Leon bersama Yue pergi ke kantor guru untuk mendapatkan izin dari Hana Irena. Mereka pada awalnya menjelaskan situasinya dan Hana Irena kelihatannya cukup memahami situasi itu.
Hana Irena mengangguk, berkata, "Aku paham. Harus aku bilang, Ario cukup nekat untuk membuat kontrak darah untuk Familiar pertamanya"
Leon bertanya, "Apakah kontrak darah adalah hal yang buruk?"
Hana Irena menjawab, "Tidak, itu tidak sepenuhnya buruk. Dengan kontrak darah, penyihir dan Familiar miliknya akan berbagi kemampuan, pengalaman, dan nyawa. Ini bisa sangat bermanfaat bagi Masternya, tapi jika Familiar mati, itu akan menyebabkan luka fatal untuk Masternya, bahkan mungkin kematian. Jadi tergantung kemampuan Familiar yang memiliki kontrak darah, sang Master dapat berperan seperti penyihir Class lain"
Leon mengangguk, dia memahami hal itu. Nilai yang besar berarti resiko sama besar. Itu adalah hal yang biasa. Jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal, seseorang tidak bisa tetap bermain aman, resiko adalah bayaran untuk itu.
Leon dan Yue hendak kembali ke kelas, tapi Hana Irena menghentikan mereka.
"Tunggu, kalian pikir sudah mendapatkan izin dariku? Tidak semudah itu"
Leon dan Yue berbalik dengan sedikit bingung, mereka mengira bahwa Hana Irena akan memberikan izin setelah memahami situasinya.
Yue bertanya, "Apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan izin itu?"
Hana Irena memasang ekspresi tenang sambil berkata, "Kalian adalah tim, jadi wajar kan jika yang lain harus melalui kesulitan untuk membantu rekannya? Jadi aku akan menguji kalian. Leon, Yue, kalian tidak diperbolehkan menggunakan kemampuan Crest pada pertandingan nanti. Jika kalian mau berjanji melakukan itu, aku akan memberikan izin untuk Ario beristirahat"
Itu permintaan yang sedikit tidak masuk akal.
Untuk bisa menang, setiap orang harus berusaha sekuat tenaga. Untuk apa Hana Irena membuat batasan yang akan merugikan perwakilan kelasnya sendiri?
Leon dan Yue saling memandang, mereka sedikit ragu untuk menjawab. Hana Irena tetap menunggu jawaban. Pada akhirnya keduanya mengangguk setuju meskipun dengan terpaksa.
Hana Irena tersenyum, itu adalah pertama kalinya dia tersenyum pada muridnya.
"Umm, kalian boleh pergi sekarang. Pastikan kalian beristirahat yang cukup. Kalian akan membutuhkan itu di pertandingan nanti"
Leon dan Yue berjalan keluar dari ruang guru.
Yue memiliki wajah yang tenang, namun sebenarnya dia sedikit khawatir.
"Kapten, apa yang akan kita lakukan? Kita tidak bisa membebani tim lagi, keseimbangan tim kita bisa runtuh jika tidak mengeluarkan kemampuan penuh"
Leon sedikit berpikir, lalu menjawab, "Yue, ini adalah ujian untuk kita berdua. Guru Hana melihat kita sebagai pusat kekuatan tim di pertandingan sebelumnya. Jadi dia memutuskan untuk menguji kita, apakah kita mampu menang dengan kemampuan yang dibatasi? Aku tidak tahu. Tapi aku yakin semua akan baik-baik saja jika semua orang saling bekerja sama"
Leon menampilkan senyum cerah pada Yue. Yue merasa sedikit tenang setelah melihat Leon yang tidak terlalu terganggu.
Kunci kemenangan pertandingan selanjutnya mungkin berbeda dari sebelumnya, tapi mereka harus tetap menjaga itu.
…
Ario berbaring di tempat tidurnya. Long Yue sedang tidur dengan tenang di atas tubuh Ario. Karena Long Yue masih bayi, Ario tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Namun itu akan mulai menjadi masalah jika Long Yue dewasa nanti.
Suara pintu yang diketuk dapat terdengar dari luar. Ario sedikit penasaran dengan orang yang mendatangi kamar miliknya di saat dia sedang istirahat, karena itu dia membuka pintu dan melihat siapa di luar.
Ternyata itu hanya Astrid, dan dia sendirian.
Astrid membuat senyum manis di wajahnya yang imut.
"Boleh aku masuk?"
Ario bingung untuk sesaat, "Eh? Ah… tentu. Masuklah"
"Terima kasih"
Ario mengundang Astrid masuk dan menyiapkan sebuah kursi untuk Astrid, sedangkan Ario duduk di atas ranjang.
Long Yue terbangun dari tidurnya, dia segera menyadari kehadiran Astrid. Astrid tersenyum lembut.
"Ah… kamu sangat imut. Ayolah, ke sini, biarkan aku memberimu sebuah pelukan"
Astrid merentangkan tangannya, namun Long Yue justru mundur karena alasan yang tidak diketahui. Astrid sedikit kecewa, tapi dia tidak terlihat berniat untuk memaksa.
Ario meminta maaf, "Maaf untuk sikap Long Yue. Dia masih kecil, mungkin itu tidak biasa baginya untuk dekat dengan orang asing"
Astrid cemberut. Matanya mulai basah, "Akh…kamu dingin sekali. Mengapa aku disebut orang asing? Bukankah kita tunangan?"
Ario menjadi salah tingkah karena Astrid terlihat hendak menangis, "Ah, tunggu, tunggu. Kumohon jangan menangis. Baiklah aku salah, maafkan aku"
Astrid segera tersenyum mengejek, "Ahaha, kamu mudah ditipu seperti biasa. Mana mungkin aku menangis karena hal sepele seperti itu. Lagipula kita menjadi tunangan hanya karena hubungan politik. Kamu tidak perlu bertingkah seolah menyukaiku"
Wajah Ario sedikit memerah karena malu, "Itu… sedikit sulit. Meskipun kita hanya bertunangan karena hubungan politik, bukan berarti aku membencimu"
Ario jujur pada hatinya. Dia tidak pernah membenci Astrid meskipun sering dipermainkan dan dijahili. Bagi Ario, Astrid adalah satu-satunya teman yang dia miliki hingga sekarang.
Keluarga Ario dan Astrid telah membangun hubungan sejak lama, karena itu juga mereka berdua menjadi teman masa kecil. Mereka juga telah diputuskan untuk bertunangan sejak masih kecil.
Astrid berhenti bercanda dan mulai tampak sedikit khawatir.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik-baik saja," Ario memukul dadanya setelah mengatakan itu. "Lihat? Aku sudah cukup sehat. Pertandingan kita akan dimulai dalam dua jam lagi, tapi aku telah siap"
"Itu bagus. Kapten memiliki sesuatu untuk dikatakan pada kita satu jam dari sekarang, jadi jangan terlambat"
Astrid pergi dari kamar Ario setelah mengatakan itu.
Ario memandang Long Yue yang berbaring di pangkuannya.
'Ahh… apakah kau akan bisa membantuku atau tidak, aku tidak tahu. Tapi aku akan percaya padamu mulai sekarang'
Long Yue menatap Ario seolah mengerti pemikiran Masternya.
Suara pintu diketuk dapat terdengar, kali ini Leon yang datang.
"Hei, apakah aku mengganggu waktu istirahatmu?"
"Oh, Kapten? Tidak, tidak sama sekali. Aku sudah cukup bertenaga untuk ikut dalam pertandingan"
Leon mengangguk, "Hum, itu bagus, tapi jangan memaksakan diri. Ingatlah bahwa kami ada bersamamu"
Mata kecil Long Yue mengamati sosok Leon dengan sedikit rasa penasaran dan tertarik. Long Yue langsung melompat ke pundak Leon dan bermain dengannya. Leon tertawa karena merasa geli.
"Hei hei, hentikan, itu geli"
Sementara Leon terus tertawa geli, perlahan Crest putih milik Leon mulai bersinar di punggungnya. Bersamaan dengan itu, Crest putih milik Ario juga muncul.
Keduanya menatap heran karena merasa tidak mengaktifkan Crest sama sekali. Itu terjadi tanpa mereka sadari.
Tubuh Long Yue bergetar perlahan, matanya menjadi merah. Sebuah energi besar dilepaskan olehnya dan meledak seketika. Ario menghantam dinding kamar, Leon juga menghantam dinding. Kaca jendela pecah. Lantai kayu terlihat retak. Di tengah semua itu hanya ada seekor kadal coklat kecil yang tergeletak begitu saja.
"A-Apa itu tadi?"
Ario berusaha berdiri. Badannya terasa nyeri. Dia menabrak tembok cukup keras.
Leon terbatuk karena debu dan kaget karena kejadian yang tiba-tiba itu.
Keduanya bingung, tapi mereka segera membersihkan kekacauan ini sebelum ada orang lain yang melihat.