Ketika Barak selesai bicara, Niken, orang kepercayaan Barak segera memberitahukan pendengarannya itu kepadanya, "Yang Mulia, apakah Yang Mulia mendengar suara seseorang dari dalam peti itu?"
Barak menatap Niken dengan seksama, sebenarnya ia juga mendengarkan suara itu. Suaranya berasal dari peti yang masih baru.
Mereka semua menatap heran peti yang berada di ruangan yang sama dengan mereka itu, beberapa tentara bahkan mengambil sikap waspada.
"Ya aku mendengarnya, itu berasal dari peti yang masih baru ini" Barak menunjukkan petinya, dan semua orang mengangguk setuju.
"Bukalah!" titah Barak.
Niken tampak ragu, "Tapi Yang Mulia, bagaimana jika itu jebakan Karsein?"
"Buka saja!"
Karena kini Barak adalah seorang raja, tidak ada lagi alasan untuk melanggar perintahnya.
Beberapa tentara kemudian mengangkat penutup peti yang sangat berat itu.
Seekor burung gagak terbang keluar dari dalam peti.
Ze Ai Zima langsung duduk dan mengambil nafas terengah-engah. Ia belum menyadari bahwa yang menolongnya adalah Barak.
Niken, dan seluruh tentara terkejut dengan kemunculan Ze Ai Zima diatas mayat Kaisar Ze-11.
Ze Ai Zima adalah puteri sulung Kaisar Ze-11 yang menghilang tepat di hari ke-90 saat kampanye 100 hari digencarkan 6 bulan yang lalu.
"Yang Mulia, bukankah itu Puteri Ai Zima yang menghilang 6 bulan yang lalu?" pekik Niken, hal itu membuat tentara semakin gempar tidak percaya.
Belum saja nafasnya kembali normal, Ze Ai Zima sudah dikejutkan dengan perkataan Niken.
Sontak saja ia mendongak menatap Barak. Jantungnya berhenti berdetak seketika.
Itu adalah Barak. Seorang pemuda yang sangat berpengaruh sampai berani memimpin 500.000 rakyat untuk berkampanye 100 hari demi meminta Kaisar menyingkirkan dirinya, Puteri Ai Zima.
Ze Ai Zima pasti akan mati, Barak akan dengan senang hati membunuhnya. Awalnya Ze Ai Zima senang karena dirinya kembali kedunia. Ia bahkan tak pernah menduga kalau dirinya akan ikut keluar dari ruang hampa bersama dengan Pangeran Pelangi, meskipun tampaknya disini tidak ada Pangeran Pelangi.
Tapi setelah bertemu dengan Barak, kebahagiaan itu lenyap sudah. Ia kembali hanya untuk mati secara manusiawi.
Sungguh malang.
Ze Ai Zima sendiri masih belum bisa mencerna beberapa hal. Kenapa Barak dipanggil Yang Mulia, kenapa disini banyak tentara dan kenapa Pe Nak mengatakan dirinya sudah menghilang selama 6 bulan, padahal ia merasa ia bahkan belum menghabiskan satu hari di Ruang Hampa.
"Yang Mulia, apa yang harus kami lakukan?" Niken tampak tidak sabaran untuk membunuh Ze Ai Zima.
Namun, Barak sendiri tampak tenang.
Ze Ai Zima hanya menatap Barak dengan matanya yang besar itu, ini adalah pertama kalinya bagi Barak, Pe Nak, maupun seluruh tentara Barak untuk melihat Puteri Ai Zima secara langsung dari jarak dekat.
Setelah sekian lama memandang Ze Ai Zima yang membeku diatas mayat, Barak akhirnya mengeluarkan suara bass nya kepada Ze Ai Zima, "Puteri Ze Ai Zima" ejanya dengan penuh penekanan, "Apakah kamu tau, betapa ayahmu sangat menyangimu, ia bahkan rela menyakiti seluruh rakyatnya daripada membiarkanmu dicela"
Barak mendesah, "Sebagai seorang yatim piatu, aku merasa iri kepadamu, sangat iri. Tapi aku sangat menghormati ayahmu, bagaimana pun juga beliau adalah seorang Kaisar dari Dinasti Ze yang sangat legendaris. Aku bahkan tetap menghormatinya bahkan ketika ia harus merenggang nyawa karena dibunuh oleh Karsein, anaknya sendiri. Betapa malangnya nasib Kaisar Ze-11, aku sangat menyesal mengetahui memang benar kamu adalah puteri yang kurang ajar, lihatlah dirimu, tanpa tahu berterimakasih, kamu malah bersembunyi didalam peti ayahmu, Kaisar Ze-11"
Ze Ai Zima terkejut bukan kepalang, ia segera melihat siapa yang ia duduki, dan ternyata benar, itu adalah ayahnya, Kaisar Ze-11. Aroma familiar yang ia cium tadi adalah aroma ayahnya. Mengenaskan!
Ze Ai Zima benar-benar tidak mengerti lagi dengan apa yang sudah terjadi.
Perlindungnya sudah tiada...
Kini ia benar-benar sendirian.