kemudian bercakap-cakap berbagai macam topik dan menyelesaikan makan malam. Setelah menonton TV bersama-sama, mereka pergi tidur di kamarnya masing-masing.
Setelah masuk ke tempat tidur, Hao Ren sulit tidur. Ia membuka jendela dan menatap ke langit indah yang bertaburan bintang.Bersama dengan suara ombak dari kejauhan, Hao Ren memikirkan cerita yang tadi neneknya ceritakan. Keinginannya yang kuat untuk menemukan apakah naga masih ada didunia ini atau tidak telah bangkit.
Mengangkat pergelangan tangannya, tanda berwarna hijau itu masih terlihat jelas di tangannya. Semakin ia melihatnya, semakin ia merasa polanya menyerupai sisik naga.
"Ah, Aku mungkin terlalu memikirkan ini…" Ia menutup jendela, mematikan lampu dan pergi tidur.