Pangeran Hitam tampaknya memikirkan hal yang lain, tatapan yang sebelumnya dingin mendadak berubah menjadi lebih lembut.
Dia maju selangkah lebih dekat dengan Ze Ai Zima.
"Ze Ai Zima" panggilnya dengan lembut membuat hati Ze Ai Zima bergetar "Kami adalah nenek moyangmu, dan kamu adalah cicit kami. Apapun yang terjadi padamu, kamu tetaplah keluarga dan keturunan kami. Kami akan tetap mengasihimu. Khususnya diriku secara pribadi"
"Aku sependapat!" Pangeran Jingga segera menimpali, lalu terkejut dengan dirinya sendiri, kenapa ia begitu bersemangat mendukungnya.
Ze Ai Zima tertegun.
Ia menatap Pangeran Hitam dan Pangeran Jingga bergantian, ia merasakan desiran hangat di hatinya. Selama ini Ze Ai Zima tidak pernah diberikan pengakuan seperti itu oleh siapapun, kecuali oleh Kaisar Ze-11, ayahnya.
Mungkinkah Pangeran Hitam dan Jingga baru menyadari kesalahan mereka dan menyesalinya?
Mungkinkah Pangeran Hitam...
Ze Ai Zima menggigit bibir bawahnya, bimbang.
Ingatan Ze Ai Zima berbalik beberapa waktu yang lalu, dimana Pangeran Hitam menyudutkannya, berjanji akan melindunginya lalu dengan tenang mengabaikan Pangeran Merah yang melecehkannya.
Bagaimana mungkin perkataannya yang sekarang bisa dipercaya?
Uhh...
"Anggaplah kami sebagai keluargamu. Jika kamu membutuhkan jaminan, katakan lah jaminan apa yang kamu inginkan" lanjut Pangeran Hitam masih dengan suara yang lembut.
Ze Ai Zima menatap Pangeran Hitam dengan lebih seksama, meskipun saat ini Pangeran Hitam berpura-pura ataupun sunguh-sungguh, namun Ze Ai Zima bisa merasakan aura kekuasaan yang lebih besar di tangan Pangeran Hitam jika dibandingkan dengan Pangeran lainnya.
Itu artinya, Pangeran Hitam adalah kunci terhadap pangeran lainnya.
Ze Ai Zima tidak ingin melakukan kesalahan lagi, ia harus menggunakan kesempatan ini untuk mengambil hati Pangeran Pelangi kembali, agar ketika mereka kembali ke dunia, mereka akan tetap bersikap baik kepadanya.
Ze Ai Zima mengingatkan dirinya agar tidak ceroboh dengan menyerang mereka lagi, ia harus sabar mengikuti alurnya. Toh, ia hanya membutuhkan penerimaan.
"Baiklah" kata Ze Ai Zima setelah berpikir panjang.
Pangeran Hitam tersenyum manis untuk yang kedua kalinya. Membuat jantung Ze Ai Zima kembali berdetak, antara curiga dan terpesona.
Ketampanan Pangeran Hitam pun tampak tidak aneh lagi. Ia terlihat sangat manis ketika tersenyum seperti itu.
Tanpa disadari, mata Ze Ai Zima berbinar kagum dengan kharisma Pangeran Hitam, bahkan pipinya jadi sedikit memerah.
Namun, Pangeran Merah justru merasa tidak nyaman dengan pemandangan itu. Refleks ia menarik tangan Ze Ai Zima dan menyeretnya agar menjauh dari Pangeran Hitam. Padahal biasanya ia tidak berani mendahului Pangeran Hitam seperti ini.
Ze Ai Zima menarik tangannya dari Pangeran Merah, namun ia menggenggamnya terlalu kuat, "Aku tidak akan melepaskan tanganmu dan membiarkanmu merayu Pangeran Hitam"
Merayu? Ze Ai Zima mengerutkan keningnya seraya menatap Pangeran Hitam yang tampak biasa saja.
Ze Ai Zima sama sekali tidak merayunya.
"Lepaskan tanganku, kamu menggenggamnya terlalu kuat!" pekik Ze Ai Zima.
Pangeran Merah tidak mempedulikannya.
"Salahmu sendiri, jika kamu tidak datang kesini dan menggoda Pangeran Hitam, aku tidak akan menyakitimu. Dan ingat, aku punya kuasa disini, aku tidak akan tergoda pada iblis apalagi membiarkan salah satu saudaraku tergoda padamu. Jadi, jika kamu ingin cepat-cepat kembali keneraka bersama ayah dan ibumu, maka menjauhlah dari kami!"
Pangeran Kuning dan Biru saling pandang, mereka tersinggung.
Ze Ai Zima kesal mendengarkan hinaan Pangeran Merah, dan selalu saja, tidak ada yang mau membelanya. Kemana perginya sikap manis Pangeran Hitam tadi, perkataan dan perbuatannya sangat tidak kongruen. Tapi Ze Ai Zima tidak boleh terbawa emosi, ia harus sabar jika tidak ingin diperlakukan dengan buruk namun siapa yang tau kalau Pangeran Pelangi akan tetap bersikap buruk apapun yang terjadi. Bagaimanapun juga mereka pasti akan bertemu di dunia nanti, jadi Ze Ai Zima hanya bisa mengambil jalan tengah.
Ze Ai Zima harus bisa mengendalikan diri, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan-pelan.
"Tenang saja, aku hanya ingin menawarkan kerjasama kepada kalian. Aku akan membantu kalian keluar dari ruang hampa dan kalian hanya perlu memberikan imbalan kepadaku" jelas Ze Ai Zima dengan suara serak yang nyaris habis, ya itu karena dia habis menangis.
Pangeran Merah menghempaskan tangan Ze Ai Zima dengan kasar hingga Ze Ai Zima mundur beberapa langkah kebelakang, "Kenapa selalu imbalan, imbalan dan imbalan? Apa kamu sengaja ingin memeras kami?" teriaknya.
"Karena kalian sudah menyentuhku, terutama kamu, Pangeran Hitam!" teriak Ze Ai Zima dengan suaranya yang benar-benar habis. Ia ingin marah, tapi ia tidak ditakdirkan untuk bisa berteriak!
"Kalian harus bertanggung jawab setelah kembali ke bumi!" suara Ze Ai Zima kini terdengar seperti bisikan.
Pangeran Merah hendak menyanggah, namun Pangeran Hitam segera mengangkat tangannya sebagai tanda untuk diam.
"Baiklah, kami akan bertanggung jawab, hanya jika kita masih bertemu" tegas Pangeran Hitam.
Pangeran Merah tersenyum kecut "Faktanya, kita tidak akan bertemu lagi. Lebih baik lupakan saja apa yang sudah terjadi, yang berlalu biarlah berlalu. Kehidupan dibumi akan dimulai ulang, tidak akan ada yang tau bahwa kita pernah bertemu diruang hampa. Manusia bahkan tidak tau apa itu ruang hampa. Jadi kenapa kamu harus takut, apa kamu sengaja ingin mengikat Pangeran Pelangi dalam pernikahan demi tujuan dari Lucifer. Bukankah dengan menikah dengan kami, kekuatan dan kuasa mu menjadi lebih berpengaruh?"
Ze Ai Zima tertegun mendengar tuduhan Pangeran Merah. Bisa-bisanya ia berkata begitu!
"Atau kamu ingin menikmati setiap malam bersama kami. Dalam satu minggu ada 7 hari, dan kami ada 7 orang. Jika kamu menjadi istri kami, tugasmu hanya ada diatas ranjang" Pangeran Merah tertawa meledek.
Malangnya, Pangeran Kuning dan Biru juga ikut tertawa. Mereka tidak bermaksud ikut meledek, mereka hanya geli memikirkan hal itu.