Chereads / Maafkan Aku Suami Kucinta Sahabatmu / Chapter 3 - BAB 3. PENCARIAN

Chapter 3 - BAB 3. PENCARIAN

Malam ini Azka kembali ke kelab malam yang didatanginya malam tadi, ingin kembali mencari gadis itu. Gadis berpenampilan sederhana yang membuatnya ingin melihatnya lagi dan lagi. Gadis aneh yang menolak dirinya dengan cara yang mengejutkan seakan-akan dirinya adalah seorang penjahat yang harus dihindari sejauh mungkin.

Dia berjalan mengelilingi tempat itu dari ujung ke ujung membelah lautan manusia, sepertinya sangat mustahil bisa menemukannya, tetapi tekadnya yang kuat membuatnya tak patah arang. Menyibak kerumunan, memperhatikan setiap perempuan yang ditemuinya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dicarinya.

Azka meraih kursi, duduk dengan perasaan kecewa, gadis itu tidak juga bisa ditemukan. Dia lelah berjalan-jalan, mencarinya sama halnya seperti mencari jarum kecil di tumpukan jerami.

Lelaki itu kembali pulang dengan perasaan kecewa. Dipacunya motor sport-nya kembali ke galerinya. Diambilnya kuas dan kanvas, mencoba melukiskan garis-garis wajah gadis itu yang sudah mencuri hati dan perhatiannya. Sulit memang karena dia melihatnya dalam keremangan di malam itu, sesekali cahaya lampu laser menyinari wajahnya, hanya itu yang diingatnya. Kecantikannya berbinar saat terkena biasan cahaya.

Tidak terasa waktu berlalu. Malam semakin larut dan dia merasa mengantuk dan juga lelah. Akhirnya dia mengalah pada tuntutan tubuhnya yang minta diistirahatkan. Dilihatnya jam di dinding sudah menunjukkan waktu jam 2 malam.

Azka pun masuk ke dalam kamarnya yang terdapat di dalam galeri itu, berharap di dalam mimpi dia akan bertemu dengan gadis itu, gadis yang bahkan tidak sempat berbicara sepatah kata pun kepadanya.

***

Malam keempat ....

Azka kembali memasuki kelab malam. Masih tidak berubah sedikit pun niatnya adalah menemukan gadis yang telah membawa lari hatinya. Mencuri ketenangan hidupnya. Membuat hari-harinya terasa kehilangan. Aneh memang, pertemuan tak sengaja itu membuat efek hingga sedemikian rupa kepadanya. Namun, itulah yang dirasakannya kini. Terus melakukan pencarian dan satu hal yang pasti, dia terdorong untuk menyelesaikan lukisan yang dibuatnya.

Lelaki itu pun kembali pulang dengan perasaan kecewa, dia masih tidak bisa menemukan gadis yang dicarinya. Dia kembali melanjutkan melukis gadis itu dengan sisa-sisa ingatannya yang perlahan mulai mengabur bagaimana rupanya.

***

Sebulan kemudian ....

Azka dan Dion berjalan beriringan memasuki kelab malam. Mereka memilih kursi dan duduk bersama teman-teman mereka yang lain, yang telah lebih dulu berada di sana. Minuman terus dituang, gelas demi gelas berdenting beradu pelan mengisi keceriaan.

Azka melihat Dion mengeluarkan ponsel. Wajah tampannya terbias cahaya. Setelah itu mereka pun melanjutkan berbincang sambil tertawa, sesekali bergoyang ringan mengikuti irama musik yang menghentak.

Tidak lama kemudian Dion kembali mengeluarkan ponsel dan berdiri di sisi jalan di dalam diskotik itu. Seorang wanita mendekatinya, Dion menarik tangannya dan berbisik di telinganya lalu menarik kursi. Sepertinya memintanya duduk. Wanita itu menggeleng dan berbisik sesuatu di telinga Dion. Sahabatnya itu pun menganguk.

Didorong rasa penasaran siapa gerangan wanita yang bersama sahabatnya. Azka pun melongokkan kepala. "Apa?! Ah … dia … dia gadis itu!" teriaknya di dalam hati. Dada Azka tiba-tiba berdebar kencang. Lama sekali dia mencarinya, tetapi saat dia sudah menyerah justru kini gadis itu berada di hadapannya bersama sahabatnya. Perasaan Azka sesak menyusupinya.

"Sama temen," ucap Dion nyaring, dia melihat ke arah teman-temannya dan juga Azka.

Gadis itu melihat sekilas pada teman-teman Dion termasuk Azka. Sebuah senyuman manis tersemat di bibirnya disertai sebuah anggukan pelan.

"Ah … cantik sekali!" puji Azka di dalam hati. Dia berdiri dari kursi ingin berkenalan dengannya.

Namun, gadis itu melambaikan tangan pada mereka semua dan berlalu pergi. Kekecewaan kembali menyergap hati Azka dengan kuat.

"Siapa dia?" tanya Azka di telinga Dion.

"Temen," jawab Dion pendek.

Azka tersenyum senang seraya mengangguk pelan. "Siapa namanya?"

"Ayu," terang Dion pada temannya. "Kenapa?"

"Gak papa. Tanya aja." Azka tersenyum lebar. "Ayu," lirihnya di dalam hati.

Rasa bahagia di dalam hatinya membuncah hebat. Akhirnya dia menemukan seseorang yang selama ini dicarinya, dijatuhkan ke hadapannya begitu saja. Ah, andai dia lebih bersabar waktu itu. Namun, seperti itulah kadang kala kehidupan berjalan. Di saat sudah kehilangan harapan dan ingin menyerah, saat itu pula hal tidak terduga justru datang diberikan dengan cara dramatis ke hadapan kita.

Dion dan Azka pun melanjutkan acara mereka, sedikit bersenang-senang, menikmati masa mudanya.