Chereads / Rise of Grand Crest / Chapter 23 - Kekhawatiran Yui

Chapter 23 - Kekhawatiran Yui

Aku berdiri di tengah arena bersama paman Albion dengan semua pandangan tertuju pada kami. Aku berusaha berjalan kembali ke timku tapi aku terjatuh setelah langkah ketiga.

Ah, staminaku benar-benar habis. Aku tidak kuat berjalan lebih jauh lagi.

Aku mencoba berpaling ke arah paman Albion. Dia adalah penyihir putih terbaik kan? Dia pasti bisa membantuku.

Paman Albion tersenyum tipis, "Leon, kondisi tubuhmu adalah tanggung jawabmu sendiri. Menjaga tubuh tetap prima sebelum pertandingan adalah hal yang wajib. Kau harus mengatasi keadaan itu dengan dirimu sendiri. Sementara itu, aku akan menonton dari bangku penonton, jadi tunjukkan bahwa penilaianku padamu tidak salah"

Anda berharap terlalu banyak! Mengapa berharap begitu banyak padaku yang masih anak-anak? Itu tidak masuk akal.

Paman Albion dan kepala sekolah menghilang dari arena. Mereka pergi ke area penonton. Kepala sekolah langsung menyiapkan tempat duduk khusus untuk paman Albion, kepala sekolah duduk di sampingnya.

Wasit datang ke tengah arena setelah kedua orang itu pergi. Wasit terus mendesakku kembali ke timku secepatnya. Tapi memangnya apa yang bisa aku lakukan dalam kondisiku saat ini?!

Akhirnya, meskipun lambat, aku berhasil kembali ke timku. Elvi langsung menopang tubuhku yang sudah lemas.

"Kakak, bertahanlah, apa yang telah terjadi?"

"Ah, itu cerita yang panjang, aku akan menjelaskannya setelah pertandingan ini selesai"

Lawan kami hari ini adalah kelas kedua seperti yang dijadwalkan. Kapten mereka adalah Rio seperti yang dikatakan Guru Hana. Mereka memiliki kombinasi empat laki-laki dan tiga perempuan. Aku sudah pernah melihat salah seorang dari mereka, dia adalah laki-laki yang dimarahi gurunya ketika aku pergi ke ruang guru.

Elvi menjelaskan, "Aku telah mendapatkan data tim kelas kedua. Kapten mereka adalah Rio Albartos. Wakilnya adalah adiknya yang bernama Ahren Albartos"

Elvi menunjuk pada laki-laki yang dimarahi gurunya saat itu. Jadi dia adalah wakil kapten dan juga saudara Rio? Itu mengejutkan mengingat betapa berbeda perlakuan yang didapatkan keduanya.

Elvi terus melanjutkan penjelasannya karena aku adalah satu-satunya yang tidak mendapatkan data itu. Aku tidak akan bisa mengambil langkah yang tepat sebagai kapten tim tanpa informasi yang tepat.

Sayangnya wasit tidak ingin menunggu terlalu lama.

"Mulai!"

Sialan.

Selain aku, Yui, dan Elvi yang masih tersisa di belakang, semua orang di tim kami maju serentak.

Yui sedang mempersiapkan sihir pemulihan untukku, sementara Elvi terus melanjutkan penjelasannya.

"Selain kapten tim dan wakil kapten mereka, ada satu orang lagi yang perlu diwaspadai—"

Saat Elvi sedang menjelaskan, Evan telah mulai bertarung dengan seorang anak laki-laki dari tim lawan. Anak laki-laki itu telah mengaktifkan Crest pertama miliknya sejak awal pertandingan, kedua tangannya telah ditumbuhi oleh bulu emas kecoklatan dan cakar yang tajam.

"Kebetulan sekali, orang itu sedang bertarung dengan Evan saat ini. Dia adalah Hova Eleinar, dia memiliki Golden Lion Crest yang dikenal merupakan musuh bebuyutan bagi pemilik White Tiger Crest seperti Evan"

Jadi bisa dibilang dia adalah rival Evan. Mungkin itu juga alasan mengapa mereka bertarung begitu awal.

Evan telah merubah tangan kirinya menjadi tangan harimau dengan bulu putih dan cakar yang tajam. Dia terus bertarung sambil merapal mantra Iron Armor.

"Api kebijaksanaan… berkobar sebagai kekuatan yang menghancurkan musuh… Melindungi nyawa, sekuat besi, jiwa yang tangguh berkobar di medan perang, hidup dalam kejayaan abadi. Red Magic, Iron Armor"

Seluruh tubuh Evan mengeras dan memiliki kilauan layaknya permukaan besi yang padat.

Tinju kiri Evan dan Hova saling berbenturan.

Dang!

Dentang besi yang dipukul dapat terdengar dengan jelas. Keduanya terdorong mundur beberapa langkah. Kekuatan keduanya hampir seimbang.

Itu cukup mengejutkan. Aku tahu seberapa kuat pukulan kiri Evan dalam kekuatan penuh, sangat sulit untuk menyamainya. Namun laki-laki bernama Hova itu mampu melakukannya. Mungkin inilah yang disebut rival.

Evan berlari langsung menuju Hova dan melancarkan pukulan lurus ke wajahnya.

"Terima ini!"

Hova tersentak dan menerima pukulan tepat di wajahnya. Hidungnya berdarah, tapi dia masih tetap sadar untuk memukul balik wajah Evan.

Keduanya melakukan pertarungan yang brutal tanpa bertahan sama sekali. Aku tidak tahu mengapa mereka memiliki pemikiran yang sama.

Sementara Evan dan Hova bertarung. Ario dan Astrid sedang maju bersama dengan formasi Ario di depan. Ario sedang menggunakan armor golem penuh. Alasan mereka melakukan itu adalah karena mereka terus ditembaki dengan panah sihir. Dua orang gadis di tim musuh adalah pengguna busur, jadi pantas saja Astrid akan kesulitan jika maju sendirian.

"Dua gadis itu adalah Izegna Zekstra dan Alona Merdith. Berdasarkan data yang aku dapatkan, mereka adalah Class Enchanter tapi juga merupakan Green dan Red Magician"

Jadi keduanya memperkuat panah mereka dengan sihir Enchant lalu memperkuatnya lagi dengan Green Magic yang meningkatkan kecepatan atau Red Magic yang meningkatkan daya serang.

Keduanya memiliki kombinasi yang merepotkan. Ini hampir sama merepotkan dengan dua Black Magician yang merupakan lawan kami sebelumnya.

Armor golem Ario terus menerus dikikis oleh lawan. Long Yue terus berusaha keras untuk memperbaiki kerusakan itu sementara Astrid mendukung dari belakang dengan sihir percepatan agar mereka bisa mendekat dengan cepat.

Sayangnya semakin dekat mereka, maka semakin cepat pula kerusakan yang diterima oleh Ario. Long Yue haru berusaha keras untuk memperbaiki semua kerusakan itu sendirian.

"Orange Magic… Strength up, Spirit Power"

Untungnya ada Yue di sana yang dapat mendukung Ario.

Rio dan Ahren belum mengambil tindakan sejak pertandingan dimulai. Apakah mereka merencanakan sesuatu atau hanya ingin mengamati situasi terlebih dahulu?

"Kakak, sepertinya tim lawan ingin mengeluarkan kita semua sekaligus"

"Apa maksudmu?"

Elvi menunujuk pada satu gadis cantik yang menggenggam tongkat sihir di tangannya. Dia kelihatannya sedang fokus untuk merapal sebuah mantra sihir skala besar.

"Kita semua? Tapi mana yang dibutuhkan dalam sihir sebesar itu sangat gila untuk anak seumuran kita"

"Tidak kakak, lihatlah baik-baik"

Aku terus memperhatikan arah yang ditunjuk Elvi. Di belakang gadis itu, ada satu orang lagi yang terus menerus melemparkan sihir pada gadis di depannya.

Itu… sihir pemulihan? Apakah mereka menggunakan sihir pemulihan setiap kali mana yang dimiliki gadis itu habis karena dituangkan dalam mantra skala besar?

Itu ide yang gila! Bagaimana bisa mereka memikirkan itu? Apakah itu cara mereka untuk menang selama ini?

Lalu itu artinya anggota tim lain bertugas untuk menghambat lawan mengganggu proses itu. Karena aku, Elvi, dan Yui tidak bertindak, Rio dan Ahren merasa tidak perlu untuk mengambil tindakan.

Mereka meremehkan kami begitu rendah! Aku tidak bisa memaafkan ini. Kesombongan harus dihancurkan dengan kekuatan murni.

Akhirnya mantra pemulihan Yui selesai. Hampir seluruh tenagaku telah pulih, setidaknya aku bisa bergerak lebih leluasa sekarang.

"Elvi, mari kita tunjukkan pada mereka bahwa tidak semudah itu untuk mengalahkan kita"

"Ya, kakak. Aku akan mengikutimu"

Aku mulai maju ke garis depan.

Sementara Leon telah maju ke depan, Yui menahan tangan Elvi untuk mengikuti Leon.

Elvi bertanya, "Yui, ada apa?"

Yui menjawab dengan sedikit khawatir, "Elvi… tolong tunggu sebentar. Aku merasa ada yang salah dengan Leon. Pagi ini dia masih baik-baik saja, tapi sekarang aku merasa seperti dia bukan Leon yang aku kenal. Dia seperti dipenuhi dengan kemarahan dan dendam"

Elvi tidak bisa merasakan hal itu, tapi dia sangat percaya dengan Yui. Jika dia mengatakan itu, maka hal itu mungkin benar.

"Jangan khawatir, aku akan menghentikannya jika terjadi sesuatu"

Yui masih tetap khawatir, "Tidak, aku merasa kamu tidak akan mampu dalam masalah ini. Bahkan jika kekuatan kita semua disatukan untuk menghentikan Leon, aku masih tetap tidak yakin"

Kekhawatiran Yui terhadap Leon sangat besar, namun Elvi tidak bisa memahami penjelasan Yui sepenuhnya. Dia hanya bisa percaya padanya.