Chereads / Sistem Transmigrasi: Cinta Pertama Tuan Penjahat / Chapter 19 - Istri Kecil Raja Setan (18)

Chapter 19 - Istri Kecil Raja Setan (18)

Sistem tiba-tiba berdengung, menarik perhatian Raina yang sedang membaca.

"Sistem?" panggil Raina hati-hati.

Sistem terus berdengung, membuat Raina mau tak mau menghampirinya. "Hei, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu terkena virus?"

Sistem berhenti berdengung. Layar tiba-tiba menyala, menampilkan ekspresi cemas sistem. "Tuan! Dia datang! Dia datang! Ah!! Apa yang harus kita lakukan?! Kita selesai! Selesai!"

"Huh? Siapa yang datang?"

"Pemimpin wanita datang! Dia sudah bertemu dengan pemimpin utama pria! Kita selesai!"

"Pemimpin wanita siapa?" tanya Raina.

"Sekar! Sekar! Sekar!"

"Oh?"

"Oh?!"

"Hmm, aku baru mengingatnya," ucap Raina sambil kembali membaca.

Sistem: (╯°□°)╯︵ ┻━┻

"Memangnya, apa yang akan terjadi kalau mereka bertemu, tujuanku penjahat, bukan mereka."

Sistem ingin memberi beberapa pelajaran ke tuannya tapi berusaha menahan diri. Tenang. Sebagai sistem yang baik hati dan imut, dia tidak boleh melakukan kekerasan terhadap tuannya sendiri.

"Tuan, apa kamu lupa bahwa pemimpin utama pria memiliki jari-jari emas dan pemimpin wanita memiliki halo protagonis? Bayangkan, apa yang akan terjadi kalau mereka bersatu. Mereka mungkin bisa menguasai dunia dan menemukan keanehan kita!"

Raina memberi sistem satu tatapan yang membuat makhluk itu merasa seakan sedang ditatap oleh hewan buas.

"Tu-tuan?"

"Sistem, katakan padaku," ucap Raina serius. "Sejak awal kamu mengatakan bahwa aku tidak boleh OOC di depan pemimpin pria dan sekarang kamu mengatakan bahwa mereka mungkin bisa menemukan keanehan kita. Kenapa kita harus menyembunyikan diri di depan mereka?"

"Tu-tuan! Kamu terlalu banyak berpikir!~"

Raina masih menatap sistem, tidak berkedip sedikit pun.

"Tuan!"

"Katakan."

"Tu..."

"Katakan yang sebenarnya," ucap Raina.

Sistem menutup mulut tapi dia berteriak di dalam hatinya. Ah! Seseorang, selamatkan aku ah! Ahh!!

"Sistem, apa aku harus mengancammu?"

Sistem: ( QAQ )

Tuan, kamu sudah mengancamku ah! Apakah benar-benar tidak ada yang ingin menyelamatkanku?

"Sis..."

"Oke! Oke! Aku akan berbicara! Berhenti menatapku dengan cara itu!~" ucap sistem dengan cepat.

Raina berkedip. "Cara apa?"

Sistem menggigil. "Jika pemilik bertanya, ini kesalahanmu. Tanggung jawabmu, oke?!"

Raina mengangguk.

Sistem bergeser mendekati Raina. "Ak-ku adalah sistem transmigrasi yang bertugas membawa tuan rumah ke berbagai macam dunia untuk mengumpulkan poin dan menyelesaikan misi," ucap sistem pelan.

Raina mendengarkan sistem dalam diam.

"Sistem transmigrasi bukanlah sesuatu yang berasal dari dunia itu sendiri dan bertentangan dengan kesadaran dunia yang kita kunjungi. Mereka biasa menyebut kami dengan sebutan 'penumpang gelap'."

"Mereka terdengar tidak menyukaimu," komentar Raina.

"Tentu karena aku akan menghancurkan tatanan dunia secara tidak langsung."

Raina mengangkat salah satu alisnya.

Sistem menatap Raina dengan gugup. "Kita bertugas untuk membuat tokoh penjahat jatuh cinta saat dia seharusnya sudah mati di tangan pemimpin utama pria. Hal ini bisa memberikan efek kupu-kupu dan mempengaruhi pemimpin utama. Dia seharusnya selesai melawan penjahat tapi itu gagal karena kita tidak bisa membiarkan penjahat mati."

"Penjahat harus mati?"

"Ya, bukankah setiap penjahat diciptakan untuk menjadi batu loncatan protagonis?"

Raina terdiam saat mendengar sistem yang mengatakan hal itu dengan santai.

"Oke, cukup, aku tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi!" Sistem buru-buru mundur.

Raina terus menatapnya tapi tidak mengatakan apapun lagi.

"Jadi, kita illegal?" tanyanya setelah jeda beberapa saat.

"Tidak resmi," ralat sistem.

"Sama saja," ucap Raina lalu berbalik, kembali menenggelamkan diri dalam bacaannya,

Sistem yang melihat ini diam-diam menghela napas lega.

( QAQ )

Pemilik pasti akan memarahiku ah!~

***

Geni menatap Kresna yang sibuk berkutat dengan cairan berwarna-warni di dalam tabung kaca dengan tatapan tajam. "Kapan dia bangun?"

"Aku tidak tahu. Mungkin hari ini, mungkin besok, atau mungkin tidak akan," jawab Kresna tanpa mengalihkan perhatiannya dari tabung kaca.

"Kemarin kamu juga mengatakan hal yang sama."

"Aku alkemis, buk..."

"Bukan peramal. Aku tahu," sahut Geni. "Tapi seharusnya kamu bisa memperkirakannya, bukan?"

Kresna menatap Geni. "Apa kamu pikir aku berani menjamin hal yang tidak pasti?"

"Kenapa tidak?"

"Aku belum mau mati di tanganmu."

Geni hanya tersenyum.

"Dimana bocah itu? Kenapa dia tidak kunjung ke sini?"

Geni cemberut. "Kenapa kamu terus bertanya tentangnya? Apa kamu jatuh cinta padanya?"

Kresna menatap Geni dengan tatapan miring.

Geni tertawa pelan.

"Keluar," ucap Kresna dengan dingin. "Kamu mengganggu konsentrasiku."

Geni menatap Kresna dengan marah tapi masih keluar pada akhirnya.

"Putih, kamu juga keluar," ucap Kresna.

Putih tertegun.

"Aku harus berkonsentrasi atau ini semua akan gagal," ucap Kresna menjelaskan. "Jika ini gagal, dia akan mati."

Putih melirik tubuh Amelia dengan tajam sebelum meninggalkan ruangan dengan enggan.

Kresna memastikan pintu tertutup dengan rapat sebelum menghampiri tubuh Amelia dengan langkah pelan.

Sistem dan Raina menatap layar yang menampilkan wajah Kresna dengan penuh perhatian.

"Tuan, apa yang akan dia lakukan?" tanya sistem dengan cemas. "Dia terlihat mencurigakan."

"Amelia," panggil Kresna.

"Amelia atau siapapun itu, aku tahu kamu bisa mendengarku entah bagaimana," lanjutnya.

"Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa ada di dalam tubuh 'Amelia' tapi aku membutuhkan bantuanmu untuk membangunkanmu," ucap Kresna.

Sistem dan Raina saling bertukar tatapan.

Kresna mulai menyiapkan berbagai macam ramuan di samping tubuh Amelia. "Dengarkan aku..."

***

Geni menyeruput tehnya sambil melirik pintu yang tertutup tiap lima detik. "Uh, apa yang sebenarnya Kresna ingin lakukan?! Membuatku tidak nyaman saja!" gerutunya.

Putih yang duduk di bahu Kresna tidak menanggapi, diam-diam berkultivasi saat merasakan aura tubuh Geni yang menebal karena gangguan emosi pria itu. Hmm, bagus. Teruslah kesal supaya aku bisa berkultivasi dengan cepat. Hehehe.

Geni duduk untuk beberapa saat sebelum merasa tidak betah dan memutuskan untuk mencari udara segar di luar rumah.

Putih yang masih ingin memanfaatkan pria itu pun mengikutinya. Dan tak butuh waktu lama bagi Putih untuk menyadari sesuatu yang aneh. Dia melompat-lompat di bahu Geni dengan panik saat melihat bahwa pria itu berjalan ke arah barat wilayah yang dia tahu dengan jelas merupakan kastil setan alias pusat tempat ini.

Geni menyeringai. "Tidakkah kamu ingin berkultivasi? Aku akan membawamu ke tempat dengan energi gelap yang paling padat. Berterima kasihlah padaku."

Putih menggeleng panik. Tidak! Aku tidak mau bertemu dengan setan-setan itu ah! Bawa aku kembali! Aku tidak akan pernah berterima kasih untuk kemalangan ini!

Seringai Geni melebar. "Kamu terlihat begitu tidak sabar. Tenang. Aku akan segera membawamu ke sana."

Putih menatap Geni dengan tatapan horor. Dia ingin melompat turun tapi menahan diri saat menyadari wujudnya sendiri. Dengan wujud bola bulu semacam ini, akan menjadi keajaiban jika dia bisa kembali ke rumah dengan selamat.

Geni melirik Putih yang murung dan mengulum senyum. Dia mempercepat langkahnya dan tak butuh waktu lama baginya untuk melihat sebuah kastil kusam yang dikelilingi awan hitam. Dia harus berjalan melewati pasar dan deretan pertokoan yang dipenuhi setan dengan berbagai macam wujud mulai dari yang terlihat seperti manusia biasa hingga yang berwujud setengah hewan. Tetapi, kebanyakan dari mereka memiliki kulit berwarna merah dan tanduk seperti bagaimana seharusnya mereka terlihat.

Putih bersembunyi di balik jubah Geni sambil menatap sekelilingnya dengan cemas.

Mereka semua terkejut saat melihat Geni. Beberapa di antaranya menatap Geni dengan penuh kebencian ketika yang lainnya menatapnya dengan penuh penyembahan. Entah apa yang mereka pikirkan, yang jelas mereka semua pindah untuk memberikan jalan kepada pria itu.

Geni berjalan melewati mereka semua dengan tidak peduli seakan-akan mereka semua adalah makhluk tak kasat mata. Dia melambaikan tangannya saat sampai di depan gerbang kastil dan gerbang itu segera terbuka.

"Lihat siapa yang datang."

Geni menoleh ke samping saat mendengar suara manis yang dia kenal.