Chereads / Calon Imamku (Tamat) / Chapter 30 - Episode 30

Chapter 30 - Episode 30

Calon Imam Ku episode 30

Duduk bersama keluarga besar Suaminya ternyata sangat menegangkan, dirinya yang biasa tingga di rumah kecil sekarang harus pindah dalam rumah seperti Istana. Diam-diam matanya memperhatikan Maulana, pria itu sekarang menjadi mertuanya. Rasanya sangat malu kalau seandainya nanti di kampus pas dikasih pertanyaan malah tidak bisa jawab, matanya bergulir ke arah Fira. Wanita cantik itu terlihat aneh, makannya hanya udang dan toge tentu saja juga menggunakan nasi, tapi tetap saja padahal di depannya banyak makanan. Berbeda dengan Tanvir, piringnya penuh seperti orang yang tidak pernah makana selama setahun.

"Iza."

Faeyza tersentak mendengar panggilan Suaminya, ia pun mengalihkan perhatiannya pada sang Suami, seperti biasa, pria itu akan selalu tersenyum lembut padanya."Iya, mas. Kenapa mas memanggil ku?"

"Karena piring mu penuh dengan sambal. Aku tahu, Za. Kamu memang suka pedas, tapi masak kamu hanya makan dengan nasi dan sambal saja, mana cabe sekilo kamu habiskan lagi," celetuk Tanvir menahan tawa, ia tahu kalau tadi gadis itu sibuk memperhatikan satu persatu dari keluarganya hingga tidak konsentrasi pada makanannya sendiri.

Wanita itu mengerutkan kening, ia ragu dengan ucapan adik iparnya tersebut. Mana mungkin sekarang dia memiliki hobi yang sangat tidak masuk akal, Faeyza mengalihkan perhatiannya pada makanan yang ada di piringnya. Matanya membulat melihat tampilan merah karena cabe dan caos memenuhi piring tersebut, sekarang idak tahu harus bagaimana.

"Iza, makan saja ini. Biar mas yang makan makanan yang ada di piring mu." Zein dengan lembut menukar piringnya dan dan piring sang Istri, ia tidak ingin kalau sampai gadis itu dipermalukan oleh adiknya.

"Zein." Fira ingin mengingatkan putra pertamanya kalau dia tidak boleh makan pedas karena memang sejak kecil ada masalah dengan lambungnya, setiap makan pedas pasti setelah itu sakit perut. Bukan hanya sejam atau dua jam, bahkan waktu itu sampai masuk rumah sakit. Kalau sekarang makan sambal sebanyak itu, sudah dapat dipastikan kalau buah hatinya itu akan mendapatkan masalah.

Maulana memberi isyarat pada Istrinya untuk tidak meneruskan, karena bagaimana pun juga sebagai seorang Suami, Zein ingin melindungi kehormatan Istrinya dan tidak ingin wanita yang telah dinikahinya itu malu karena kejahilan Tanvir.

"Faeyza, ketika makan. Akan lebih baik kalau pikiran mu tidak kemana-mana, dan ... jangan lupa untuk berdoa. Selain itu, makan itu jangan mubadzir, karena Rosulallah sendiri telah menjelaskannya, dalam sebuah hadis yang diriwaatkan oleh At-Tirmidzi, bahwa apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca bismillah yang artinya dengan menyebut nama Allah. Jika dia lupa membacanya sebelum makan, maka ucapkanlah bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi. Apakah kamu tadi sudah berdoa? Dan jangan berlebihan, seperti Tanvir."

Orang yang namanya disebut langsung tersedak karena makanan yang penuh di mulutnya."Kenapa bawa-bawa nama ku?" jengkelnya.

"Tentu saja, coba kamu lihat piring mu. Sudah seperti gunung mau meletus, apakah itu tidak berlebihan? Kamu sudah seperti orang yang tidak makan selama setahun penuh hingga kelaparan. Allah berfirman dalam surat al a'raf ayat 31 yang artinya' hai anak Adam, pakailah pakaian mu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhna Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Begitu juga Faeyza, karena tidak fokus akhirnya menaruh makanan berlebihan di atas piring," lanjut Maulana.

Faeyza mengangguk, rasanya rasangat malu hari pertama sudah terkena tegur."Maaf, pak. Lain kali saya tidak akan diam-diam memperhatikan bapak, Nyonya Fira juga Tanvir."

Brus ...

Fira kaget sampek menyemburkan air dari mulutnya."Aduh, sampek kaget aku. Paman Maulana, perasaan usia mu sudah tua, kenapa masih mendapat perhatian dari anak muda." Wanita itu cemburu dan salah sangka dengan ucapan menantunya, terlihat sekali ekpresinya suram.

"Ibu, jangan cemburu begitu. Lagi pula sudah aki-aki mana mungkin Faeyza tertarik pada Ayah," celetuk Tanvir masih jengkel karena tadi terkena sindir.

"Ibu, Faeyza memperhatikan Ayah karena Ayah adalah dosen di kampusnya, walau jarang masuk. Jadi dia ingin mengenal keluarga ini lebih jauh dengan memperhatikan cara makan kita," jelas Zein sopan.

Faeza mengangguk."Benar, Nyonya."

"Iza, bukankah seharusnya kamu memanggilnya Ibu dan Ayah? Mereka adalah mertua mu, bukan majikan mu," tegur Zein lembut.

Gadis itu mengangguk."Mas Zein memang selalu lembut," batinnya, matanya mendongak menatap teman sekelasnya itu.

"Tidak seperti Tanvir, suka sekali jahil pada orang."

"Sudah, sekarang Iza makan dulu. Setelah itu, mas akan antarkan Iza ke kampus," lanjut Zein. Gadis itu mengangguk, ia pun mulai makan begitu juga Zein. Satu dua suapan, Zein sudah merasakan tidak nyaman di perutnya.

Owner ZEM tersebut berusaha untuk menahan rasa perih dan panas di perutnya, seperti inilah saat dirinya memakan makanan yang pedas, pasti akan terjadi masalah. Meski begitu dia tetap memakan makanan yang telah"disiapkan" oleh Istrinya, keningnya bahkan sudah berkeringat.

Perlahan tangannya mulai meremat perutnya, tapi dia tidak bisa mengeluh atau mengatakan yang sejujurnya karena tidak ingin membuat wanita yang baru dinikahinya itu khawatir."Aku ke toilet sebentar."

Zein langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi, Faeyza merasa heran dengan Suaminya. Pria itu terlihat seperti orang yang sedang tidak baik-baik saja, mungkinkah lukanya masih belum sembuh?.

Maulana memandang iba punggung putra pertamanya tersebut, terlahir kembar meski bukan wajah sama persis dengan kesehatan yang tidak sama. Tanvir jauh lebih kuat dibanding Zein, tapi kalau urusan jiwa, Zein jauh lebih mampu mengendalikan emosi dibanding Tanvir."Ya Allah, hanya pada mu hamba memohon. Lindungi Zein, dia hanya ingin menjaga Istrinya," batinnya berdoa.

Tak lama kemudian Zein kembali, wajahnya sedikit pucat tapi masih mampu untuk tersenyum. Ia melihat piring Istrinya sudah habis, artinya gadis itu siap untuk berangkat ke kampus."Iza, apa kamu sudah siap?"

"Iya, mas. Kebetulan hari ini ada presentasi pelajaran Bahasa Indonesia, dan kita dibagi menjadi beberapa kelompok. Aku dan Tanvir menjadi satu kelompok, dia yang bertugas membuat makalahnya," balas Faeyza memandang adik iparnya.

Tanvir terdiam, dia lupa untuk membuat makalah yang seharusnya digunakan untuk presentasi karena terlalu banyak pekerjaan, jadi tugas kuliah yang menurutnya tidak terlalu penting itu diabaikan. Wajah pria itu sudah pucat pasi, jelas sekali kalau telah melakukan suatu kesalaha.

"Tanvir, jangan bilang kalau kamu lupa mengerjakannya," tebak Faeyza, matanya memberi peringatan tegas.

Tanvir nyengir."Hee... Faeyza sayang, cantik. Aku sungguh minta maaf, aku lupa mengerjakannya. Bagaimana kalau nanti aku izin pada dosen untuk menunda saja?" katanya dengan hati harap-harap cemas kalau pujaan hatinya yang kini telah menjadi milik saudaranya itu mengamuk.

Faeyza ingin sekali menimpuk pria itu menggunakan comberan, tapi tidak enak hati dengan mertua dan Suaminya. Mereka adalah orang yang lembut dan tidak bar-bar seperti dirinya, tapi bukan berarti dia akan melepaskan begitu saja manusia satu itu.

'awas saja kamu Tanvir, aku pasti akan membuat perhitungan nanti dengan mu'