Chereads / Sistem Transmigrasi: Cinta Pertama Tuan Penjahat / Chapter 18 - Istri Kecil Raja Setan (17)

Chapter 18 - Istri Kecil Raja Setan (17)

"Kenapa kalian tidak segera membersihkan kekacauan di luar? Apa aku harus memerintahkan hal-hal sepele semacam itu satu per satu?" ucap Geni dengan nada mengintimidasi.

Kedua pria itu saling bertatapan. "Tugas kami untuk melindungimu, bukan membersihkan kekacauan yang kamu buat."

Geni melotot. "Membersihkan kekacauanku juga termasuk melindungiku, oke?!"

Semua orang menatap Geni dengan tatapan miring.

Geni: "..." Sampah!

Geni meletakkan tangan di pinggangnya. "Sekarang, bersihkan kekacauan di luar," perintahnya dengan tegas seakan-akan tidak akan menerima penolakan.

Kedua pria: "..."

Kresna: "..."

Putih: "..."

Sistem: "..."

Raina: "..."

Geni: "..."

Pada akhirnya, Geni masih harus menyingsingkan lengan bajunya dan membersihkan halaman sendirian.

Kresna duduk di kursi yang ada di teras rumah sambil mennyesap jus jeruk. Dia melirik dua pria berpakaian hitam yang berdiri di sampingnya. "Mau?"

Kedua pria: "..."

Kresna menoleh ke Putih yang ada di pangkuannya. "Kamu mau?"

Putih: "..."

"Hei, Putih, ini jus jeruk kesukaanmu!" goda Kresna.

Putih memalingkan wajah. Bagaimana kamu bisa makan dan minum sambil menatap darah sebanyak itu? Tidakkah kamu merasa jijik?! Kamu pasti sudah tertular kegilaan Geni!

Sistem melirik Raina yang duduk di depan layar sambil memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya. Gadis ini baru saja merampok camilan darinya dan tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun. Benar-benar seorang penindas.

"Sistem, ini terasa lebih baik daripada yang pernah aku makan," ucap Raina.

Dia tidak suka makan tapi keripik ini benar-benar bisa meningkatkan selera makannya.

"Tentu!~ Keripik kentang itu terbuat dari kentang yang diproses dengan menggunakan mesin dari abad dua puluh tiga sehingga dijamin tidak tersentuh bakteri jahat sedikit pun, kaldu ayam diambil dari ayam yang setiap harinya mendengarkan musik Beethoven dan bahkan bisa bersenandung, direndam menggunakan air mineral murni dari kedalaman laut, bumbu yang digunakan merupakan tanaman organik yang tumbuh dan telah berkultivasi selama lebih dari seribu tahun, gula yang..."

"Begitu hebat?" potong Raina. Dia menatap keripik di tangannya dengan tatapan menyelidik.

"Ya!~" seru sistem dengan bangga. "Selain itu, makanan ini bisa menambah kultivasi orang yang memakannya tanpa harus melakukan latihan apapun. Hebat, bukan?~"

"Dari mana kamu mendapatkan ini?" tanya Raina.

"Toko sistem~"

Raina mengeklik toko sistem dan mencari menu makanan. Dia mengedipkan mata saat melihat sederet gambar makanan mulai dari camilan hingga steak dan nasi goreng di menu.

[Keripik kentang x1 50 poin]

[Permen cokelat x1 30 poin]

[Manisan pepaya x1 40 poin]

[Sundae x1 50 poin]

[Roti bakar x1 70 poin]

[Sushi x1 75 poin]

[Steak x1 100 poin]

[Nasi goreng x1 85 poin]

[Rendang x1 110 poin]

Raina terus menggeser layar ke bawah sambil mengunyah keripik. "Murah sekali," komentarnya.

Sistem: "..." Kamu berani mengatakan semua itu murah di saat kamu tidak memiliki poin minus? Tuan, kamu... ah! Terserah.

( ー̀ωー́ )

"Kapan aku bangun?" tanya Raina tiba-tiba.

Mata sistem berbinar, meskipun dia tidak memilikinya. "Tuan, apa kamu sudah mulai memikirkan misi dengan serius?~"

Raina memutar bola matanya. "Aku hanya ingin segera membeli camilan." Hmm, akan bagus membeli beberapa untuk meningkatkan selera makanku.

"..." Aku tahu itu. Aku seharusnya tidak berharap.

"Kamu mungkin akan bangun besok atau besok lusa atau entah kapan. Yah, tergantung kapan Kresna bisa menemukan ramuan yang tepat."

"Bukankah kamu mengatakan bahwa nyawaku ada padamu? Kenapa kamu mengatakan 'mungkin'?"

"Uh, aku bisa menjaga tubuh yang kamu gunakan dalam kondisi 'hidup' tapi belum bisa meningkatkan fungsinya."

"Belum?"

Sistem mengangguk. "Butuh level sepuluh untuk bisa mencapainya."

Raina mengepalkan tangan lalu mendesah. "Tidak bisakah kita segera menyelesaikan ini? Aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku di sini. Melelahkan."

"..." Kamu belum melakukan apa-apa dan sudah lelah?

(╯°□°)╯︵ ┻━┻

"Omong-omong, tuan, apa yang akan kamu lakukan untuk meningkatkan bar cinta Geni?" tanya sistem yang baru saja mengingat masalah ini.

Raina merebahkan diri. "Aku tidak tahu. Berapa persen sekarang?"

"Berita bagus: sudah meningkat sedikit~" ucap sistem. "Dua puluh tiga persen."

Raina mengangkat alis. "Bertambah dua puluh tiga? Begitu cepat?"

Sistem menggeleng. "Totalnya dua puluh tiga persen."

Raina terdiam. "Hanya bertambah dua persen?" tanyanya kemudian.

"Kamu tidak melakukan apapun. Ini sebuah keajaiban bagaimana bar cinta itu bisa naik~"

╮(╯_╰)╭

"Tuan, apa yang akan kamu lakukan?" tanya sistem.

"Menyia-nyiakan waktuku atau mungkin..."

"Tidak! Tidak! Maksudku, untuk menyelesaikan misi~"

"Oh?" Raina membeku. "Apa kamu punya saran?"

"..."

Sistem terdiam sesaat sebelum mulai memuat berbagai macam file. Beberapa saat kemudian, sebuah layar muncul di depan Raina. "Mungkin kamu bisa membaca beberapa sebagai referensi," ucap sistem.

Raina menatap daftar judul buku yang ditampilkan dengan tatapan datar.

Seni Merayu Pria; 402 Cara Mendapatkan Hati Laki-Laki; Tuan CEO, Cintai Aku; Apa Yang Pria Pikirkan; Rayuan Kha...

"Apa aku harus membaca ini?" tanya Raina dengan enggan.

"Apa kamu ingin segera menyelesaikan misi?" Sistem balik bertanya.

"..." Pintar. Sekarang dia sudah berani bertingkah lancang.

Raina mengeklik Judul Seni Merayu Pria sebelum mulai membaca dengan serius.

Sistem diam-diam menatapnya, tidak membuat keributan karena dia juga ingin segera menyelesaikan misi.

Geni yang baru saja membersihkan halaman menyeka keringatnya dengan susah payah. Matanya menatap Kresna yang sekarang sudah berada dalam wujud kucing hitam dan Putih yang ada di sampingnya dengan tatapan tajam. "Kamu terlihat sangat bahagia," komentarnya tajam. "Hati-hati atau mungkin wajahmu akan sobek karena senyumanmu itu. Begitu lebar hingga membuatku ketakutan."

Kresna tertawa.

"Apa yang kamu tertawakan?!" seru Geni sambil memelototi Kresna.

"Melelahkan, huh?" ucap Kresna. "Dua jam. Kamu membersihkannya selama dua jam."

"Itu sudah kecepatan maksimal, oke?" Geni mendengus.

Kresna tertawa semakin keras. "Oh? Aku pikir kamu bisa membersihkannya hanya dalam sekian detik."

Geni mengerutkan kening. "Tidak mungkin! Bagaimana bisa ak..."

Kresna tersenyum. Dia melambaikan tangan—atau mungkin harus kita sebut dengan cakarnya—dan meja yang tadinya dipenuhi sisa makanan langsung bersih. "Kita pengguna sihir. Kamu lupa?"

Geni: "..."

Putih: "..."

"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?!" seru Geni sambil mengejar Kresna yang melompat ke atap rumah.

Kresna mendecih. "Kamu tidak bertanya," jawabnya santai.

Seseorang bisa melihat dengan jelas wajah Geni yang merah padam karena terbakar api amarah.

Kresna melihat ini dengan puas.

"Sialan! Kamu, kucing sialan, kemari!"

Kresna terus tertawa sambil berlari memasuki hutan.

Putih: "..." Kenapa aku merasa de javu?

Sistem yang tidak sengaja melihat adegan ini: "..." Oh, apakah dia ketinggalan sesuatu?

***

Ganesha baru saja keluar dari kelas dan berniat pergi ke rumah Geni untuk mengunjungi Raina ketika seorang gadis tiba-tiba menabraknya.

"Oh! Maaf! Maafkan aku!" ucap gadis itu dengan panik.

Ganesha segera mengambil buku yang tercecer di lantai. Dia terpaku saat mengangkat kepalanya dan matanya bertemu dengan mata hazel gadis itu.

"Uh, anu, bisa kamu kembalikan bukuku?" ucap gadis itu menyadarkan Ganesha dari lamunannya.

"Oh! Ya, tentu, ini milikmu," ucap Ganesha dengan gugup. "Sekar, berhati-hatilah saat berjalan lain kali."

Gadis yang dipanggil Sekar menatap Ganesha dengan mata membulat. "Bagaimana kamu bisa tahu namaku?"

Ganesha tersenyum sambil menunjuk sampul buku yang bertuliskan "Milik Sekar".

"Oh!" Sekar mengangguk mengerti.

"Kamu membawa begitu banyak buku sendirian. Apa aku boleh membantu?" tanya Ganesha. "Ini buku alkemis? Kamu akan mengantarnya ke Pak Jo?"

"Ya, ini tugas yang diberikan Pak Jo," ucap Sekar.

"Aku juga memiliki beberapa hal yang ingin aku sampaikan padanya. Ayo, kita bisa mencarinya besama!"

Sekar terlihat ragu. "Apa itu baik-baik saja? Kamu terlihat tergesa-gesa tadi."

Ganesha ingin mengatakan "tidak" tapi kepalanya mengangguk.

Sekar tersenyum cerah. "Terima kasih!"

Ganesha merasa tertarik dalam senyuman itu dan tidak tahu apa yang benar-benar dia inginkan. Saat dia tersadar, dia sudah berjalan berdampingan dengan Sekar menuju ruang guru. Yah, mungkin dia akan mengunjungi Amelia besok?

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apakah kamu siswa baru?" tanya Ganesha memulai percakapan.

Sekar mengangguk pelan. "Keluargaku baru pindah ke kota dan sekolah ini merupakan sekolah paling dekat dengan rumahku."

Ganesha tersenyum. "Oh, begitukah? Aku rasa kita bisa berteman? Kenalkan, namaku Ganesha."

Sekar menatap Ganesha dengan mata bulatnya untu beberapa saat sebelum tersenyum. "Hai, Ganesha! Aku Sekar. Salam kenal!"

Ganesha sekali lagi dihadapkan dengan senyuman Sekar dan sesuatu yang berbeda mulai mengganggu hatinya. "Ya, salam kenal!" ucapnya sambil berusaha mengabaikan perasaan aneh yang mengganjal di hatinya.