Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 31 - Episode 31

Chapter 31 - Episode 31

Hallo semua, terimakasih telah membaca novel ini. Seperti janji saya, setelah pembaca dapat 1k saya akan mulai update episode selanjutnya.

Bagi yang ingin membaca terus dibayar, baca di Fizzo ya download aplikasinya lalu masukkan kode ini A625211

****

Tidak ada yang berniat membawanya juga tidak ada yang ingin mengajaknya, bukan tidak memiliki kendaraan sendiri melainkan sengaja menganggu pasangan pengantin baru.

"Mas, boleh tidak aku ... Aku ..." Faeyza ingin seperti wanita yang lain bisa bermanja pada seorang Suami, bersandar di lengan sang Suami atau yang lain tapi tidak berani.

" Iza ingin apa? Jika mas bisa, Insya Allah mas akan bantu jika mampu," balas Zein lembut.

Tanvir yang numpang di mobil Kakaknya mengerutkan kening, matanya waspada jika kedua orang itu hendak bermesraan, sebagai jomblo sejati dirinya tidak akan membiarkan itu terjadi.

" Mas ... Mas ... Aku ingin ... Anu ...." Suara Faeyza terasa tercekat, wajahnya sudah memerah sempurna.

" Ingin apa?! Kau ingin kencing atau buang air besar?!" Sahut Tanvir galak. Suasana romantis langsung berubah menjadi panas seketika saat mendengar suara pria itu, Faeyza menggeram penuh amarah, dia sudah tidak tahan lagi dengan nyamuk itu.

Gadis itu menoleh kebelakang menatap sengit Adik iparnya itu." Kamu bisa tidak jangan jadi pengganggu?! Lagi pula, suka sekali nebeng pada orang. Kalau kamu miskin, dengan senang hati aku akan menerima mu masuk dalam mobil ini, tapi kamu kolong jembatan, mobil bahkan berbaris seperti toko mobil masih numpang." Galak dan sengit.

Tanvir memalingkan wajahnya, kesal rasanya mendapatkan omelan dari gadis pujaan hatinya tersebut. Kalau saja itu Zein, pasti akan bersikap sangat lembut tapi kalau pada dirinya sudah seperti dengan musuh bebuyutan.

" Aku ini hanya ingin menjaga mu saja, bagaimana pun juga Kak Zein itu pria normal. Dia bisa menyerang mu kapan saja, kamu mau dia menghamili mu?!"

Zein tersenyum maklum, ia menggelengkan kepalanya. Adiknya itu terlalu berlebih-lebihan, mereka adalah sepasang suami istri, tidak ada salahnya jika gadis itu hamil dengannya itu juga akan menjadi jalan menuju surga.

" Diam kau! Mas Zein itu suami ku, memang kenapa kalau dia menghamili ku. Aku juga tidak keberatan kalau hamil anaknya mas Zein, yang penting bukan hamil anak mu," kata Faezya semakin jengkel, mana ada seorang khawatir kalau dirinya dihamili Suami sendiri.

Mulut Tanvir komat-kamit tidak jelas, dia tidak ingin kalau mereka sampai melakukan hubungan Suami Istri karena hatinya masih sangat tidak rela melepaskan wanita yang dicintainya.

Zein menghentikan mobilnya setelah sampai di depan gerbang universitas Madangkara." Iza, sudah sampai."

"Iya, mas." Faeyza mengangguk, ia tersenyum. Dia meraih tangan Suaminya lalu mencium punggung tangan pria itu.

Tanvir semakin cemburu melihatnya, ia langsung turun dari mobil tapi matanya melirik sepasang Suami Istri tersebut. Matanya langsung melebar melihat Zein meraih wajah Faeyza lalu mengecup keningnya, rasanya dia ingin membunuh saudaranya tersebut.

" Hati-hati, Iza. Nanti mas akan menjemput mu, kamu tinggal telpon mas saja," kata Zein sambil mengusap kepala Istrinya.

" Iya, mas." Faeyza juga ingin mencium pria itu, tapi malu dan takut kalau ternyata Suaminya tidak suka dan marah.

" Iza, kalau Iza ingin memberikan ciuman pada mas, mas tidak akan menolak. Kalau Iza ingin seperti orang pacaran, bergandengan tangan, berpelukan, atau Iza ingin yang lain. Mas akan sangat menerima dengan senang hati, Iza tidak perlu sungkan atau malu. Karena kita ini memang sudah sah menjadi Suami Istri, jadi apapun yang kamu lakukan seperti yang mas sebutkan tadi, itu akan menambah pahala," jelas Zein.

" Benarkah?" Tanya Faeyza girang.

Zein mengangguk dengan senyum manisnya, gadis itu sangat senang. Tapi ketika hendak memeluk dan mencium pria itu, kaca mobil malah digedor oleh Tanvir.

Dog...

Dog ...

Dog ...

" Faeyza! Cepat keluar! Sebentar lagi dosen akan datang, jangan lama-lama!"

Faeyza menggeram penuh amarah." Kurang kerajaan banget si tu pengganggu, sudah enak mau cium mas Zein malah digedor - gedor begitu," batinnya jengkel. Matanya masih tertuju pada bentuk bibir sang Suami yang seakan memanggil ingin dicium.

"Iza, sepertinya kamu harus seger turun. Tanvir sudah jengkel, dia takut kalau telat pelajaran," kata Zein tanpa tahu kejengkelan dalam hati Istrinya.

" Baik, mas. Mas hati-hati di jalan, aku akan selalu setia sama mas. Besok pagi aku akan kembali bekerja," balas Faeyza menyembunyikan kejengkelannya.

Zein tersenyum lembut, setelah itu ia turun dan membukkakkan pintu untuk Istrinya. Faeyza masih tidak rela pergi, tapi Tanvir sudah mendelik galak. Akhirnya dengan tidak rela dia berjalan bersama Adik iparnya.

Zein kembali masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya, terkadang dia tidak mengerti dengan anak muda sekarang. Mereka lebih suka pacaran padahal lebih enak menikah asal sudah siap lahir batin, kalau pacaran itu sangat tidak bebas. Tidak bisa berduaan, tidak bisa berciuman apa lagi tidur bersama. Sedangkan kalau menikah, semua bebas dilakukan.

Faeyza terus diam dan tidak berbicara sepatah kata pun pada Tanvir, bahkan sepanjang perjalanan hingga tiba di ruangan kelas gadis itu tetap diam. Nita dan Rico yang kebetulan ada di dalam kelas merasa sangat heran dengan sikap dingin dan wajah masam gadis itu, tidak biasanya sahabatnya itu akan mengeluarkan aura membunuh yang sangat kuat.

Tanvir senyam-senyum sendiri, dia merasa senang karena berhasil membuat gadis itu tidak jadi memberikan pelukan dan ciuman mesra pada Zein, baginya itu adalah suatu yang sangat patut dirayakan.

" Za, kenapa kamu terlihat keruh begitu?" Tanya Nita heran, ia pindah dari tempat duduknya ke meja depan sang Sahabat.

" Sebel saja sama nyamuk, selalu saja mengangguk," balas Faeyza masih cemberut.

" Rumah mu banyak nyamuk?" Tanya Rico tidak peka.

" Aku sebel sama Tanvir, dia selalu saja ganggu aku saat aku bersama mas Zein. Aku kan ingin seperti wanita pada umumnya, aku ingin dimanja, disayang dan diperlukan dengan lembut. Tapi Tanvir malah terus mengganggu." Mata Faeyza memicing tajam pada pria yang duduk di sampingnya.

" Aku bukan menganggu, Za. Aku hanya menyelamatkan mu, aku juga seorang pria. Aku tahu kalau pria itu tidak akan mampu bertahan bersama wanita cantik seperti mu, pasti ada bagian yang ingin dimasukkan. Aku tidak mau kalau mahkota mu harus dirampas oleh orang lain," kilah Tanvir tidak terima disalahkan.

" Za, Tanvir benar. Kamu dan Tuan Zein belum menikah, kalau sampai dia melakukan itu padamu. Kamu yang rugi," timpal Rico membela Tanvir, dia tidak tahu saja kalau mereka berdua sudah menikah.

" Rico, kamu nggak usah ikut-ikutan Tanvir. Aku dan mas Zein itu sudah menikah, tadi pagi... Hanya saja ini dilakukan tidak ramai, karena mas Zein belum sembuh. Tapi mas Zein selalu berusaha untuk tegar dan baik-baik saja di depan ku, kalau aku dan mas Zein melakukan itu. Salahnya di mana?" Omel Faeyza jengjel terhadap sahabatnya tersebut, bisa-bisanya berkata kalau Zein mungkin akan melakukan hal yang tidak pantas pada wanita yang bukan halal untuknya.

Rico dan Nita tercengang, mereka tidak menyangka kalau sahabatnya bukan lagi seorang jomblo.

Terimakasih, jangan lupa berikan vote dan simpan di galeri