Chereads / Sistem Transmigrasi: Cinta Pertama Tuan Penjahat / Chapter 14 - Istri Kecil Raja Setan (13)

Chapter 14 - Istri Kecil Raja Setan (13)

Di dalam Hutan Seribu, terlihat sesosok pria yang mengendap-endap. Itu Geni. Dia menatap sekelilingnya dengan waspada dan menyipitkan matanya saat melihat semak yang bergerak-gerak.

Tiba-tiba sebuah bola bulu putih melompat dari balik semak.

Geni menghela napas lega. "Putih, kamu mengejutkanku."

Bola bulu itu, Putih, melompat ke dalam pelukan Geni dan menggosok-gosokkan tubuhnya ke dada pria itu dengan manja.

Tidak. Dia tidak menyukai Geni. Dia hanya menyukai energi gelap yang dipancarkan pria itu karena itu bisa membantu kultivasinya.

Sistem dan Raina yang sejak awal mengamati Geni dari dalam ruang sistem terdiam saat melihat interaksi mereka.

Geni mengangkat Putih yang terlihat kecewa saat tidak bisa menyentuh tubuh Geni. "Apa yang kamu temukan?"

Putih mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"Bunga itu dijaga oleh hewan aneh?"

Putih mengangguk.

"Seperti apa wujudnya?"

Putih berguncang. Dia tidak mengatakan apapun tapi Geni sepertinya bisa mengerti apa yang dia maksud.

"Seekor burung?" Geni mengerutkan kening saat mendengar ini.

"Ayo, aku rasa aku harus melihatnya," ucapnya kemudian. "Akan lebih baik kalau itu seperti apa yang aku pikirkan."

Putih panik saat mendengar apa yang Geni katakan.

Geni menepuk-nepuk Putih dengan lembut. "Kenapa kamu terlihat begitu cemas? Apa dia begitu kuat?"

Putih mengangguk cepat.

Geni menyeringai. "Mari kita lihat siapa yang paling kuat," ucap Geni sebelum berbalik pergi ke arah Putih datang tadi.

Putih: "..." Apakah aku lelucon bagimu? Aku sudah mengatakan kalau dia sangat kuat!

Raina melihat gelembung dialog yang muncul di bawah Putih dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar. "Begitu canggih, huh? Kalian bahkan menterjemahkan bahasa bola bulu itu ke dalam subtitle[5]."

Sistem: ( ー̀ωー́ )

"Aku memujimu," ucap Raina saat melihat ekspresi yang dibuat sistem.

"..." Kenapa aku tidak merasa seperti sedang dipuji?

Pada akhirnya, Putih masih mengikuti Geni. Pria itu tuannya, oke? Dia tidak bisa membiarkannya mati sia-sia!

Raina yang membaca subtitle: "..."

Sistem: "..."

"Aku suka bola ini," komentar Raina.

Sistem: "..."

(╯°□°)╯︵ ┻━┻

"Tuan, kamu sudah memilikiku! Kenapa kamu malah menyukainya? Aku jelas lebih imut!~" protes sistem.

Raina melirik layar monitor kecil di sampingnya. "Kamu tidak memiliki wujud."

"Aku juga bisa menjadi bola bulu seperti itu kalau sudah naik level!"

( QAQ )

Raina mengangkat alis. "Kamu juga bisa naik level?"

Detik berikutnya, sebuah layar statistik muncul di depan Raina.

Nomor seri: 009

Level: 0

Keahlian:

• Bertingkah imut (60/100)

• Mengkritik (30/100)

• Menjilat (40/100)

[Menu lain akan ditambahkan saat level mencukupi.]

Raina: "...Betapa tidak berguna."

Sistem: ( QAQ )

"Kapan kamu bisa mengubah wujud?"

"Level lima," ucap sistem. "Tuan, kamu bisa tenang. Aku akan naik level setelah kamu menyelesaikan misi~"

Raina mengerutkan kening. "Terlalu lama. Apa ada cara cepat untuk menaikkan levelmu?"

"Tentu!~"

"Apa itu?"

"Beri aku makan~"

Raina terdiam. Alisnya saling bertautan seakan-akan sedang berpikir keras.

Sistem sepertinya bisa melihat apa yang tuannya pikirkan dan segera memilih tombol "Belanja" yang ada di sudut kanan atas. "Kamu tidak bisa memberiku makanan sembarangan sekarang! Aku baru bisa memakan apa yang ada di Toko Sistem~"

Raina menggeser layar ke bawah.

[Data mudah cerna x1 50 poin]

[Data cepat saji x1 35 poin]

[Data super x1 55 poin]

[Data sederhana x1 25 poin]

[Data...]

[Data...]

"Kamu... memakan data?" tanya Raina.

"Yup!~"

"Tapi aku juga akan bisa memakan apa yang kamu makan saat aku bisa mendapatkan wujud nanti~"

Raina mengangguk mengerti. Dia menutup layar tadi dan mengalihkan perhatiannya ke Geni yang sedang berlari di layar monitor lainnya.

"Omong-omong, tuan, kamu tidak terlihat khawatir sedikit pun?"

Raina tersenyum miring. "Kamu tidak akan membiarkanku mati begitu saja, bukan?"

"Tentu saja!~"

"Lalu kenapa aku harus khawatir?"

Sistem: "..."

"Jadi itu alasanmu berani mengambil resiko sebesar itu dengan nyawamu? Kamu... kamu memanfaatkanku!" seru sistem.

"Ya, aku memanfaatkanmu."

Sistem tak bisa berkata-kata karena Raina langsung mengakuinya dengan mudah.

"Tuan, kamu menambah pekerjaan untukku, kamu tahu? Apa kamu tidak mengetahui berapa banyak dokumen yang harus aku serahkan ke pusat karena masalah ini?"

"Aku tidak tahu."

"Kamu harus tahu!" sahut sistem. "Ak..."

"Psst!"

"Huh?"

"Dia sudah akan mulai," ucap Raina sambil menunjuk layar.

Sistem ikut menatap layar hanya untuk melihat mata merah Geni yang berkedip-kedip.

"..." Kenapa kamu tidak pernah menganggapku serius?!

(╯°□°)╯︵ ┻━┻

Tapi sistem tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya ikut menatap layar, juga sedikit penasaran dengan apa yang akan Geni lakukan.

Geni yang bersembunyi di balik semak menatap tajam ke arah burung yang seukuran dengan rumahnya sedang bertengger di atas pohon. "Seperti yang kuduga," gumamnya. "Betapa kebetulan."

Ya, burung yang ada di atas itu merupakan burung yang dicari Geni, burung phoenix.

Putih menatap Geni dan tubuhnya bergetar saat melihat mata merah Geni yang menyala. Dia sudah bersama dengan pria ini untuk waktu yang lama dan tahu dengan pasti bahwa seseorang pasti akan menderita jika mata Geni menyala. Mungkin dia tidak perlu mengkhawatirkan pria ini. Orang jahat tidak akan mati dengan mudah.

Geni melirik Putih, membuat hewan atau mahkluk apapun itu diam-diam gugup. "Lihat, aku akan menunjukkan padamu apa yang disebut orang jahat," bisik Geni lalu diam-diam mendekati burung phoenix tadi.

Putih: "..." Apa aku baru saja mengatakan apa yang aku pikirkan? Ah! Memalukan!

Putih melompat-lompat dengan gugup, secara tidak sengaja menarik perhatian burung phoenix.

Putih: "..." Oh, sial!

Geni melihat Putih yang melompat dengan panik saat seekor burung besar berusaha mematuknya dan tak bisa berkata-kata. "Ah, lihatlah betapa setianya hewan kecil itu, dia bahkan bersedia mengambil resiko yang begitu besar hanya untuk membantuku mengalihkan perhatian musuh," komentarnya.

Raina: "..."

Sistem: "..." Yah, aku rasa tuanku bukan satu-satunya orang aneh di sini?

Kalau saja Putih juga bisa mendengar apa yang Geni katakan, dia mungkin akan mengutuk dengan penuh amarah. Mengambil resiko? Dia berada di ujung paruh, oke?! Dia akan mati!

Geni mendekati kolam di bawah pohon besar dengan hati-hati. Kolam itu begitu jernih hingga dia bisa melihat dasarnya. Di sana, tidak ada makhluk hidup apapun kecuali sebuah bunga lotus yang ada di tengah kolam. Itu juga salah satu hal yang dia cari untuk membangunkan Amelia alias Raina, bunga lotus hitam.

Tiba-tiba burung phoenix yang awalnya mengejar Putih berbalik dan menggeram dengan penuh amarah ketika Geni hanya berjarak kurang dari satu jengkal dari bunga lotus hitam.

Geni berkedip saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata burung phoenix yang menyala karena amarah. "Oh, hai," ucap Geni sambil melambaikan tangannya, terlihat polos dan tidak bersalah.

Putih yang bersembunyi di balik pohon tak bisa berkata-kata saat melihat adegan ini. Yah, meski sejak awal dia memang tidak bisa mengatakan apa-apa.

Burung phoenix tadi langsung melesat menuju Geni saat melihat pria itu tidak terlihat ketakutan dan malah semakin mendekati bunga lotus hitam.

Geni juga bukan seorang idiot. Dia langsung memetik bunga itu dan segera menjauh dari burung phoenix.

Putih, Raina, dan sistem sekali lagi disuguhkan adegan konyol yang diciptakan Geni.

Putih ingin memberi beberapa pemukulan ke pria yang sekarang sedang berkejar-kejaran dengan burung yang diselimuti api. Hah, hewan itu pasti benar-benar ingin membunuh Geni melihat betapa terbakarnya dia. Um, dia bukan satu-satunya orang yang ingin membunuh pria itu.

Geni yang dikejar oleh burung phoenix tidak terlihat panik sedikit pun. Dia terlihat santai seolah-olah sedang bermain yang malah membuat burung phoenix semakin marah saat melihat ini.

"Hei, siapa namamu?" tanya Geni sambil melirik burung phoenix di belakangnya. "Omong-omong, kamu terlihat panas."

Putih: "..."

Raina: "..."

Sistem: "..."

Burung phoenix: "..."

Burung phoenix sepertinya sudah tidak tahan melihat Geni dan memuntahkan api secara tiba-tiba, membuat Geni sedikit terkejut karenanya.

Geni merasakan sesuatu yang hangat dan menatap jubah miliknya yang terbakar karena terkena api. Dia tidak mengatakan apapun, hanya menatap bagian yang terbakar dengan tatapan tanpa emosi untuk beberapa waktu.

Burung phoenix juga hanya diam, menunggu reaksi Geni.

"Kamu unggas sialan!" umpat Geni dengan nada dingin. "Apa kamu tahu berapa lama waktu yang aku gunakan untuk menjahit jubah ini?! Satu bulan penuh! Dan aku membuatnya dengan tanganku sendiri! Ini hanya ada satu di dunia tapi kamu berani membakarnya begitu saja?! Bajingan!"

Geni melompat dan memukul kepala burung phoenix dengan tangan kosong.

Burung phoenix sepertinya menyadari apa yang Geni pikirkan dan tidak berusaha menghindar. Dia malah semakin memperbesar api yang menyelimuti tubuhnya, membuatnya berfungsi sebagai perisai.

Geni tersenyum miring. "Apa kamu pikir api kecilmu bisa melukaiku? Itu tidak ada apa-apanya dibandingkan api neraka, sialan!" seru Geni sebelum memukul burung itu.

Putih yang masih bersembunyi: "..."

Burung phoenix yang berakhir dengan babak belur: "..."

Sistem yang menonton: "..."

Raina mengerutkan kening. "Sistem, kamu yakin dia tidak memiliki cheat? Kekuatannya terlalu besar, bukan?"

"Bahkan kalau dia memilikinya, itu bagus karena akan membantu kita di masa depan~"

"Kamu tidak akan melaporkannya ke atasanmu?"

"Kenapa aku harus melaporkannya? Cheat miliknya juga merupakan cheat milik kita. Bukankah begitu?~"

"...Siapa yang mengajarkanmu hal semacam itu? Kamu sepertinya sudah bisa menggunakan otakmu sekarang."

"Aku belajar darimu~" ucap sistem dengan bangga.

"..." Apa itu berarti dia harus berterima kasih pada dirinya sendiri?

Raina menggeleng pelan lalu kembali memfokuskan diri ke layar.

Kamus mini:

[5] Subtitle = Teks bawah pada film