Chapter 4 - Part 4

Kei dan Ana memasuki pekarangan rumah orang tua Kei. Pertama kali melihatnya Ana dibuat takjub, sungguh yang ada dihadapannya kini bukan rumah melainkan istana, halaman rumahnya saja berkali-kali lipat luasnya dengan rumah yang ia tempati saat ini apalagi didalamnya? Kei lebih dulu keluar dari mobil, lalu berjalan kearah samping membuka pintu milik Ana. Rasanya Ana ingin pulang saja, tidak berani masuk kedalam rumah besar itu dan bertemu kedua orang tua Kei, nyali Ana menghilang sejak pertama kali mobil ini melewati gerbang.

" Kau akan baik-baik saja Ana" ucap Kei tiba-tiba, lalu menautkan jemari tangannya dengan milik Ana. Pria itu menarik Ana dengan lembut untuk segera masuk kedalam. Sebenarnya Kei sama gugupnya dengan Ana. Tapi ia tidak mau menunjukkannya, karena pasti akan berdampak pada Ana.

Ternyata kedatangan mereka telah dinantikan kedua orang tua Kei, ibu pria itu langsung menghampiri Kei dan Ana. Ana segera memberi salam dengan sopan.

"Bu kenalkan ini Ana, pacar baru kakak"

"Anastasya Vienca tante" ucap Ana memperkenalkan diri.

"Pacar baru kakak cantik, ibu suka yang ini sangat sopan daripada sebelumnya" Ucap ibu Kei to the point. Kei dan Ana hanya tersenyum kaku. Ana tidak tahu kalau ternyata karakter ibu Kei sangat jauh dari perkiraannya, jika biasanya orang kaya akan terlihat angkuh, ibu Kei ini jauh dari kata angkuh, pribadinya anggun, sederhana juga lembut, persis seperti ibunya. Seketika Ana jadi merindukan ibunya.

"Bu, sebaiknya kita makan malam dulu. Baru setelah itu ngobrol lagi" ayah Kei menginterupsi kegiatan perkenalan itu.

"Oh iya, ayo Ana kita makan malam dulu" ajaknya lalu merangkul bahu Ana menuju meja makan.

🌹🌹

Kei melihat Ana tengah berdiri diatas balkon mungkin sedang melihat taman yang ada dibawahnya atau tengah termenung. entahlah kei tidak tahu, apa yang sedang dipikirkan wanita itu pasalnya setelah makan malam, mereka berempat akhirnya membicarakan perihal pernikahan yang kemudian diputuskan minggu depan. Terbilang cepat memang, tapi Kei tidak mau menunda lebih lama lagi, ia ingin segera mengakhiri pernikahan kontrak ini yang bahkan belum ia mulai. Tungkai kaki Kei mendekati Ana lalu berdiri disampingya. Wanita itu tampak terkejut, Kei jadi ingat Ana terlalu sering terkejut jika didekatnya. Apa ia semenyeramkan itu?

"Apa yang kau pikirkan Ana?" Tanya Kei

Ana menggelengkan kepalanya" Tidak ada, aku hanya merindukan ibuku" Kei tidak menyahut matanya tertuju pada sosok yang tengah mengintip mereka dibalik pintu. Kei tahu siapa yang melakukan hal kurang kerjaan seperti itu. Siapa lagi kalau bukan ibunya yang tengah memastikan hubungan Kei dengan Ana.

Lalu dengan tiba-tiba Kei memeluk Ana dari belakang tangannya melingkar di perut rata Ana, wajahnya terbenam diantara pundak dan ceruk leher putih milik Ana, tentu saja Ana terkejut ia refleks hampir melepaskan pelukan Kei jika saja Kei tidak semakin mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku Ana, tapi ibu sedang mengintip disana" Agaknya Ana mengerti, setelah mengatakan itu tubuhnya yang tegang mulai rileks kembali. Tapi tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Apalagi Kei memeluknya dengan sangat erat seolah pria itu takut kehilangan Ana. Kei sendiri tidak tahu kenapa melakukan ini, ia hanya memastikan dirinya kalau ini hanya sandiwara.

"Omong-omong kau bisa menganggap ibuku sebagai ibumu sendiri Ana"

"Benarkah?" Ana memalingkan wajahnya menatap Kei, keduanya saling terkejut karena wajah mereka yang terlalu dekat. Ana bersumpah demi apapun pria itu sangat tampan apalagi dilihat sedekat ini, hidung Kei mancung, bola mata yang membulat, bibirnya tebal. Astaga Ana tidak tahu bahwa ada manusia sesempurna ini. Dan yang paling Ana sukai warna mata pria itu yang hijau nampak berkilau. Cukup lama keduanya saling memandang Kei melepaskan pandangan serta pelukannya. Kini mereka dilanda kecanggungan hingga Kei melirik kearah pintu melihat sudah tidak ada ibunya.

"Tentu saja, karena sepertinya ibu juga sangat menyukaimu. Tapi sebaiknya kita ke dalam Ana, udara semakin dingin" Ana mengangguk meski Kei tak melihat, lalu menyusul pria itu yang lebih dulu jalan masuk kedalam rumah. Namun tiba-tiba langkah Kei terhenti membuat Ana tanpa sengaja menabrak punggung miliknya.

"Ah, ada apa Kei?" Tanya Ana yang tengah mengelus hidungnya.

"Maaf Ana, sakit?"

"Tidak, hanya kaget. Ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" Tanya Ana, Kei hanya menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Ana yang masih mengelus hidungnya untuk dia genggam, tangan lainnya mengusap hidung Ana pelan.

"Sudah ku sembuhkan, ini tidak akan sakit lagi." Kei tersenyum setelah mengatakannya, jujur saja Ana tidak terbiasa dengan prilaku manis ini, apalagi Kei yang melakukannya, seorang pria yang baru ia temui tapi Ana cukup terkesan dengan semua tindakan pria itu. Kei terlalu manis, membuat jantung Ana jadi berdetak tak karuan. Ana membalas senyuman Kei dengan wajah merah merona dan itu tampak menggemaskan dimata Kei. Ia baru pertama kali melihat wanita yang tersipu malu. Dan entah kenapa Kei menyukainya. Kei menunjukkan genggaman tangan mereka pada Ana.

"Kita harus selalu terlihat seperti pasangan romantis Ana. Jadi jangan dilepas ya?" entah wajah Ana sudah semerah apa saat ini, ia tidak bisa berkata apa2 hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban ya. Kei mengusak pucak kepala Ana lalu kemudian menggiring Ana kedalam rumah.

"Ini foto Kakak sama adiknya Mona waktu umur 5 tahun. Mereka itu bukan kakak adik yang akur waktu itu, tapi setelah SMA mereka dekatnya minta ampun sampai orang-orang ngira mereka pasangan kekasih. Ibu jadi pusing sendiri, takut mereka jadi tidak punya pacar karena terlalu dekat" Ucap ibu Kei menunjukkan foto masa kecil pria itu kepada Ana sembari bercerita di ruang tamu. Ana memandang dua anak kecil difoto itu seperti habis bertengkar, karena gadis kecil di foto itu tengah menangis kontras sekali dengan bocah pria yang terlihat bahagia menampakkan gigi ompongnya di depan kamera.

"Tapikan sekarang calon mantu ibu didepan ibu" balas Kei lalu merangkul pinggang Ana, dan mengecup pucak kepala Ana.

"Eh" Untuk kesekian kalinya Ana tersentak kaget dengan tindakan Kei. Dan sedikit menyumpah serapahi pria itu dalam hatinya karena selalu menyentuh Ana sesuka hati. Wajar saja Ana tidak pernah pacaran tapi tiba-tiba menjadi istri kontrak seseorang jadi skinship seperti ini tidak biasa untuk Ana.

"Ya Ampun kakak genit sekali, itu Ana jadi malu begitu"

"Gapapa bu, habisnya Ana menggemaskan tiap kali kusentuh dia selalu memerah wajahnya, sudah gitu selalu kaget. Lihat dia memerah lagi" Kei terkekeh melihat wajah hingga telinga Ana yang lagi-lagi memerah, Ana jadi sedikit mengutuk dirinya sendiri yang mudah memerah seperti ini, apalagi kulit Ana yang putih bagai porselen, semakin terlihat jelas saja.

"Memang seperti itu wanita baik-baik, dia akan canggung jika bermesraan di hadapan orang lain, memangnya mantan kakak, siapa itu ibu lupa namanya... Oh iya si Nita itu sudah tidak sopan, tidak tahu malu menyentuh kakak di hadapan orang tua." Ana merasakan remasan tangan Kei di pinggangnya, pria itu tampak menahan emosi, rahangnya mengeras saat nama Nita disebut, jadi karena ini Kei menyewanya untuk jadi istri kontrak, karena ibunya tidak suka dengan Nita? Ana yang merasakan kecanggungan luar biasa mencoba mencairkan suasana menanyakan keberadaan adik Kei yang saat ini tidak ia temui, yang ternyata wanita itu tengah mengambil pendidikan jurusan Arsitek di London. Ana tahu Kei masih tersulut emosi, maka tangan Ana menggenggam tangan Kei, guna menghilangkan emosi pria itu. Dan benar saja Kei tersenyum menggumamkan kata terima kasih yang hanya dapat dilihat Ana karena ibu pria itu kembali terfokus pada foto-foto ditangannya. Kemudian Ana menganggukan kepalanya.