Chapter 3 - 2

Arjuna menekan tunel tombol pengecil volume suara dan menghentikan laju mobilnya tepat di sebuah rumah mungil bernuansa minimalis modern setelah diliriknya selintas sosok cewek di sebelahnya. Entah sejak kapan Caramel tertidur dengan tenang. Arjuna menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Caramel. Wajah polosnya bikin Arjuna gak tega buat ngebanguninnya.

Cowok berwajah tampan bak Dewa Yunani itu pun akhirnya memutuskan untuk menggendong Caramel dan membawanya masuk ke dalam rumah. Ini adalah salah satu cara yang paling tepat daripada membangunkannya dan menimbulkan keributan gak berfaedah. Bisa-bisa dia dipukulin warga karna dianggap melakukan tindakan kriminal. Arjuna membopong tubuh Caramel layaknya Bridal Style sembari menaiki anak tangga. Arjuna diam-diam mengakui keberanian Caramel soal tinggal seorang diri di rumah sebesar ini. Ya walaupun ada seorang asisten rumah tangga yang kadang menemaninya, mungkin.

Deg!

Nafas Arjuna mendadak tertahan seraya langkahnya yang berhenti. Gak disangkanya tiba-tiba Caramel menyurukan kepalanya ke arah lehernya seraya tangannya yang melingkari lehernya, memberikan sensasi geli dan unik bagi Arjuna. Belum pernah Arjuna merasa sampe panas dingin diperlakukan begitu. Ah untung aja kamar Caramel tinggal beberapa meter lagi.

Arjuna akhirnya menyerah. Dia membuka pintu kamar Caramel yang bernuansa coklat kayu itu dengan sebelah tangannya dan melangkah masuk. Diturunkannya tubuh Caramel di atas ranjang dan melepaskan sepatu hak Caramel. Ada gurat perasaan kasihan menyusup di hati Arjuna. Cewek semanis Caramel harus diperlakukan kayak sampah yang didepak begitu aja demi barang bagus lainnya. Arjuna bimbang, entah harus menyebut perjodohannya dengan Caramel ini sebagai anugerah atau musibah.

Sleep tight, Caramel.

Arjuna bergegas keluar dan menutup pintu. Dia menuruni anak tangga menuju ruang keluarga dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa empuk di sana sambil melonggarkan dasinya. Diam-diam dia berjanji bakal selalu membahagiakan dan menjaga Caramel kalo benar cewek itu setuju dijodohkan dengannya. Cewek itu layak untuk mendapatkan kedua hal itu dari seorang Arjuna.

*

Caramel membuka mata dan langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Kamarnya. Kamar yang selalu memberikan rasa nyaman lebih dari apapun.

Samar-samar dia mengingat kejadian semalam. Saat hujan paling kelabu dalam hidupnya. Hatinya masih terasa sakit. Meskipun dia mati-matian berharap bahwa kejadian semalam sebagai mimpi terburuk dalam hidupnya, tapi ternyata itulah satu-satunya kenyataan paling pahit yang harus dia terima.

"Gak usah diingat lagi bajingan kayak gitu." Terdengar suara seseorang membuyarkan lamunannya, membuatnya serta merta langsung menoleh ke arah asal suara.

"MALIIIIINNNNGGGGG!!!!" Caramel berteriak sekencang yang dia bisa. "TOLOOOOOOOOONGGGGGGGGG!!"

SHIT! Arjuna langsung menutup mulut Caramel dan mau gak mau menindihnya agar wanita itu enggak berteriak lagi. Bisa gawat kalo orang sekomplek dateng dan mengira dia maling yang mau merampok dan memperkosa si tuan rumah. Bisa-bisa mati kutu dia babak belur dihajar massa.

"Eh! Lo ya! Dasar gak tau berterima kasih. Malah teriak-teriak. Lo kira gue maling apa?!"

Caramel berusaha memberontak. Badannya memang lebih kecil dari Arjuna. Tapi bukan berarti dia harus kalah. Lah ini kan kamarnya .. Hm, ralat. Ini kan rumahnya. Dan nih lelaki ini adalah orang asing.

"Aww!"

Caramel tersenyum puas. Gak sia-sia dia berusaha menggigit tangan si cowok, walaupun belum membuatnya menyingkir dari atas tubuhnya. "LEPASIN GUE ATAU GUE TERIAK LAGI NIH!"

Arjuna menggeleng. "Gue baru bakal lepasin Lo kalo Lo janji lo gak bakal berusaha untuk bunuh diri atau apapun itu!"

"LEPASIN GUE ATAU GUE .."

Arjuna menghela nafas berat. Heran. Wanita kayak singa bringas galak gini kok ya bisa-bisanya dijodohin dengan dirinya? Bahkan mungkin lebih bringas dan galak wanita satu ini ketimbang singa betina manapun.

"Oke, Fine!", sahut Arjuna sambil beringsut dari tubuh Caramel.

Caramel langsung bersiap untuk kabur begitu Arjuna beringsut menjauh darinya. Sbodo amat kalo lelaki itu mau ngedumel sampe subuh juga. Bukan urusan Caramel.

"Pagi-pagi udah bikin jengkel!" Arjuna gak bisa menahan dirinya untuk gak mengumpat kesal. "Bukannya berterima kasih udah ditolongin."

"I never wish you to help me!" sahut Caramel kesal. "Lagian Lo siapa sih? Tau darimana nama dan rumah gue? Dan ngapain lo pagi-pagi masih di sini?!"

Arjuna berdehem sejenak. Dipandanginya Caramel lekat-lekat. Lo yakin nih wanita gak kenal sama lo? Oh Helloooo! Setidakterkenal itukah dirinya sampe Caramel gak mengenalinya? "Gue Arjuna. Dan sialnya, kenapa gue bisa tau nama dan rumah lo, adalah karna ortu gue ngejodohin gue sama lo. Puas?!"

Caramel cuma bisa melongo menanggapi ucapan Arjuna barusan. Hah? What? Hellooooooooo!! Ini udah bukan jaman Siti Nurbaya keles. Masih ada aja perjodohan norak kayak gini! Asli. Dia pengin ketawa sampai kembung. Di jaman yang serba modern kayak sekarang, ternyata masih ada toh ortu yang melakukan perjodohan untuk anak-anaknya. So old you know!

"Selamat kalo lo tertarik dengan perjodohan dari ortu lo itu. Sayangnya gue sama sekali gak tertarik. Dan gue rasa, gue juga gak perlu berterima kasih sama lo karna lo udah nyelamatin nyawa gue."

"Terserah. Itu hak lo," sahut Arjuna cuek.

Arjuna membawa langkahnya meninggalkan Caramel. Bukan urusannya menerima ucapan terima kasih dari Caramel. Urusannya hanya menuruti permintaan Sang Bidadari Buluk - istri kedua papanya untuk bertemu dengan Caramel. Yah paling enggak kan dia tau kayak apa penampilan Caramel secara fisik sebelum terlambat.

*

Arjuna membaringkan tubuhnya di sebuah sofa kebesaran berwarna emas. Rasa kantuknya mulai menyerang lagi, akibat semalaman dia gak tidur nyenyak. Apalagi, tiap beberapa jam sekali dia harus terpaksa bangun untuk memastikan Caramel gak berbuat nekat pasca putus cinta.

"Gimana, Jun?" Terdengar suara berat sang papa membuat yang dipanggil menoleh ke arahnya. "Udah ketemu Caramel?"

Arjuna menghela nafas sejenak. Caramel .. Gadis rapuh dan galak itulah yang dipilihkan oleh Papa Orland sebagai pendamping hidup Arjuna, dan Papa Orland sama sekali gak peduli apakah dirinya akan menolak atau menerima perjodohan itu. Baginya, Arjuna dan Caramel adalah sepasang insan yang memang sudah ditakdirkan untuk berjodoh dan bersama.

"Sudah."

"Lalu, kapan Papa bisa menikahkan kamu dengan Caramel?"

*

"Lalu, kapan Papa bisa menikahkan kamu dengan Caramel?"

Apa katanya barusan?! Ya Tuhan! Yang benar aja! Ketemu aja baru sekali, masa iya udah langsung bahas pernikahan? Apalagi mengingat kondisi Caramel yang sangat kacau balau ketika dirinya menemukannya semalam.

Ayo Juna. Berpikir!

"Pa, kasih Juna waktu lagi ya.", sahut Juna akhirnya. "Juna cuma pengin menikah sekali seumur hidup, dengan orang yang Juna cintai. Dan Juna yakin, orang tersebut adalah orang yang tepat dan pantas untuk mendampingi Juna selamanya sebagai istri Juna nantinya."

"Caramel adalah orang yang tepat untukmu, Juna. Papa berani bertaruh jaminan. Karna apa? Karna kamu satu-satunya anak Papa dan Papa gak mungkin menjerumuskan masa depan kamu dengan asal menjodohkan kamu dengan orang yang tidak Papa kenal. You know that, Juna."

Arjuna menaikan sudut bibirnya. "Karna kamu satu-satunya anak Papa dan Papa gak mungkin menjerumuskan masa depan kamu dengan asal menjodohkan kamu dengan orang yang tidak Papa kenal. You know that, Juna."

Arjuna gak salah dengar kan? Papa tau dari mana kalo Caramel adalah orang tepat untuknya? Seumur hidupnya, gak pernah papanya menyebut nama CARAMEL atau segala tetekbengek tentangnya. Oh ya, dan lagi, Arjuna bukan satu-satunya anak papanya!

"Papa kasih waktu kamu satu bulan terhitung dari hari ini, Juna. Dan suka tidak suka, mau tidak mau, Papa akan tetap menikahkan kamu dengan Caramel begitu waktu dari Papa habis."

Arjuna mengerjapkan matanya gak percaya. Ultimatum apa lagi ini?! Rasanya lebih mudah menghadapi ratusan ribu karyawannya ketimbang satu orang papanya sendiri.

Caramel .. Arjuna mencatat nama itu baik-baik. Apalagi setelah kejadian semalam. Cewek itukah yang dipilihkan papa untuk mendampinginya?

Tapi kalo dipikir ulang, mungkin ada baiknya kalo dia mencoba menuruti kemauan papa dan menerima perjodohannya dengan Caramel. Toh Caramel juga gak jelek-jelek amat. Maksudnya secara fisik. Dia cuma bodoh.

Arjuna bangkit dari posisi nyamannya. Mungkin lebih baik dia mampir ke rumah Caramel sebelom lanjut ke kantor.

*

"Caramel!" Caramel menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh pun ia mengenali suara itu. Sangat. Mau apa orang itu di sini sepagi ini? Masih belum puaskah dia menyakiti hatinya?

"I miss you, Caramel."

Lucu. Ini adalah lelucon terlucu yang menyapanya pagi ini. Oh hellooooo!! Apa katanya barusan? Rindu? Bulshit! Kalo rindu pasti karna cinta, sedangkan cinta pasti membahagiakan. Bukan malah menyakiti, kayak yang dilakukannya.

Sabar Caramel ..

Dave membalikkan tubuh Caramel, membuat cewek itu mau gak mau harus beradu pandang dengannya. "Kamu gak kangen ya sama aku?"

Cuih! Entah kenapa kata-kata rindu yang dulu sempat membuat Caramel kasmaran justru kini terdengar sumbang. "Harus ya aku kangen sama kamu?" sahut Caramel sarkastis. "Kayaknya gak perlu deh."

"Kok kamu ngomong gitu, Sayang?"

Caramel menghempaskan nafasnya pelan. Emosinya mulai naik. Mati-matian dirinya harus menahan air matanya. Dia gak boleh terlihat lemah di hadapan bajingan ini! Bisa besar kepala nanti, dikiranya Caramel mengemis cintanya. Mau ditaroh mana muka dan harga dirinya coy! "Dasar bajingan! Beraninya kamu bilang kangen sama aku setelah apa yang kamu lakukan dua hari yang lalu?! Kamu pikir aku gak tau? Apa salah aku sampe kamu tega selingkuh di belakang aku, Dave?"

Dave kaget. Dia sama sekali gak menyangka Caramel bakal bertanya kayak gini. Darimana gadis itu bisa tau? Well, mana ada maling mau ngaku kan?

"Kamu nuduh aku selingkuh, Yank?" kilah Dave. "Atas dasar apa kamu nuduh aku selingkuh?"

"Aku gak nuduh. Ini berdasarkan fakta. Fakta bahwa kamu berselingkuh!" Sempurna. Hancur udah dinding pertahanan Caramel, dan bulir kristal pun perlahan turun membasahi kedua pipinya. Gak ada yang lebih menyakitkan hati seorang wanita selain fakta bahwa pasangannya terbukti selingkuh.

"Caramel, kalo kamu bilang itu fakta bahwa aku berselingkuh dari kamu, maka kamu harus bisa memberikan bukti fakta tersebut. Kalo kamu gak bisa memberikan bukti itu, itu sama artinya kamu memfitnah aku. And as you know, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Iya kan?"

"Kamu pikir aku gak tau? Kamu pikir aku buta? Jelas-jelas aku liat kamu ketemu sama cewek dua hari yang lalu, di sebuah cafe dan .. kamu cium dia sebegitu panasnya?!" Caramel menatap nanar wajah lelaki yang bertahun-tahun menjadi kekasihnya itu. Hatinya sakit. Dan kesakitan itu bertambah karna bukti yang Dave maksud hanyalah dalam ingatan Caramel dari apa yang dilihatnya tempo hari.

Caramel menghela nafas sejenak. "Kamu harus pilih salah satu, Dave. Pilih aku atau dia?"

Huft. Gantian, sekarang giliran Dave yang menghela nafas. Dirinya memang mencintai Caramel, tapi gak memungkiri juga kalo dia mencintai dan membutuhkan Finnlay.

Caramel berdehem, membuyarkan lamunan Dave.

"Oke kalo kamu gak bisa mutusin mau pilih siapa. Mulai detik ini kita putus dan lebih baik kita jangan pernah ketemu lagi. Mulai hari ini aku melepaskanmu." Seriously? Caramel menutup mulutnya. Entah kenapa mulutnya bisa berucap kayak barusan. Dirinya cuma berusaha terlihat tegar.

"..."

"Walopun sampe detik ini, jujur, aku masih gak tau dan gak ngerti apa dan dimana salah aku sampe kamu setega itu sama aku."

"I'm so sorry, Caramel," sahut Dave akhirnya. "Aku gak bermaksud untuk menyakiti kamu."

"I know." Caramel memotong ucapan Dave. Jadi benar ya soal perselingkuhan Dave itu? Tapi kenapa? Caramel bener-bener gak habis pikir apa salahnya sampai lelaki itu berselingkuh darinya.

"Kamu gak bahagia bersamaku, Dave. Dan juga hatimu terlalu mudah untuk tergoda cinta lain. Aku mohon lupakan aku. Anggap kita gak pernah punya cerita apapun."

*

Arjuna geleng-geleng kepala dengan pemandangan yang dilihatnya. Perasaannya campur aduk, antara sedih, jengkel, kasian, tapi sekaligus marah. Entah terbuat dari apa hati cewek itu sampe-sampe dikhianati kayak gini malah bisanya nangis. Ngapain coba masih nangisiin cowok model begitu.

Arjuna melototkan matanya lebar-lebar. Caramel .. Sebuah mobil melaju kencang berlawanan dari arah Caramel dan cewek itu sama sekali gak sadar! Nih cewek bener-bener bego dan niat mau bunuh diri ato gimana sih? Alhasil, Arjuna buru-buru mengejar langkah Caramel demi menyelamatkannya dari maut.

*