"Ayah!!"
Ze Ai Zima sangat terkejut menyadari ia duduk diatas mayat ayahnya. Ia buru-buru keluar dari peti itu.
"Aku... Aku..." Ze Ai Zima tampak gugup. Bagaimana ia menjelaskannya pada Barak.
"Kamu tampak sangat gugup" tuding Barak, "Pakaian mu juga tidak semestinya, jubah apa seperti ini"
Barak menatap jubah pelangi ketat yang Ze Ai Zima pakai dengan tatapan jijik, membuat Ze Ai Zima semakin merasa tidak nyaman. Ia tahu semua orang yang melihatnya akan menduga kalau Ze Ai Zima melakukan tindakan kotor bersama mayat ayahnya, terbukti dengan pakaian yang saat ini Ze Ai Zima kenakan.
Dalam budaya kerajaan, pakaian ketat seperti itu sama saja dengan tidak berpakaian, dan bahkan biasanya digunakan untuk pakaian dalam ketika mandi. Masalahnya adalah, tidak ada pakaian mandi puteri kerajaan yang seketat itu, terutama Ze Ai Zima.
Kenapa Ze Ai Zima selalu muncul dalam keadaan yang tidak menyenangkan?
Tepat ketika Ze Ai Zima hendak membela diri, seseorang berjubah hitam datang dan membungkuk dihadapan Raja Barak. Ia memakai jubah, cadar dan penutup kepala yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali dua bola matanya yang tampak misterius.
Orang itu kemudian menyerahkan sebuah gulungan surat kepada Barak tanpa berkata apa-apa. Barak mengambil surat itu dan langsung membacanya.
Pe Nak, orang kedua kepercayaan Barak, tampak sangat penasaran dengan isi surat itu, terutama karena ia melihat ada cap Raja Argoge dari kerajaan Antiockh didalamnya.
Dulu Kerajaan Antiockh adalah kerajaan yang paling damai dengan kerajaan mana pun. Tampaknya tidak ada satu kerajaan pun yang ingin merebut kekuasaan Raja Argoge. Raja Argoge sangat pandai mengatur siasat agar selalu menjadi pihak yang dikecualikan dalam berbagai politik kepemerintahan. Namun siapa sangka, saat ini Kerajaan Antiockh adalah kerajaan yang menguasai seluruh negara Peimei, menggantikan posisi Kerajaan Crocus sebelumnya.
Banyak hal yang berubah selama 6 bulan Ze Ai Zima di ruang hampa.
Ketika kampanye 100 hari dilancarkan oleh rakyat dibawah pimpinan Barak, Ze Ai Zima menghilang dihari yang ke-90. Hal itu membuat Kaisar Ze-11 murka dan semakin menjadi-jadi. Ia menyuruh orang membunuh seluruh anak-anaknya dari Ratu Ze Giraffi dan Ze Allinsia dengan cara meracuninya.
Keempat anak laki-laki Ratu Ze Giraffi dibunuh termasuk Pangeran Mahkota. Ia juga menenggelamkan Ratu Giraffi dalam lembah, dan menggantung Ratu Alinsia di atas pohon.
Karena menghilangnya Ze Ai Zima akibat dari permintaan semua orang. Kaisar Ze-11 memerintahkan aksi balas dendam kepada rakyat. Ia melakukan aksi pembunuhan besar-besaran dan meminta pajak yang sangat tinggi kepada rakyat yang masih hidup.
Jika ada yang memberontak, rakyat akan disiksa tanpa dibunuh. Kaisar tak pernah memohon apapun kepada King Lordest lagi. Kini ia percaya, King Lordest sudah meninggalkan mereka.
Keadaan kerajaan Crocus menjadi sangat buruk.
Karsein, anak pertama dari Ratu Alinsia bersama suami lamanya, berhasil melarikan diri di Bangsa Avian, sebelah selatan Crocus. Karsein secara diam-diam bersekongkol dengan prajurit Istana Crocus untuk membunuh ayah tirinya, Kaisar Ze-11.
Setelah Kaisar mati, Karsein bersiap-siap untuk menduduki takhta.
Raja Argoge dari Kerajaan Antiockh melihat perpecahan di Kerajaan terbesar Crocus sebagai peluang perluasan kekuasaan. Ia pun mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk merebut kekuasaan di provinsi Tanah Dewa bahkan di seluruh negara Peimei.
Tidak ada yang menyangka, bahwa selama bertahun-tahun sebelumnya Raja Argoge didalam kedamaiannya justru diam-diam mempersiapkan tentara untuk politik ekspansi digencarkan ketika peluang terbuka.
Kini ia menjadi satu-satunya Kaisar yang paling berkuasa dan kuat. Namun ia tidak bisa memilih pemimpin dari luar untuk memimpin provinsi Tanah Dewa dikarenakan tanah itu disucikan King Lordest, sehingga ia pun membiarkan Karsein menjadi jenderal di Crocus.