"Kenapa gak minta sama Dion?" tanya gadis itu heran. Mereka teman dekat kan?
"Dion enggak mau ngasih. Katanya belum izin sama kamu."
"Ohh … ya udah, sini. Mana HP kamu?" Ayudia menadahkan tangan.
Azka menyerahkan ponselnya, agar gadis itu bisa menyimpan nomornya. Kemudian mereka saling bertukar nomor. Ayudia pun berlalu pergi ke toilet dan kembali kepada Fatir. Dia tersenyum saat kembali mengingat Azka. "Enggak nyangka bisa ketemu di sini." Ayudia bergumam di dalam hati.
Ia mengalungkan tangannya di tengkuk Fatir sembari terus menyesap minuman yang mereka pesan. Sesekali mereka saling memberikan kecupan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 pagi dan kelab itu pun tutup. Mereka segera keluar dan mencari hotel untuk menghabiskan malam bersama.
***
Ayudia terbangun saat mendengar suara ketukan.
"Room service." Suara lelaki dari balik pintu.
"Kayaknya itu adalah pegawai hotel yang mau bersihin kamar." Ayudia membatin.
Nanar mata Ayudia melihat ke sekeliling kamar hotel itu. Tak ada seorang pun di sana. Mana lelaki yang tidur dengannya tadi malam? Dia bertanya-tanya "Oh no … no!" Ayudia berteriak sambil menangis. Lelaki itu sudah pergi tanpa meninggalkan uang sepeser pun.
Ayudia sesenggukan menangis sedih, dia tidak mendapatkan bayaran satu sen pun dari pekerjaannya.
"Lelaki memang brengsek. Mereka selalu saja meninggalkan perempuan terlantar setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan," gerutunya penuh penyesalan karena tadi malam dia tertidur. Ayudia menangis seraya melempar bantal ke lantai. Dia berteriak sambil memaki.