Sebuah mobil perlahan masuk ke parkiran. Arina dan rombongan nya keluar dari mobil, dan menatap 2 pria, yang satu masih seumuran dengan dirinya dan satunya lagi berumur sekitar 45 an. Lalu berjalan mendekat ke mereka. Tapi sebelum itu, Aziz dan bawahannya pamit pergi.
...
"ayah apa kabar?" Arina memberi salam pada ayah angkatnya.
"ku lihat kau tidak bahagia sama sekali bila datang kemari, kamu boleh pergi!!" pria paruh baya itu masuk ke dalam rumah tanpa menunggu jawaban Arina. Dia merasa sangat kesal karena sudah lama tidak berjumpa dengan putri angkatnya. Namun, Arina ketika datang tidak terlihat bahagia.
Lalu Arina menoleh ke Pria muda di depannya. "Ando, ada apa dengan Ayah angkat?"
"entahlah, akhir akhir ini suasana hatinya sedang buruk" jawab Ando.
"apakah ini yang dimaksud mas Aziz, bahwa ayah sedang sakit. Dan itu cuma karena suasana hatinya yang lagi buruk." Arina tak habis fikir, kenapa dia harus datang untuk menjenguk orang yang tidak sakit.
"iya, dan juga ayah ngga mau datang ke perusahaan lagi. Tolong bantu aku ya kak!!" Ando mengutarakan maksudnya langsung, karena melihat ekspresi wajah kakaknya ini.
"ngapain aku membantu kamu... Aku mau pulang saja. Lagi pula ayah angkat tidak menginginkan ku datang!!" setelah itu Arina berjalan balik.
Arina terus berjalan, sampai pada titik dia berhenti ketika mendengar suara teriakan dari belakang.
"Arina Putri Senjaya!!!" pria paruh baya memanggilnya dari dalam rumah dengan suara keras. Sungguh menakutkan bila mendengar nya. Bahkan Ando sampai gemetaran mendengar suara ayahnya sendiri. Dia baru tahu, kalau ayahnya begitu tegas pada anak angkatnya...
Arina berdiri di tempat, tidak pergi juga tidak berbalik. Dia tidak takut sama sekali.. Baru setelah mendengar suara ayahnya melembut dia baru berbalik.
"Senjaya, mari masuk kedalam rumah. Ada yang perlu ayah katakan.!!"
"baik, ayah" Arina berbalik lalu masuk kedalam rumah bersama Ando.
... ..... .....
Di sebuah kafe, . ..
Fariz menatap 3 pria yang baru saja masuk ke ruangannya.
"Jodi, apakah orang ini adalah pelukis itu?"
" benar bos, pria ini adalah orang yang sama 3 tahun lalu. Yang menjual lukisan lukisan yang ada di kantor."
Fariz menoleh ke arah pria yang ada di sebelah Jodi. "kawan, apakah kau tak ingin memperkenalkan dirimu?"
"halo Bos, kenalin nama saya Devan, dan ini temanku namanya Galih".
"Panggil saja aku Fariz. Saya akan langsung ke intinya saja" jelas Fariz, dia tak ingin basa basi.
"Silahkan bos!!" Devan mempersilahkan.
"Jodi, jelaskan maksud ku pada mereka!!" Fariz jelas tak ingin membuang tenaga. Dia punya asisten. Jadi asistennya lah yang harus mewakilinya berbicara..
Jodi lalu berdehem untuk memulai pembicaraan. "mas Devan dan mas Galih, bolehkah saya bertanya tentang wanita yang ada di dalam lukisan yang dijual pada Bos kami. Dan apakah kalian mengenal wanita tersebut?"
Fariz menatap kearah 2 pria di depannya yang sedang berdiskusi. Lalu Pria yang bernama Galih mewakili mereka berdua dan berbicara.
"Sebenarnya kami tidak mengenal wanita itu. Kami hanyalah pecinta alam, dan kami sangat suka melukis. Dan kami juga tidak meminta izin dari wanita tersebut ketika melukis dirinya."
Giliran Devan yang melanjutkan cerita. "waktu itu kami sedang ada tugas dari kampus dan tema nya tentang alam. Dan kami tak sengaja sering melihat wanita tersebut datang ketempat itu. Jadi kami melukis dirinya dengan diam diam. Karena menurut kami wanita tersebut cocok dengan tema tugas kami."
Devan berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Terus pada saat kami akan mendekati wanita itu untuk meminta izin bermaksud menjual lukisan lukisan itu. Tiba tiba kami di cegat oleh 4 pria bertubuh kekar. Seakan mereka itu adalah pengawal wanita itu yang sedang bertugas menjaga nya dari kejauhan."
"Jadi kami mengurungkan niat untuk berkenalan dengan wanita itu dan juga kami tidak berani menjual lukisan lukisan itu, kami takut berurusan dengan orang orang bertubuh kekar itu."
"hingga sampai pada saat, wanita itu tidak lagi berkunjung ketempat itu. berbulan-bulan kami menunggu dirinya untuk meminta izin. Karena saat itu kami sangat membutuhkan uang, jadi kami terpaksa menjual lukisan tersebut pada Bos"
"kami tidak tahu, hubungan wanita itu dengan Bos".
"waktu itu sebelum kami menjual lukisan lukisan tersebut, kami sering menjumpai dirinya datang ketempat wanita itu datangi juga"
"kami berfikir wanita itu dan bos adalah pasangan kekasih, jadi kami sedikit merasa tenang ketika menjual lukisan tersebut"
Fariz terus mendengarkan cerita dari Devan dan Galih.
Sampai pada titik mereka berdua memperlihatkan lukisan pada Fariz, Dan Fariz cukup tertegun ketika melihat lukisan itu.
Gambaran lukisan tersebut sama persis seperti apa yang pernah dialaminya dahulu.
.... ....
Saat itu Fariz sedang berlarian mencari pertolongan, dan tak sengaja bertemu dengan wanita itu. Namun entah kenapa gambaran wajah itu hilang dalam ingatan seperti kabur. Jadi Fariz tidak tau siapa wanita itu sebenarnya