Kegaduhan terdengar begitu jelas dari kamar Ana, membuat gadis itu membuka matanya dengan terpaksa. Ana melirik jam yang ada dinakas masih pukul 2 dini hari. Jantungnya berdegub kencang saat mendengar suara pecahan piring atau gelas, Ana tidak tahu itu, yang pasti ia ketakutan. Ana jadi berpikiran yang tidak-tidak mengingat dirinya hanya seorang diri saat ini. Kemarin pagi Kei sudah mulai bekerja karena batas cuti menikahnya sudah habis, sebenarnya Ana juga seharusnya sudah mulai bekerja, tapi ia urungkan niatnya mengingat jadwal operasi Mikail besok lusa, untungnya yang menjadi atasanya adalah Hobi, sehingga ia tidak perlu khawatir dipecat karena terlalu banyak mengambil libur, memang terkesan tidak profesional, namun Ana sudah meminta sangsi pada Hobi, pria itu bisa memotong gajinya. Tidak masalah untuk Ana karena yang jadi masalah Ana saat ini adalah Kei yang tidak pulang malam ini karena lembur. Lalu siapa yang membuat kegaduhan? Jangan-jangan itu perampok, Ana semakin takut saja memikirkan itu.
Dengan tangan gemetar Ana meraih gagang sapu di pojokan kamarnya, perlahan membuka pintu melongokan kepalanya. Hening tidak ada suara apapun, padahal tadi jelas sekali terdengar. Ana keluar dari kamar dengan sapu dalam genggamannya. Tungkainya menuruni tangga dengan was-was. Suara gaduh yang ia dengar tadi mulai terdengar saat ia semakin mendekati dapur. Ana mengintip sebelum menampakkan dirinya lalu melihat sosok pria tengah membuka lemari es. Nampak samar karena lampu yang temaram tapi setelah melihat postur tubuhnya Ana menghela nafas lega.
"Kei??" Kei memutar tubuhnya kaget melihat Ana dengan piyama satin kebesarannya sedang memegang sapu.
"Kamu ngapain bawa-bawa sapu?" Tanya kei bingung. Ana mendengus sebal mendengar pertanyaan Kei, kan karenanya yang membuat kegaduhan, Ana jadi terbangun dan mengira ada rampok sampai-sampai ia tak berpikiran panjang membawa sapu.
"Aku pikir kamu menginap di apartemen Nita atau sedang lembur, jadi saat aku mendengar kegaduhan kupikir rampok" Kei terkekeh mendengar penuturan Ana
"Jadi karena itu kamu membawa sapu? Rumah ini cukup aman Ana, penjagaan ketat diarea sekitar rumah. Kamu tidak perlu khawatir. Oh maaf karena sudah membangunkanmu, kamu boleh kembali istirahat"
Ana tersipu malu lalu menghampiri Kei yang tengah mengambil panci "Tidak apa-apa, kamu sedang apa?" Kei tersenyum lebar menampakkan giginya yang putih.
"Aku lapar Ana, dan sedang ingin makan ramen" Kata Kei sembari menunjukan bungkus ramen pada Ana. Ana mengambil bungkus ramen itu dari tangan besar kei. Pria itu mengerutkan keningnya.
"Seharusnya kamu membangunkanku, tunggu sebentar diruang tamu, aku akan memanggilmu jika sudah selesai" Kei menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu aku bisa membuatnya sendiri. Kamu istirahat saja"
"Biarkan aku berguna untukmu Kei, hanya membuat ramen tidak akan membuatku lelah. Kamu tunggu saja di ruang tamu, kamu pasti lelah seharian ini bekerja" kata Ana lalu mendorong tubuh besar Kei agar segera pergi dari sana. Kei menuruti permintaan Ana, menghentikan langkah sebentar lalu mengusap pucak kepala wanita itu dengan lembut.
"Baiklah kalau memaksa, terimakasih Ana" ucapnya lalu pergi ke ruang tamu. Jujur saja hari ini Kei sangat kewalahan banyak masalah yang harus ia atasi di kantor. Tadinya tujuannya memang apartemen Nita, tapi tidak tahu kenapa saat datang kesana Kei tidak bisa membuka pintunya. Nita mengganti nomor password masuk unit apartemen sehingga password yang Kei tekan selalu salah. Kei kesal bukan main, sudah kelelahan ingin langsung istirahat tapi Nita malah membuat ulah, besok ia akan memberi pelajaran pada kekasihnya.
Kei hampir terlelap saat tiba-tiba Ana membawa segelas air dan semangkuk ramen yang harumnya sangat menggoda, perut Kei semakin berbunyi meminta untuk segera di isi. Kei makan dengan lahap, tidak ada suara selain suara Kei yang tengah makan. Ana menemani Kei, memperhatikan pria itu dengan takjub. Padahal Kei sangat kaya, ia bisa saja memesan delivery tanpa harus repot memasak ramen. Awalnya Ana pikir Kei hanya akan makan makanan mewah, tapi justru yang ia lihat saat ini Kei bisa begitu menikmati sebungkus ramen buatannya. Lagipula jika mengingat Kei juga bisa memakan masakan yang ia buat berarti pria itu memang tidak pilih-pilih makanan.
"Aku tahu aku tampan Ana, kamu melihatku seperti ingin melahapku saja. Apa aku begitu menggiurkan?" Ana mengalihkan pandangannya dari wajah Kei, pipinya merona, Ana sungguh malu karena ketahuan sedang memandangi Kei secara terang-terangan. Dengan tergagap Ana meminta maaf pada Kei dan menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud menatap Kei seperti itu.
"Tidak masalah Ana, ingin melahapku sungguhan juga tidak masalah. Aku sih senang-senang saja."
"Kei!!!!! Bukan begitu astaga" Ana refleks berteriak mendengar ucapan Kei, menggeleng dengan cepat, tangannya dikibaskan didepan wajahnya, nampak menggemaskan yang sontak saja membuat Kei tertawa.
"Tidak apa-apa Ana, kita inikan dua orang dewasa. Tidak usah malu begitu, aku siap menggagahimu kok. Mau gaya apa saja aku bisa, gaya standard aku mengungkung tubuhmu dibawahku, doggy style atau..."
"Kei Hentikan!!!!!! Berhenti menggodaku" wajah Ana sudah memerah seperti kepiting rebus, wajahnya terbakar mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan Kei terdengar begitu vulgar ditelinganya. Bulu kuduknya berdiri, Ana merinding mendengar suara husky pria itu memasuki rungunya. Melihat Ana yang seperti itu membuat Kei semakin tertawa keras, ia semakin gencar menggoda Ana. Kei bangun dari duduknya menghampiri Ana yang melakukan defensif. Kedua tangannya disamping tubuh Ana mencengkram pegangan sofa single yang Ana duduki, wanita itu memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Kei
Tapi justru semakin ia menjauh semakin tubuh Kei terdorong mendekati Ana secara perlahan sampai Ana tidak bisa kemana-mana lagi terkurung tubuh Kei dengan sandaran sofa di belakangnya. Ana menyentuh dada Kei dengan tujuan mendorong pria itu. Ana takut setengah mati, manik hijau Kei menatap Ana penuh gairah.
"K-kei sungguh berhenti menggodaku" suara Ana begitu lirih dan gugup.
"Aku belum menggodamu Ana, tapi aku tahu cara nikmat untuk menggodamu. Berniat mencoba?" Kei membisikan telinga Ana. Suaranya berubah serak, hembusan nafasnya mengenai telinga Ana. Tanpa sadar Ana meremat baju Kei, membuat pria itu menaikkan satu alisnya. Pandangannya tertuju pada bibir pink Ana, tampak sangat menggiurkan, sejak awal Kei ingin sekali mencoba bibir itu, nampak kecil namun penuh. Bagaimana rasanya? Apakah semanis madu? Apakah begitu nikmat? Ah ingin sekali Kei mencobanya. Ana mengigit bibirnya tanpa maksud menggoda, itu sebuah tindakan refleks ketika ia cemas. Ya, Ana saat ini sedang cemas, ini kali pertama ia sedekat itu dengan seorang pria. Wangi feromon dari tubuh Kei membuat Ana pusing.
"Jangan digigit Ana" ucapnya dengan pandangan seductive.
"Y-ya?" Melihat mulut Ana yang terbuka, Kei tidak tahan lagi maka dengan gerakan cepat, bibir kenyalnya meraup milik Ana. Dengan gerakan lembut ia menghisap bibir bawah Ana. Milik Ana Lembut!! sangat lembut, oh astaga rasanya manis sekali, Kei menyukai rasa manis yang berbaur dengan rasa strawberry, entahlah mungkin sebelum tidur Ana menggunakan lipbalm atau bagaimana Kei tidak peduli, ia hanya menikmati bibir penuh Ana, padahal jika dilihat miliknya sangat kecil dibandingkan milik Nita yang tebal dan penuh. Tapi Kei lebih menyukai milik Ana, rasanya semakin lama ia merasai semakin dibuat candu.
Kedua tangan Ana meremat baju Kei dengan kencang, tubuhnya gemetar bukan main, ini juga kali pertama seseorang mencium bibirnya sebegitu intim. Ciuman pertamanya diambil suami kontraknya Keanu Alvero. Kei begitu ahli menghisap, mengulum bibir Ana, karena mulut Ana yang memang terbuka sejak awal, Kei tidak kesulitan menelusupkan lidahnya, merasai semua yang ada di mulut Ana. Ana diam saja awalnya karena tidak tahu harus membalas seperti apa, tapi ia mencoba mengikuti gerakan Kei, tangannya merambat ketengkuk Kei, meremat rambut pria itu menyalurkan rasa nikmat yang ia rasakan. Kei senang bukan main saat Ana membalas ciumannya hingga ia mengerang nikmat. Keduanya berciuman cukup lama, sampai Ana menepuk dada Kei karena membutuhkan pasokan udara. Setengah hati Kei melepaskannya, namun kening mereka masih menyatu dengan nafas mereka yang tesengal bersahutan, Kei tersenyum melihat bibir Ana yang merah dan membengkak. Kembali mencium sekilas lalu menegakkan tubuhnya.
Kei mengelus pipi Ana dengan lembut, Ana mendongak melihat Kei berdiri menatapnya masih dengan pandangan yang bergairah.
"Cukup sampai disini Ana. Kamu perlu istirahat. Aku ke kamar lebih dulu, kamu juga lebih baik segera ke kamar (agar aku tidak hilang kesadaran lalu benar-benar menyetubuhimu)" Ana mengangguk dengan canggung melihat Kei yang menjauh menuju kamarnya. Ana menyentuh dadanya yang sejak tadi berdetak tak karuan. Astaga, apa yang baru saja terjadi??
Kei menutup pintu kamarnya dengan pelan lalu mengusap wajahnya dengan kasar, gila!!! Jika ia tidak bisa menahan diri ia pasti sudah menyetubuhi Ana diruang tamu saat itu juga karena Hell ya!!! Dia pria dewasa yang membutuhkannya. Ia menatap nanar bagian bawahnya yang berkedut menyakitkan, Kei tidak mau menjadi lelaki brengsek dengan menyetubuhi Ana saat ia memiliki Nita. Kei bukan pria seperti itu, selama ini ia hanya melakukannya pada satu wanita yang ia kencani tapi apa barusan? ia hampir melakuannya dengan Ana, meski hanya berciuman, bisa saja ia melakukan hal yang lebih intim karena Kei sudah sangat terangsang bahkan hanya dengan sebuah ciuman. Apalagi dengan tubuh Ana yang sedikit berisi dibandingkan Nita yang kurus, jelas tubuh Ana sangat menggoda, bagi Kei tubuh Ana sangat pas sesuai kriterianya. Bokongnya ya padat dengan buah dadanya yang nampak begitu pas pada tubuhnya tidak terlalu besar tapi tidak bisa dibilang kecil juga.
Astaga Kei buang pikiran kotormu itu sialan!!! Lebih baik ia mandi saja, karena jika tidak bukan tidak mungkin ia menerobos ke kamar Ana lalu memperkosanya. Kakinya melangkah menuju kamar mandi. Menyelesaikan apa yang ia mulai tadi seorang diri. Kei harus merasakan akibat dari bermain-main dengan api dan ia hampir terbakar oleh gairah.
🌹🌹
Ana bangun pagi-pagi sekali, sebenarnya ia masih mengantuk karena terbangun pukul 2 pagi, dan kejadian setelahnya membuat Ana tidak bisa tidur cepat. Namun mengingat Kei ada dirumah ia harus membuat sarapan untuk pria itu sebelum berangkat bekerja. Melihat pintu kamar Kei yang tertutup Ana menduga pria itu belum bangun. Lebih baik begitu, jujur Ana belum siap bertemu dengannya. Pasti sangat canggung sekali. Ana menyentuh bibirnya, wanita itu masih bisa merasakan bagaimana bibir kenyal milik Kei mengulum miliknya. Astaga, Ia menepuk pipinya dua kali menyadarkan diri.
"Ana jauhkan pikiran tentang semalam" gumamnya lalu melangkah menuju dapur, baru beberapa langkah, ia mendengar bell berbunyi dengan tergesa ia membuka pintu depan, sedikit tersentak melihat siapa yang datang.
"Hai Ana, apa Kei sudah bangun?" Tanya wanita itu dengan senyuman mengembang diwajahnya.
Noted: aku menambahkan note ini semoga tidak ada anak dibawah umur yang membaca. Aku tidak tahu ini terlalu vulgar atau tidak untuk kalian. 😅😅 maaf kalau tidak dapat feelnya. Btw aku seneng baca komen kalian. Yang banyak komen juga gapapa, bisa bikin semangat aku nulis chapter selanjutnya. Mau dukung aku dengan Vote batu spirit juga boleh, tidak juga gak masalah. *tapi aku berharap sih iya 🤣 happy reading semuanya ❤️❤️