Di dalam kamar terdapat pemandangan yang sangat tak enak dipandang tapi membuat hati sakit bila melihatnya.
Banyak sekali tisu bekas ingus berserakan memenuhi lantai kamar, ada juga sebuah koper yang sudah penuh terisi pakaian.
Ingin sekali rasanya Arina menangis sekencang kencangnya. Tapi karena dia saat ini berada di rumah orang juga sudah malam. jadi, Arina lebih memilih untuk menangis tanpa suara. Sambil menangis dia mengingat kejadian tadi saat di taman. Dalam hati ingin berontak ["Fariz, kenapa kau mengusirku?"] menjawab pertanyaan hatinya sendiri "oh ya ya, kamu kan hanya menganggap ku sebagai perawat mu saja".
Karena terlalu lama menangis dan lelah, Arina tertidur.
....
Di taman... Fariz berfikir sejenak dan memegangi bagian dada kirinya. Ada rasa sakit seperti di tusuk, setelah melihat kepergian Arina.
Segera dia membuang perasaan konyol yang tiba tiba timbul. Fariz pun beranjak dan masuk ke dalam rumah.
Melewati kamar tamu, Fariz melihat pintu kamar Arina terbuka. Dia berniat menutupkan pintu, karena saat dia melihat kamar Arina tidak terang juga tidak gelap tapi remang. pikir Fariz, arina jelas sudah tidur menurut waktu sekarang karena sudah jam 2 dini hari.
Saat akan menutup pintu Fariz melihat isi kamar Arina yang penuh dengan tisu bekas berserakan di mana mana. Dan juga melihat Arina tertidur di lantai. Jelas ada rasa tidak tega dalam hatinya. Fariz lalu masuk ke kamar Arina.
Fariz mengangkat tubuh Arina dan meletakkan di kasur. Lalu membersihkan kamar itu.
.....
Sudah biasa kalau setiap malam Tante Cindy suka terbangun di tengah malam karena haus. Lalu dia keluar kamar menuju dapur. Namun saat berjalan, Tante Cindy melihat sosok putranya sedang berdiri di depan kamar Arina. Melihat Fariz memasuki kamar Arina. Diam diam tante Cindy berdiri di depan kamar memperhatikan sikap Fariz saat mengangkat tubuh Arina dan membersihkan kamar wanita itu.
Saat Fariz akan keluar kamar, dia melihat Ibunya sedang berdiri memandang nya. Fariz lalu menghampiri ibunya "mah"
"mengapa dia seperti itu nak? apakah ini ada hubungannya dengan mu?" Tante Cindy curiga pada Fariz.
"aku ngga tau mah. Aku tadi hanya memberitahu dirinya kalau dia tak perlu lagi bekerja!"
"Fariz, mengapa kau mengambil keputusan itu sendiri? masalah kau tak perlu lagi dirawat itu terserah padamu. Tapi kalau sampai Arina pergi, nanti mamah yang kesepian, nak!!" Tante Cindy menghembuskan nafas kecewa, "tapi berhubung karena kau sudah mengusirnya pergi. ya sudahlah".
Tante Cindy berlalu meninggalkan Fariz.
....
Di pagi hari...
Seperti biasa, Arina membantu tante Cindy di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan.
Setelah itu Arina berpamitan pada Tante Cindy.
"nak Arin, apa kau akan pulang sekarang?" Tante Cindy merasa sangat sedih.
"iya, Tante jaga diri baik baik ya!!" arina menangis sambil memeluk ibunya Fariz.
"apa nak Arin tidak ingin menunggunya(maksudnya Fariz) bangun?"
"engga Tante, nanti aku jadi ngga rela. Lagipula dia sudah sembuh. Maka aku tak perlu khawatir." walau berat hati Arina tetap harus pergi.
"setelah ini nak Arin mau kemana?"
"aku akan menemui kakek. Ya sudah Tante, aku pamit dulu".
Arina berjalan keluar rumah dengan sebuah koper. Dan sebuah taksi online sudah menunggu dirinya.
....
Di lantai 2 di sebuah balkon, Fariz menatap kepergian Arina yang perlahan menghilang dibawa taksi.
Ada rasa sakit, ketika dia tahu, bahwa Arina tidak berpamitan dengan nya. Walau Fariz tahu kalau dirinya hanya sebatas pasien menurut Arina.
Bergumam sendiri["apa kau tak ingin memeriksa luka ku lagi untuk yang terakhir kalinya"] namun kata kata itu tidak bisa di ucapkan langsung pada Arina.