Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 34 - Episode 34

Chapter 34 - Episode 34

Calon Imam Ku episode 34

Debaran jantung tidak beraturan, tubuh mirip kulkas panas dingin dengan sentuhan lembut dari seorang pria yang kini duduk di sampingnya. Hanya berdua dalam ruangan tertutup membuat otak berpikir liar."Mas Zein ..." Suaranya tercekat di tenggorokan.

Zein Ekky Maulana memandang heran Istrinya tersebut, dia hanya duduk bersandingan tapi gadis itu sudah sangat berkeringat dingin."Iza, kamu kenapa? Apakah ada masalah?" tanyanya khawatir.

"Bu-bukan, mas. Aku hanya belum pernah dekat dengan seorang pria dalam ruangan tertutup dan itu hanya berduaan, aku takut akan ada pihak ketiga," jelas Faeyza menundukkan kepala.

Zein tersenyum kecil, gadis itu sungguh sangat aneh. Apa yang salah dengan berduaan dengan Suami sendiri, kenapa juga harus ada orang ketiga, bahkan kalau mereka melakukan sesuatu seperti berhubungan badan juga tidak masalah.

"Kenapa mas tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Faeyza heran.

"Istriku, kamu takut hanya karena berduaan dengan ku dalam ruangan ini? Kamu takut kalau aku akan melakukan sesuatu pada mu? Apakah kamu takut kalau aku tiba-tiba menyentuh mu?" balas Zein penasaran.

"Bu-bukan, mas. Tentu saja bukan, mas adalah Suami ku. Tentu saja mas bebas melakukan apapun pada ku," jawab Faeyza gugup, ia menyilangkan kedua tangannya di depn dada seperti orang yang takut diperkosa.

"Itu ... tangan mu menutupi apa?" Zein menutup mulutnya menahan tawa melihat tingkah konyol sang Istri, jelas-jelas mereka suami istri dan berhak melihat tubuh gadis itu tanpa sehelai benang tapi malah seperti di tutupi.

Gadis itu cemberut karena diledek oleh sang Suami." Mas ketawa apa? Aku tidak sedang menutupi apapun, aku hanya ingin begini saja," elakanya.

Zein mengangguk." Baiklah, mas mau tanya. Iza, apakah Iza siap lahir batin saat menikah dengan mas?"

"Y- ya siaplah, mas. Kan aku sudah ditanya waktu itu sama penghulu, aku siap lahir batin, mas. Hanya saja ... Kenapa si kok mas nggak seperti Tanvir?" Balas Faeyza sedikit terbata, sudah gugup seperti ini masih ditanya.

" Karena mas memang bukan Tanvir, bukankah Iza suka sama mas karena mas tidak seperti Tanvir?" Balas Zein simple.

" Ya, aku tahu. Tapi ..." Tapi selesai Faeyza berbicara, Zein sudah menarik pinggang gadis itu lalu mendudukkannya ke atas pangkuannya. Tubuh Faeyza semakin menegang, kenapa pria alaihim ini berubah menjadi pria mesum yang sangat suka menyentuh wanita.

Zein ingin tertawa tapi takut dosa, ia dapat merasakan kalau tubuh Istrinya menegang bahkan gugup." Iza takut?" Bisiknya di telinga gadis itu.

" Bu-bukan, mas." Faeyza meremat roknya, matanya tertunduk. Lengan pria itu sekarang melingkari pinggangnya, belum pernah ada seorang pria yang berani menyentuhnya sampai seperti ini.

" Tapi ... Kenapa mas merasa, Iza takut kalau mas akan berbuat sesuatu?" Kata Zein menaruh kepalanya di bahu Faeyza.

Cklek...

Faeyza terkejut ketika melihat seseorang membuka pintu tanpa permisi, ia ingin bangkit tapi Zein menahannya. Pria itu mirip seperti pria kurang ajar yang ingin melecehkan seorang wanita.

" Zein."

Maulana sedikit terkejut melihat sepasang pengantin baru itu terlihat begitu mesrah, ia pun membalikkan tubuhnya tapi Zein segera menurunkan sang Istri agar Ayahnya tidak merasa malu.

" Iza, nanti kita lanjutkan lagi. Mas tidak ingin kamu takut sama mas," katanya lembut. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Ayahnya.

" Ayah, apakah Ayah ada perlu?" Tanyanya sopan.

Maulana kembali membalikkan tubuhnya menatap anak pertamanya." Zein, tadi kamu mau apa pada Faeyza?" Penasaran.

" Ayah, apa yang Ayah lakukan dengan Ibu selama ini?" Tanya Zein balik. Maulana mengehala nafas, kenapa kedua anaknya ini selalu saja pandai membalikkan keadaan.

" Faeyza, Ayah hanya ingin berpesan. Kalian adalah sepasang Suami Istri, Ayah tahu kalau kamu mingkin takut atau bahkan gugup. Tapi ... Kewajiban istri terhadap Suami juga kamu harus tahu," kata Maulana memberi pengertian, lucu juga melihat ekspresi pucat menantunya, mirip seperti orang yang hampir diperkosa.

" I- ya, Ayah. Aku hanya kaget saja, apa lagi aroman mas Zein harum, saat berada di pelukannya aku merasa melayang dan berimajinasi liar." Faeyza menunduk dengan mata melebar, kenapa dia selalu mendeskripsikan sosok sang Suami memalukan seperti itu.

Wajah Zein memerah karena malu, gadis itu selalu mengatakan sesuatu di luar pikiran.

Maulana tersenyum tipis." Baiklah, Ayah ke sini hanya ingin mengatakan kalau hari ini Ibu mu ingin mengadakan sukuran, jadi kalian jangan telat pulang."

" Sukuran? Karena apa, Ayah?" Tanya Zein bingung.

" Karena Ayah berhasil menembus Ibu mu lagi," jawab Maulana setengah terkekeh.

Hampir saja Zein terjungkal mendengar ucapan Ayahnya." Ayah, kenapa Ayah dan Ibu selalu aneh? Apakah ketika kalian pengantin baru sering seperti ini?"

"Tidak juga, sudalah. Kamu tidak ingin kan kalau Nyonya besar Mizuruky mendiamkan kalian," jawab Maulana sambil tersenyum.

Faeyza memperhatikan anak dan Ayah tersebut terlihat sangat lucu, hanya saja dirinya tidak paham dengan kata menembus.

" Baik, Ayah. Bagi aku dan Tanvir, Ayah dan Ibu adalah hal yang terpenting. Kalian surga kami ..." Zein sedikit menunduk merasakan perutnya kembali terasa panas dan perih.

" Zein, lebih baik ke rumah sakit. Ayah tahu kalau sejak kecil kamu tidak bisa makan pedas." Maulana menasehati putranya.

" Iya, Ayah. Insya Allah nanti, sekarang Zein harus menemani Iza dulu. Karena sepertinya dia ada perlu, dari tadi Zein terus menggodanya," jawab Zein kembali menegakkan tubuhnya.

Faeyza bangkit dari tempat duduknya, ia mendekati Suaminya." Mas Zein tak bisa makan pedas?" Tanyanya memastikan.

Pria itu menoleh pada sang Istri." Benar, mas sejak kecil tidak bisa makan pedas. Perut mas akan langsung sakit kalau dipaksakan," jelas Zein.

Gadis berkerudung merah itu terkejut, dia mengingat kembali kalau tadi sang Suami memakan sambal sangat banyak karena ingin melindunginya dari rasa malu.

"Tapi ..." Ia tidak tahu harus meneruskan ucapannya atau tidak, tapi semua sudah terlanjur dan sekarang pasti pria itu sangat kesakitan.

" Tidak apa-apa, Iza. Nanti juga akan baikan, sekarang lebih baik Iza katakan tadi kenapa menumui, mas," balas Zein tidak ingin melihat gadis itu merasa bersalah.

" Aku mau minta bantuan, mas," jawab Faeyza.

" Zein, Ayah pulang dulu. Kamu harus ingat, jangan meremehkannya." Maulana kembali memberi peringatan.

" Iya, Ayah."

Maulana membalikkan tubuhnya lalu keluar dari ruangan anak pertamanya. Faeyza merasa sangat bersalah pada Suaminya, pria itu bahkab tidak menyalahkannya." Mas, aku minta maaf. Harusnya aku tidak melakukan itu, sekarang apakah perut mas masih sakit?"

" Sedikit, tapi Iza tidak perlu khawatir. Mas adalah seorang Suami, sudah kewajiban mas untuk melindungi Iza. Sudah, sekarang ayo duduk lagi." Zein meraih pinggang gadis itu lalu membawanya ke sofa mewah yang ada di ruangan itu.

Faeyza selalu berdebar setiap kalia tangan Suaminya menyentuhnya, sekalipun hanya sekedarnya saja.