Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 37 - Episode 37

Chapter 37 - Episode 37

Faeyza membantu Suaminya berjalan, dia sungguh tidak tega melihat pria kelem dan rupawan disiksa seperti orang yang telah melakukan dosa yang sangat berat.

" Mas, hati-hati. Aku sungguh tidak menyangka kalau Ibu akan melakukan hal sekejam itu, Ibu ku saja tidak pernah memukul ku." Air matanya tidak bisa untuk dihentikan.

Zein tersenyum miris, sebenarnya wanita itu sangat baik tapi memang selalu menjaga dan melindungi Tanvir, sedikit saja dirinya marah atau berani memukul adiknya, Ibunya pasti akan langsung memberikan hukuman berat padanya.

Uhuk ...

Uhuk ...

" Tidak apa, Iza. Mas baik-baik saja, kamu jangan menangis terus. Mas tidak tega melihatnya."

Faeyza membuka pintu kamarnya lalu membantu sang Suami duduk di atas tempat tidur." Mas, aku tidak bisa tidak menangis. Aku belum pernah melihat orang dipukuli."

Zein mengulurkan tangan meraih jemari mungil Istrinya." Iza, mas tidak apa-apa. Sini..." Dia menepuk pangkuannya.

Gadis itu menurut dan duduk di pangkuan sang Suami, nyaman tapi seperti ada sengatan listrik tak kasat mata." Mas, kenapa sekarang mas suka sekali menyentuh ku?"

" Kamu Istri ku, tentu saja mas senang menyentuh mu. Mas mau istirahat sebentar, Iza ikut berbaring di samping mas ya?" Balas Zein lembut, ia membelai lembut wajah cantik gadis itu.

Faeyza diam mencerna ucapan pria itu, jantungnya berdebar membayangkan berbagi ranjang bersama seorang pria." Hanya berbaring saja bukan mas?"

Zein tersenyum kecil." Istriku, kalau mas ingin melakukan yang lain pada mu, apakah kamu akan menolak?"

" Ti-tidak, mas. Kalau aku menolak, tentu saja mas akan marah dan aku juga akan dosa. Tapi ... Aku belum pernah berbagai ranjang dengan seorang pria, aku sedikit takut," jelas Faeyza menunduk.

" Jangan takut, mas tidak akan menggigit mu. Sekarang bangunlah, bantu mas mengobati luka mas, ya," balas Zein.

Faeyza langsung bangkit dari pangkuan sang Suami, ia mengambil obat lalu membantu sang Suami membuka bajunya. Nafasnya tercekat hanya dengan melihat tubuh pria itu bagian atas, bagaimana kalau sampai telanjang bulat?

Zein membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi Tengkurap karena luka di punggungnya harus di olesi obat.

Tangan Faeyza gemetar ketika tak sengaja menyentuh kulit putih punggung Suaminya, mengoleskan obat saja udah panas dingin apa lagi kalau yang lain.

" Kalau sakit, mas harus bilang."

Tidak ada jawaban, lama-lama penasaran juga. Dia mencoba mengintip wajah rupawan sang Suami, mata pria itu tertutup, nafasnya terdengar halus, pria tertidur.

" Ternyata mas Zein tidur, kasihan sekali. Pasti tadi Mas Zein kesakitan." Dia mengehala nafas lalu bangkit dan membereskan perlengkapan obat. Ia kembali untuk menyelimuti tubuh pria rupawan yang telah menikahinya.

" Hoam...aku ngantuk sekali, lebih baik tidur juga." Faeyza memperhatikan sekitar, ranjang milik Suaminya terlihat sangat nyaman dan besar.

Dia merangkak ke samping sang Suami dan merebahkan tubuhnya di samping pria itu, sedikit menepi karena takut bersentuhan.

***

Cklek ...

Maulana membuka pintu kamarnya, terlihat Istri tercintanya sedang duduk termenung sambil menangis. Wanita itu memeluk bantal, ketika Suaminya datang dia memalingkan wajah kesal. Maulana menghampiri wanita itu lalu duduk di sampingnya."Fir, apakah kamu tahu? Zein itu juga anak mu, dia bisa menderita kalau kamu menyuruh Mizuno memukulnya dengan papan kayu. Sebagai seorang Ibu, kamu harus bersikap adil pada kedua putra mu. Kanjeng Nabi Muhammad sangat melarang orang tua bersikap tidak adil pada anak-anaknya, atau bersikap pilih kasih karena pilih kasih itu akan membuat kakak adik saling bermusuhan. Ada suatau hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari kisah An-Nu'am bin Basyir. Begini ... An-Nu'man berkata kepada Rasulullah: Sungguh aku telah memberi pemberian berupa seorang budak milikku kepada anak ini."

Kemudian Kanjeng Nabi bersabda."Apakah semua anak mu kau beri seperti (anak mu) ini?"

An-Nu'man menjawab."Tidak."

Lalu Rosul bertanya lagi."Apakah engkau senang apabila mereka(anak-anakmu) semua berbakti kepadamu dengan sama?"

An-Nu'man menjawab lagi."Aku mau ya Roasulalla."

Menurut mu, apa jawaban Kanjeng Nabi Muhammad pada Nu'man?" Maulana memotong ucapannya, dia ingi tahu jawaban dari Istrinya.

Fira mengutkan kening."Apa? memang jawaban Kanjeng Nabi Muhammad apa?"

"Rasul bersabda."Kalau begitu, janganlah kau lakukan pilih kasih. Jelas bukkan, bahwa sikap pilih kasih itu tidak baik. Kenapa orang tua tidak boleh bersikap pilih kasih? Pertama, ketika orang tua bersikap pilih kasih terhadap anak-anaknya, itu akan menimbulkan permusuhan, dengki. Misalnya dengan apa yang kau lakukan pada Zein tadi, dia hanya menjitak kepala Tanvir sedikit karena ingin bercanda saja. Itu tidak akan melukai Tanvir, tapi kamu menghukum dengan sangat keras. Sedangkan ketika Tanvir memukul Zein sampai babak belur, kau pura-pura tidak tahu. Bersukurlah karena anak mu itu tidak memiliki sikap iri hati pada adiknya, kalau tidak, bisa saja Tanvir akan mati di tangan Zein. Kamu tahu bukan kalau anak pertama mu itu pernah ikut latihan militer? Dia bahkan pernah diculik oleh mafia saat masih di Jerman, dan dia pernah melawan para mafia itu. Rasanya aku seperti mengenang masalalu," jelas Maulana sabar dan lembut.

Fira mengangguk, pria itu memang sangat benar. Tidak seharusnya dia bersikap pilih kasih terhadap kedua anaknya."Maaf, Paman. Habisnya tadi aku melihat kepala Tanvir di perban, aku takut."

"Aku sudah memeriksanya, dia tidak ada luka sedikit pun di kepalanya. Aku akan mengundang Fransis jika kau masih ragu, biarkan dia yang memeriksa Tanvir," jawab Maulana.

"Jangan, Paman. Aku tidak mau manusia rambut mie itu datang, dia pasti akan berbicara menggunakan bahasa Inggris, kadang Bahasa Jerman, aku mana tahu," tolak Fira. Ia bersingsrut mendekat pada sang Suami.

"Paman, aku boleh ya keluar kamar? Aku akan minta maaf pada Zein, aku memang salah. Aku melakukan ini bukan karena takut pada Paman, tapi karena aku sadar bahwa apa yang aku lakukan sangat tidak benar. Bahkan kanjeng nabi juga melarang, boleh kan Paman?" rayunya.

"Nanti saja, sekarang Zein mungkin tidur di kamar bersama Faeyza. Biarkan saja mereka berdua, jangan ganggu mereka. Bagaimana kalau hari ini kita juga tidur? Nanti malam ada acara, Sayang. Sore ini kita mencari pahala yang besar ya?" Maulana menatap Istrinya genit, siapa yang akan menyangka kalau pria yang baru saja mengatakan tentan hadis sekarang bersikap sangat genit pada Istrinya.

"Paman, kau ini tidak ingat umur apa? Kenapa kau genit sekali?" protes Fira melihat tingkah sang suami yang sangat menjengkelkan.

"Istri ku, kalau aku tida mesum pada mu. Kita tidak akan punya anak, kau bukan Siti maryam yang ditiupkan roh ke dalam rahim mu tanpa seorang pria. Lagi pula ... kau masih sangat cantik, aku sangat kuat kalau harus melakukan beberapa ronde dengan mu." Maulana meraih pinggang sang Istri lalu menaruhnya di atas pangkuan, dipelukanya wanita 48 tahun tersebut dengan penuh kasih sayang.