Aku Leon, saat ini sedang menunggu Anna menyelesaikan urusannya. Aku diminta untuk menunggu di taman dekat asrama siswa. Aku duduk di bangku kayu dibawah pohon yang rindang.
Matahari bersinar terik, suhu udara sedikit panas. Tapi berada di bawah naungan teduh pepohonan dan angin yang berhembus lembut membuatku merasa nyaman. Tangan dan wajahku seolah merasakan sentuhan lembut angin yang menerpa.
Ahh… ini terasa menyegarkan. Aku menutup mata sebentar untuk menikmati suasana menenangkan ini.
Tidak lama kemudian, suara seorang gadis memanggilku.
"Hei, jangan tidur di tempat seperti ini. Kau bisa sakit"
Aku membuka mata… hanya untuk melihat seorang gadis manis berdiri di hadapanku dengan senyuman ceria. Dia mengenakan baju santai—, kemeja putih dengan lengan pendek dan sebuah rok yang sedikit di atas lutut. Rambut birunya yang lembut diikat ke belakang, itu terlihat berkilauan ketika berayun diterpa angin lembut. Itu adalah Anna, tangannya sudah tidak lagi diperban.
"Anna, kamu…"
"Aku tadi pergi ke ruang guru untuk meminta izin melepas perbanku. Wali kelas kami adalah penyihir putih, jadi dia cukup tau kondisiku"
"Aku mengerti"
"Leon, Apakah pakaian ini terlihat cocok untukku?"
"Yah… aku rasa begitu"
"Itu jawaban yang tidak tepat untuk situasi ini. Tapi aku akan memaafkanmu kali ini. Baiklah, mari kita pergi"
Anna dan aku pergi ke kota, hanya kami berdua. Seseorang telah menunggu kami di luar gerbang sekolah dengan mobil hitam.
Pria itu mengenakan jas hitam dan menyambut Anna dengan hormat. Kami langsung masuk, pria itu duduk di kursi supir.
Kami langsung melaju melalui jalan kota yang ramai.
Satu jam berlalu dengan cepat, kami berhenti di sebuah pintu masuk yang melayang.
Pintu itu memiliki sisi yang terbuat dari batu terbang— sebuah mineral aneh yang bisa melayang di udara. Kami hanya diantar sampai di sini, selanjutnya Anna yang akan memandu.
Anna membuka pintu dengan mantra khusus. Bagian dalamnya tidak terlihat, hanya ada kegelapan yang terlihat dari luar.
Anna menarik tanganku, "Ayo pergi"
Kami berdua masuk melalui pintu sihir.
Pemandangan selanjutnya yang aku lihat adalah sebuah jalan perbelanjaan yang sangat ramai. Di setiap sisi jalanan ini memiliki berbagai benda sihir yang dijual. Beberapa diantaranya adalah Familiar, surat sihir, jubah penyihir yang dipamerkan melayang di udara, bola sihir, dan masih banyak lagi.
Aku bertanya pada Anna, "Mengapa kita justru pergi ke sini? Bukankah Wizard Tower adalah tempat yang lebih tepat?"
Anna menjawab, "Huh, kamu masih tetap penyihir amatir yah. Tidak semua yang berada di Wizard Tower adalah yang terbaik. Lagipula, barang terbaik di sana pasti tidak dibuka untuk publik. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya. Tempat ini adalah tempat paling lengkap yang bisa kau temui. Hampir semua barang sihir ada di sini, mulai dari benda terkutuk hingga benda suci, semua ada"
"Anna, maksudmu…"
"Ya, ini adalah pasar gelap. Tapi jangan khawatir, kamu bisa percaya padaku. Cukup ikuti langkahku, jangan melihat benda yang tidak kau butuhkan terlalu lama. Kebanyakan pedagang di sini dapat membuatmu miskin jika tidak berhati-hati"
"Aku mengerti. Aku akan selalu bersamamu"
Anna tersenyum manis, kami langsung berjalan pelan melewati kerumunan. Anna terus menarik tanganku untuk memastikan kami tidak terpisah.
Kami lalu berhenti di sebuah toko. Aku melihat papan nama yang tergantung di atas pintu masuk toko.
'Red Beard Magic Shop'
Di bawahnya terdapat tulisan yang lebih kecil.
'Jangan membeli jika tidak ingin mati'
Toko ini memberiku kesan tidak menyenangkan hanya dari papan nama yang mereka pasang. Tapi aku memilih untuk percaya pada Anna saat ini.
Anna membuka pintu lalu masuk, aku mengikutinya dari belakang. Tapi sebuah tinju besar langsung menyambutku ketika masuk. Aku secara refleks melindungi wajahku dengan tangan.
Crest putih milikku muncul seketika tanpa aku perintah, Shira Yuki menggunakannya untukku. Sekumpulan ular putih berkumpul untuk memblokir tinju itu. Namun kami semua langsung terlempar keluar dari toko. Aku berguling di jalanan beberapa kali sebelum akhirnya dapat berhenti.
Tanganku terasa berdenyut, wajahku sepertinya ikut terkena pukulan. Selain itu, tubuhku memiliki beberapa luka goresan karena terlempar ke jalanan cukup cepat. Ugh, ini sedikit menyakitkan.
Shira Yuki— Avatar ular putih milikku sedang mengintari tubuhku sambil terus memancarkan aura permusuhan pada orang yang memukuliku tadi.
Seorang pria besar berambut merah keluar dari toko. Tingginya mungkin sekitar dua meter, dia memiliki janggut pendek berwarna merah tua dan perawakan yang menakutkan. Dia tidak terlihat ramah sama sekali.
"Hei bocah, siapa bilang kau diizinkan masuk ke tokoku, hah?! Aku tidak menerima bocah yang penuh omong kosong yang hanya bisa berbicara tanpa memiliki banyak uang"
Anna muncul dari belakang pria itu, dia melambai padaku sambil tersenyum lebar.
Tunggu, apakah ini bentuk balas dendam darinya? Sepertinya aku telah tertipu olehnya.
Pria besar itu menatapku dengan mata yang tidak ramah.
"Jika kau ingin masuk ke tokoku, kau harus membuktikan bahwa kau layak"
Aku tidak tahu bagaimana cara membuktikan diriku padanya, tapi aku sepertinya harus cukup membuatnya terkesan.
"Shira Yuki!"
Avatar ular putih sepanjang dua meter sedikit menjauh dari tubuhku dan bergerak secara individu.
Aku mencoba merangkap mantra sihir dasar.
"Basic Magic… Speed up, Strength up, Vitality up, Sense up, Agility up"
Aku melanjutkan dengan sihir putih.
"White Magic… Weak Pain, Healing Light, Slow Heal"
Aku berlari melewati kerumunan dan langsung menuju pria besar itu. Aku melancarkan sebuah tinju padanya.
Bam!
Tapi seranganku tidak berdampak sama sekali, dia bahkan tidak merasa sedang diserang.
"Hanya segitu? Kau membuang waktuku yang berharga"
Pria itu mengangkat tinjunya. Shira Yuki bergerak cepat, merayap di tangannya dan langsung melilit leher pria itu.
"Dasar bocah bodoh. Avatar hanya berbentuk spiritual, hal ini tidak akan bisa memberikan dampak fisik seperti melilit"
Tapi pria itu segera berubah pikiran ketika wajahnya mulai membiru. Dia terlihat kesulitan bernapas, tangannya terus berusaha meraih tubuh Shira Yuki. Tapi tubuh Shira Yuki tetap tidak bisa disentuh.
Setelah latihan yang cukup lama, akhirnya Shira Yuki dapat mengatur bagian tubuhnya yang memiliki bentuk fisik dan yang hanya berbentuk spiritual.
Hasilnya seperti sekarang, Shira Yuki dapat melilit musuhnya, namun tidak dapat dilepaskan. Ini adalah keterampilan yang cukup bagus dengan kemampuan yang terbatas.
Tapi… kemampuan pembentukan tubuh fisik sebagian ini hanya bisa bertahan selama tiga menit. Pembentukan fisik seluruh tubuhnya bahkan hanya bertahan satu menit. Mempertahankan bentuk fisiknya lebih dari itu terlalu sulit untuk levelku saat ini.
Yang menjadi masalah sekarang adalah jika pria itu masih bisa bertahan setelah tiga menit. Aku akan berada dalam masalah besar jika dia masih bisa bertahan.
Aku juga telah bersiap jika dipukuli habis-habisan setelah ini. Setidaknya lukaku tidak akan terlalu parah karena terus disembuhkan, meskipun secara perlahan.
Aku harap ini tidak berjalan menjadi skenario terburuk yang bisa aku pikirkan.