Chereads / senyumanmu yang kutunggu / Chapter 27 - Mulut dan hati berbeda

Chapter 27 - Mulut dan hati berbeda

Di saat yang sama...

Sinar Jingga menyinari tubuh seorang wanita yang sedang menatap laut, menikmati suara ombak laut. Sebentar lagi siang akan berganti malam.

Wanita itu lalu berjalan membelakangi laut tersebut ketika suara pria tua memanggilnya dari kejauhan.

"Riri, mari pulang" suara tua Danu Senjaya memanggilnya.

" iya Kakek" arina berjalan menghampiri kakeknya.

Lalu mereka pun masuk kedalam mobil.

"nak, apa kau merindukan dirinya?" tanya Kakek Danu pada cucunya.

"iya kakek, padahal cuma 1 kali datang kesini bersama dengannya." jawab Arina dengan sedih.

"sudahlah Riri, bila memang jodoh, dia pasti akan mengingat dirimu lagi." kakek Danu mencoba menghibur Arina.

"iyå kakek" jawab Arina sambil membuka jendela mobil dan menikmati udara malam. Tiba tiba dia teringat sesuatu "oh ya kakek, besok aku akan berkunjung ke universitas" Arina baru ingat, bahwa tadi waktu di pantai Dia baru menerima panggilan dari Mas Aziz.

"Riri, ini baru 1 Minggu setelah 1 tahun kita tidak berjumpa. Dan besok kau akan pergi lagi?" Kakek Danu ingin mengutarakan rasa protesnya.

"maaf Kakek, aku memang harus pergi!" walau arina tak enak hati meninggalkan kakeknya. Tapi dia harus tetap pergi.

"berapa lama kau akan pergi?" tanya Kakek Danu. walau dia tak ingin cucunya pergi. Arina pasti akan tetap pergi.

"aku belum tahu kakek. Mereka juga keluargaku sama seperti kakek."

"baiklah, titipkan salam buat kakekmu yang disana!"

"iya kakek"....

"drrrt, drrrt, drrrt." Hp Arina bergetar. Ada panggilan masuk dari Tante Cindy. Arina lalu mengangkatnya.

"halo Tante, apa kabar" Jawab Arina

"keadaan Tante ngga baik, nak Arina"

"ada apa Tante? Tante lagi sakit? kok suara Tante seperti sedang menangis?" tanya Arina dengan khawatir.

"anak Tante tadi pingsan, karena perutnya kosong. Sekarang sudah sadar, tapi waktu disuruh makan dia ngga mau, katanya lagi ngga nafsu." sambil menangis Tante Cindy berkata lagi "Tante, ngga tau cara membujuknya. Sekarang Fariz sedang tertidur".

"ya sudah Tante, biarkan saja mas Fariz istirahat. Dia mungkin sedang kelelahan dan butuh istirahat. Nanti juga kalau dia merasa lapar, dia akan makan" jawab Arina.

"Nak Arina, apa kau tak ingin menjenguk nya?"

"maaf Tante, aku sedang ada keperluan mendesak. Sudah dulu ya Tante." jawab arina bohong.

"baiklah nak, hati hati ya!"

"iya Tante"

setelah itu panggilan terputus.

Danu Senjaya menatap cucunya yang sedang menatap jendela mobil, sambil memunggungi dirinya. "Riri, apa yang terjadi? kenapa kamu berbohong pada Tante Cindy?"

"Kakek, mas Fariz katanya habis pingsan dan dia ngga mau makan" arina tak bisa lagi menahan air matanya.

"kenapa kau tidak menjenguk dirinya, sebelum kau pergi?"

"Kakek, nanti bila ku melihat nya, aku ngga tega untuk pergi" jawab Arina sambil sesenggukan.

"ya sudah, cucunya Wijaya anak yang kuat kok. kamu ngga usah sedih. Dia pasti akan sembuh!!" Kakek Danu menghibur Arina.

"iya Kakek" Jawab Arina..

... ... ...

Di lain tempat....

Di rumah Tante Cindy...

Setelah panggilan terputus antara ibunya dan Arina. Seorang pemuda sedang merajuk. "mah, apa benar aku menyukai wanita itu(maksudnya Arina) dan bahkan aku juga akan menikahi wanita itu?" lalu melanjutkan lagi, "wanita itu bahkan tidak peduli dengan keadaan calon suaminya. Dia sudah diberi tahu oleh calon mertuanya bahwa calon suami nya sedang tidak mau makan. Tapi dia tidak mau berusaha untuk membujuknya"

"Fariz, apa kau membutuhkan perhatian darinya?" goda Tante Cindy pada putranya.

"ngga sama sekali (dengan suara marah) pantas saja aku lupa dengan dirinya. Dia bahkan tidak punya kesan baik dimataku" walau mulutnya berkata pedas, tetapi hati Fariz saat ini begitu hampa, seakan sangat merindukan dirinya. Tapi dia tak bisa mengingat apapun.

"Fariz apa yang kau katakan (ada sedikit kemarahan dalam suaranya) Jangan lupa, Arina sudah merawat dirimu selama 7 bulan saat kau dalam keadaan koma. Bahkan ketika terbangun kau melupakan dirinya. Tapi Arina masih mau merawat dirimu dengan tulus." Tante Cindy bahkan suaranya menjadi sedih, bila mengingat masa itu.

"tapi kenapa dia tidak ingin berbicara dengan ku mah, saat dia merawat ku?"

"mamah tidak tahu, lebih baik kau yang tanyakan saja pada dirinya!!"

"sudahlah biarkan saja. Lebih baik aku lupa akan dirinya" Fariz lalu masuk kekamar nya. mulut Fariz berkata seperti itu tapi hatinya sangat menginginkan ingatannya untuk pulih.