Tanvir cemberut mendengar ucapan Kakak Iparnya, jengkel sekali rasanya setiap mendengar gadis itu memuji Zein.
Sebuah mobil lemusin hitam melaju indah membela udara jalan raya, rasa tidak nyaman menerpa owner ZEM. Pria itu heran melihat tingkah Adiknya, Tanvir sengaja duduk di depannya dan menatap bibirnya seakan mereka adalah sepasang kekasih sesama jenis.
"Apanya yang bagus? Bentuk bibir Kak Zein biasa saja, lebih bagus milikku."
Plak ...
Zein menggeplak kepala adiknya." Kau akan membuat orang berpikir yang tidak benar, Tanvir. Untuk apa kau memperhatikan bibir ku?" Tegurnya.
Tanvir mengelus kepalanya yang terasa nyeri akibat geplakan Kakaknya, pria itu memang kalem tapi sekali pukul rasanya seperti terkena lemparan batu besar.
Faeyza menahan diri untuk tidak tertawa melihat kemonyolan adik iparnya tersebut, siapa suruh natap bibir orang intensif begitu." Hihihihi."
Tanvir mendelik tajam." Siapa yang menyuruhmu tertawa?! Faeyza, aku ini sedang menderita, harusnya kau menghibur ku atau menolong ku. Kau malah menertawakan ku, senang ya melihat ku tersiksa?!" Sewotnya.
" Nggak juga, habisnya kamu selalu melakukan hal yang tidak masuk akal. Sekarang coba pikir..." Faeyza belum menyelesaikan ucapannya tapi sudah dipotong oleh Tanvir.
" Ogah, siapa yang ingin mikir? Apa lagi hanya coba-coba, sangat malas."
Faeyza mengepalkan tangannya hendak memukul pria itu, tapi ditahan oleh yang bersangkutan. Jengkel rasanya setiap kali bertemu." Za, jangan terlalu kesal pada ku. Aku tidak tanggung jawab kalau nanti kamu akan jatuh cinta pada ku," jahilnya.
Gadis itu langsung menarik tangannya kembali." Mana ada aku akan tertarik pada mu, lagi pula aku sudah memiliki seorang Suami yang baik, lembut, pengertian dan tajir melintir. Selain itu, dia sangat tampan dan memiliki bentuk tubuh yang sangar bagus, lebih bagus dari pada komik." Sengaja hanya untuk menyangkal semua ucapan Adik iparnya tersebut, tidak lupa dengan kedua tangannya yang memeluk lengan Zein dan menyandarkan kepala di dada pria itu.
Entah kenapa Zein merasa kalau mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar, sedang dirinya hanya sebagai tameng. Ia menepis semua pikiran buruk itu, mungkin memang sang Istri butuh perlindungan darinya.
Owner ZEM tersebut membalas pelukan Istrinya, ia menarik gadis itu ke atas pangkuannya dan memeluknya dari belakang. Bagaikan kobaran api dalam dada Tanvir, sungguh menjengkelkan satu mobil dengan pasangan pengantin baru itu, bermesraan di depan orang.
" Dasar tukang pamer," cibirnya.
Tiba-tiba saja Zein merasakan nyeri hebat di jantungnya, wajahnya mendadak pucat dan berkeringat dingin. Pelukan di pinggang Istrinya semakin kuat, seakan menahan sakit teramat.
Tanvir menyadari perubahan aneh pada Kakaknya, sekalipun mereka sering ribut tapi tetap saja mereka adalah saudara kandung.
" Kak Zein, kenapa wajah Kakak mendadak pucat?"
Faeyza terkejut, ia pun menoleh kebelakang. Ternyata pria itu memang pucat dan berkeringat, dia segera turun dari pangkuan sang Suami.
Zein menyandarkan punggungnya di kusri, tangannya menyentuh dada kirinya." Mas, mas kenapa? Mas sakit?"
Faeyza menyentuh tangan sang Suami yang ada di dada pria itu." Apa mas punya penyakit jantung?" Tanyanya khawatir.
Zein terkejut mendengar pertanyaan sang Istri, dia tidak ingin gadis itu tahu tentang kondisi tubuhnya." Tidak, mas baik-baik saja. Mas hanya terkejut saja tadi, sudah tidak apa-apa."
' kak Zein, apa yang sebenarnya terjadi pada mu? Kau bisa saja membohongi banyak orang, tapi tidak dengan ku. Wajah mu bahkan telah menjelaskan semua' batin Tanvir.
Zein menarik Faeyza ke dalam pelukannya." Jangan takut, mas baik-baik saja. Mas akan selalu jaga Iza, mas sayang Iza."
Pria itu meringis menahan nyeri yang semakin tajam, tentu saja tanpa sepengetahuan Istrinya." Kita kerumah sakit." Tanvir tidak ingin kalau sampai terjadi sesuatu pada saudaranya itu, dia merasa kondisi Kakaknya sangat serius dan harus segera ditangani.
" Tanvir, kenapa harus kerumah sakit? Siapa yang sakit?" Tanya Faeyza.
" Aku, kepala ku sangat sakit. Aku butuh kerumah sakit, tapi kau pulang saja," kata Tanvir.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit, Tanvir menarik Zein keluar tapi ketika Faeyza ingin menyusul, pria itu langsung menutup pintunya." Pak, bawa Nyonya Maulana kembali ke rumah dengan selamat. Za, aku butuh kak Zein untuk menemani ku. Kamu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal buruk lada Suamimu."
Faeyza ingin protes tapi mobil sudah terlebih dulu melaju meninggalkan rumah sakit.
Tanvir tersenyum lega, sekarang dia harus menolong saudaranya." Kak, sekarang katakan, sebenarnya Kak Zein kenapa?" Desaknya.
" Aku ... Tanvir, aku mengalami kerusakan pada jantung ku setelah kecelakaan waktu itu," jelas Zein sambil menahan nyeri di jantungnya yang semakin tak terkendali.
" Kak Zein, kenapa kakak harus menyembunyikan ini dari ku?! Kenapa kakak tidak katakan dari awal?! Kita ini saudara bukn?!" Tanvir emosi, antara marah dan sedih. Dia sama sekali tidak ingin terjadi sesuatu pada saudaranya itu tapi pengakuan tersebut membuatnya terpukul bahkan rasanya sangat putus asa.
" Aku tahu ... Aku minta maaf, tapi ..." Zein berusaha untuk mempertahankan kesadarannya agar tidak tersungkur.
Tanvir memperhatikan saudaranya itu, kemarahan tidak akan membuat pria itu baik-baik saja dan hanya akan memperburuk keadaan." Kak Zein, sudah. Kakak jangan memaksa lagi, aku akan bantu Kakak berjalan ke menemui dokter, kakak harus kuat." Dia memapah saudaranya, membantunya berjalan agar tidak sampai terjatuh .
Hampir satu jam Tanvir berdiri mondar-mandir di depan IGD, ia sangat khawatir kalau sampai saudaranya itu tidak selamat.
Cklek ...
Pintu IGD terbuka, pria itu langsung menghampiri dokter tersebut." Dokter, bagaimana Kakak ku sekarang?"
" Untuk saat ini pasien baik-baik saja, tapi sedikit saja terlambat, mungkin sudah tidak dapat diselamatkan lagi," jelas Dokter itu.
Tanvir sock, sebenarnya kondisi jantung saudaranya itu separah apa hingga sampai seperti itu." Dokter, bolehkah aku masuk?"
" Silahkan, pasien jangan diajak banyak bicara dulu ya? Kondisinya masih lemah."
Tanvir mengangguk, ia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan IGD. Terlihat Zein merapikan jasnya, sepertinya pria itu tidak berniat untuk tinggal di rumah sakit walau untuk sesaat.
" Kak Zein, Kakak mau kemana? Dokter bilang Kakak harus istirahat, mana boleh bersiap begitu."
Zein mengalihkan perhatiannya pada sang Adik, bibirnya tersenyum." Tanvir, hari ini Ibu mengadakan sukuran. Ibu akan khawatir kalau kita berdua tidak datang."
" Tapi, Kak ..." Tanvir ingin protes tapi senyum dan tatapan sayu saudaranya itu membuat tidak tega.
" Baiklah, kalau begitu aku akan menyuruh orang menjemput kita sekalian mengantarkan baju untuk Kakak." Tanvir mengalah, ia mengambil ponsel lalu menghubungi supirnya.
Mansion Mizuruky...
Persiapan hampir selesai, tinggal menunggu anak dan menantunya kembali. Tak lama kemudian, mobil lemusin milik Zein tiba. Wanita 48 tahun tersebut menyambut kehadiran buah hatinya, bibirnya sudah tersenyum merekah.
Faeyza turun dari mobil tanpa Zein dan Tanvir, gadis itu nampak lesu dan cemas membuat Fira heran dan bingung. Ia khawatir kalau telah terjadi sesuatu pada kedua putranya.