Ayudia berjalan riang menyusuri gang rumahnya. Azka menunggunya di tepi jalan. Dia melambaikan tangannya saat melihat gadis itu di kejauhan berjalan ke arahnya. Ia menyerahkan helm kepadanya setibanya gadis itu di sisinya.
Sesaat ....
Azka terpana melihat Ayudia. Gadis di depannya begitu indah dipandang mata. Rambut panjang, ikal sepinggang berwarna hitam pekat seperti malam gelap.
Indah nian ....
Perut yang ramping, dengan bokong dan dada yang berisi. Ayudia tidaklah tinggi semampai seperti model catwalk, tapi postur tubuhnya begitu indah sedap dipandang mata. Tentu saja akan menarik pandangan siapa pun yang melihatnya. Bibirnya penuh merekah sempurna. Kecantikannya bertambah berlipat-lipat di saat ia tersenyum.
"Ayo, Yu. Naik." Azka mempersilakan gadis itu menaiki motornya.
"Kita mau makan di mana?" Ayudia bertanya setelah bokongnya menyentuh dudukan motor Azka.
"Liat nanti deh, tapi tempat makannya cuma tempat makan seafood biasa aja bukan restoran mahal."
"Gak masalah." Ayudia mengangguk pelan dan tersenyum.
Azka mulai menjalankan motornya sembari memajukan duduknya. "Yu, mundur-mundur dong duduknya? Aku sempit nih di depan." Dia merasakan getaran tak biasa saat tubuh dada Ayudia yang kenyal dan lembut melekat di punggungnya.
"Oh ... oke." Ayudia memundurkan duduknya. Bahkan sangat jauh hingga ke ujung tepi jok motor. Dia merasa malu karena Azka yang menjaga jarak kepada dirinya.
"Hum ... Azka beda dengan lelaki kebanyakan. Seringnya mereka malah sangat suka mencari-cari kesempatan." Ayudia menggumam dalam hati.
Keduanya pun asyik berbincang ringan. Ayudia merasa bahagia. Terkadang ia merentangkan tangannya. Merasakan angin lembut melewati sela jemari dan wajahnya. Angin mengibarkan rambut Ayudia. Hatinya berbunga bagai musim semi di negeri sakura.
Beberapa menit kemudian ....
"Ini tempatnya." Azka memakirkan sepeda motornya. Mereka berjalan beriringan memasuki tempat makan itu. Memang tempat sederhana, hanya tenda dengan kursi dan meja di pinggiran jalan.
"Kamu mau makan apa? Semua makanannya enak, tapi kepitingnya juara." Azka bertanya seraya melihat selembar kertas menu.
"Oh ya? Aku mau mencoba kepitingnya." Ayudia sangat antusias penuh minat.
Mereka memesan makanan dan minuman dan segera menyantapnya begitu makanan itu datang.
"Kamu gak kerja, Yu?" Azka menatap wajah cantik Ayudia dalam-dalam.
"Enggak. Aku dapat libur dua hari setiap dua minggu." Gadis itu tersenyum dan menunduk saat pandangan mata mereka bertemu. Ia merasa malu jika riak matanya menunjukkan binar ketertarikan kepada Azka.
"Habis ini mau ke mana?" tanya Azka sambil menggigit cangkang dari capit kepiting.
"Terserah kamu, aja."
"Gimana kalau kita jalan-jalan?" tawar Azka kepada gadis cantik di depannya.
"Boleh. Mau ke mana?" Ayudia bersemangat. Dia merasa senang Azka mengajaknya jalan-jalan. Karena memang itulah harapannya.
"Ke pinggiran kota aja. "
"Oke." Wajah Ayudia merona karena bahagia.