Chereads / Rise of Grand Crest / Chapter 15 - Janji dan luka

Chapter 15 - Janji dan luka

Inferno Lizard terus menggigit lengan Reo dan tidak berniat melepaskannya.

Inferno Lizard menggeram. Sejumlah bebatuan melayang dari lantai arena yang rusak. Bebatuan itu menuju Ario.

'Huh? Apa yang terjadi? Mengapa bebatuan ini menuju ke arahku?'

Bebatuan itu menyelimuti Ario. Batu ditumpuk secara terus menerus dan berlapis. Tubuh kecil Ario diselimuti bebatuan dan membentuk manusia batu… Golem setinggi dua meter.

Golem itu terlihat padat dan cukup kuat, namun Ario tidak dapat menggerakannya karena terlalu berat.

Pikiran Ario dan Long Yue mulai terhubung. Long Yue meminta Ario untuk menciptakan serat sihir hingga ke seluruh tubuh Golem yang bekerja layaknya otot pada tubuh.

Ario memahami instruksi itu. Dia mulai mengalirkan Mana miliknya ke seluruh tubuh Golem. Mana miliknya mulai membentuk garis-garis lurus dan perlahan mulai terhubung satu sama lain seperti serat otot.

Ario berusaha menggerakan tangan Golem. Itu masih sedikit berat dan sulit, namun Ario masih berhasil melakukannya. Ario hanya perlu waktu untuk berlatih dan terbiasa dengan itu.

"Brown Magic… Hard Defense"

Ario menggunakan sihir itu pada dirinya sendiri. Bergesekan dengan batu yang tidak beraturan terlalu banyak bisa membuatnya terluka.

Ario mengangkat tangan Golem dan membentuk tinju yang langsung diarahkan pada Reo. Reo berusaha menghindar dengan mengepakkan sayapnya, namun Inferno Lizard masih menahannya dan tidak membiarkannya pergi.

Reo menerima pukulan berat dan langsung dikirim keluar dari arena.

Yui dan Yue terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba itu. Elvi tersenyum dan berusaha bangkit kembali. Dia tidak bisa merasa lega sekarang karena Leon masih dalam kondisi yang buruk.

Tifa melepaskan anak panah miliknya. Elvi buru-buru melemparkan bola api untuk menghalangi panah itu.

Namun tanpa diduga… panah milik Tifa mampu menembus bola api milik Elvi begitu saja dan langsung menusuk kaki Leon.

Leon menjerit kesakitan. Elvi menjadi panik.

'Kerja sama kami buruk karena kakak memutuskan untuk bertindak sendiri di awal. Ditambah lagi kami sedang dibatasi, kakak tidak memiliki kemampuan untuk membalikkan situasi ini sendirian'

Tifa sedang bersiap untuk melepaskan panah lagi. Kali ini dia berniat mengincar tangan Leon.

'Orang bernama Leon ini cukup kuat untuk menahan rasa sakitnya dan memiliki tekad untuk tetap bertahan di arena. Aku ingin melihat sejauh mana dia mampu bertahan'

Leon meraih panah yang menancap di kakinya dan mencabutnya secara paksa.

"Argh"

Rasa nyeri dan sakit langsung menjalar dari kakinya. Rasanya seperti teriris dan daging yang dicongkel keluar. Darah mengalir keluar dari lukanya.

"White Magic… Healing Light"

Sebuah bola cahaya kecil muncul dan langsung menuju kaki Leon yang terluka. Darah yang mengalir mulai terhenti. Luka yang terbuka perlahan mulai sembuh.

"White Magic… Purify, Weak Pain"

Leon menghilangkan status buruk yang dia terima dan mengurangi rasa sakit yang dia miliki.

Alasan Leon belum menggunakan sihir putih miliknya sejak pertandingan dimulai adalah karena salah satu Black Magic yang dia terima… Confusion. Dia kesulitan berkonsentrasi untuk mengatur mana dalam tubuhnya yang seharusnya digunakan untuk mengaktifkan sihir.

Dan alasan mengapa dia baru berhasil menggunakannya sekarang adalah karena rasa sakit yang dia terima dari panah Tifa. Rasa sakit itu telah mengembalikan sedikit kesadaran Leon yang membuatnya mampu menggunakan sihir lagi.

Leon berusaha bangkit lagi dan langsung menatap Tifa. Leon wajah yang manis dan menggemaskan, namun saat ini dia terlihat sedikit menakutkan bagi Tifa.

Alex terkejut karena Leon bisa bangkit kembali.

"Gawat! Orang paling merepotkan dalam pertandingan ini justru telah bangkit kembali"

Alex mengaktifkan Crest pertama miliknya. Sebuah lingkaran cahaya biru bercorak serigala muncul.

"First Crest of Winter Wolf, Winter Forest"

Sejumlah paku es besar mencuat dari tanah dan menghalangi Evan. Paku es itu terus menyebar hingga radius sepuluh meter.

Alex hendak berbalik menuju Leon, namun Evan tidak akan membiarkannya. Sebuah Crest putih bercorak harimau muncul di belakang Evan.

"First Crest of White Tiger, Tiger Arm"

Tangan kiri Evan mulai ditumbuhi bulu harimau putih dan memiliki cakar yang tajam. Dia merobek paku es yang muncul di hadapannya sambil terus menerobos maju.

Leon sedang berhadapan langsung dengan Tifa. Mereka hanya berjarak kurang dari lima langkah, tapi Leon tidak terlihat akan menyerang Tifa.

"Aku tidak suka bertarung dengan perempuan. Tolong menyerahlah"

Tifa tersenyum mengejek terhadap tawaran Leon yang menggelikan.

"Menyerah? Haha, jangan bercanda. Itu pasti sebuah kebohongan, kau baru saja memukul dua gadis temanku sebelumnya"

"Karena itulah aku bilang tidak suka bertarung melawan gadis. Aku mengirim mereka keluar secepatnya sambil berusaha untuk tidak menimbulkan luka fatal"

Tifa sedikit memiringkan kepalanya karena heran.

"Begitukah? Kau terlalu baik untuk seorang laki-laki. Tapi tidak mungkin aku percaya dengan itu"

"Tidak masalah jika kamu tidak percaya. Aku berani berjanji bahwa aku akan mengurus luka mereka jika sampai mereka terluka karena aku"

"Kau janji?"

"Ya, aku berjanji"

Alex mengira bahwa Leon sedang merencanakan sesuatu terhadap Tifa. Dia langsung melemparkan tombak miliknya menuju Leon. Tombak es meluncur di udara dengan cepat dari belakang Leon.

Leon merasakan bahaya yang datang dan berhasil menghindar, tapi tombak itu justru berakhir dengan menusuk perut Tifa.

Leon terkejut, dia langsung menahan tubuh Tifa yang hampir jatuh.

Tifa benar-benar terluka, dia memuntahkan seteguk darah segar.

Leon berteriak, "Hei! Bertahanlah! Aku akan menyembuhkanmu"

Tifa tersenyum lemah dan berbicara dengan suara pelan, "Hei… tepati janjimu… padaku. Oke?"

"Ya… ya, aku akan menepatinya"

Tifa tersenyum lembut, tubuhnya segera ditransfer keluar dari arena dan langsung dibawa oleh tim medis.

Sekarang di tim Alex hanya tersisa Alex, Koda, dan Ehwa. Alex memutuskan untuk menyerah. Dia merasa bersalah karena telah melukai Tifa.

Wasit mengumumkan bahwa tim Leon menang. Leon langsung berlari menuju ruang perawatan setelah pertandingan selesai.

Namun Leon tidak diperbolehkan masuk karena Tifa sedang dalam perawatan. Dia memutuskan untuk mencari Lea dan Iva, dua gadis yang dia keluarkan dari pertandingan sebelumnya sejak awal.

Keduanya yang sedang beristirahat di ruangan mereka terkejut mendapati kehadiran Leon.

"Apa yang kamu lakukan di sini?! Pergi!"

"Jika kamu datang hanya untuk mentertawakan kami, sebaiknya kau pergi sebelum kami bertindak kasar"

Leon sedikit menunduk untuk meminta maaf.

"Maaf, aku tidak bisa melakukan itu. Aku memiliki janji yang harus ditepati"

Lea dan Iva menjadi bingung. Keduanya mulai mengerti setelah Leon menjelaskan situasinya.

"Mengapa kamu mau membuat janji yang merepotkan seperti itu?"

"Mungkinkah kamu seorang idiot? Bagaimana bisa kamu menjadi seorang kapten dengan kepribadian seperti itu?!"

Leon masih saja mendapatkan teguran meskipun telah menjelaskan situasinya. Leon maju dan menuju Lea. Dia menggenggam tangan kanan Lea.

"Inspect"

Leon menggunakan sihir dasar yang dapat menganalisa kondisi tubuh targetnya.

Lea kelihatannya baik-baik saja, namun tangan kanannya sedikit memar. Lea sejak tadi telah menahan sakit karena Leon menyentuh tangannya secara tiba-tiba.

"White Magic… Healing Light"

Sebuah bola cahaya putih muncul dan mulai menyembuhkan Lea. Lea mulai merasa nyaman dan tidak merasa sakit lagi di bagian tangannya.

Iva mengalami luka yang sama dengan Lea. Leon menyembuhkan keduanya secara bergantian.

Lea dan Iva saling menatap bingung. Mereka tidak tahu harus apa.

Iva memberanikan diri untuk bertanya.

"Hei, sejak tadi aku penasaran. Bagaimana bisa kamu berlari ke sini dengan luka seperti itu?"

Iva menunjuk kaki Leon. Leon menoleh ke belakang untuk melihatnya. Kakinya masih memiliki luka yang terbuka, darah telah menetes sepanjang jalan dia menuju kemari.

Leon menjadi lemas karena kehilangan banyak darah dan berakhir pingsan.

Lea panik.

"Hei bertahanlah! Iva, panggilkan perawat!"

Iva bergegas keluar ruangan dan mencari perawat.

Leon telah jatuh dengan cara yang konyol.