Brummm...
Brummm...
Mesin motor berdesing keras bersahut-sahutan mencoba saling pamer adu kekuatan dan kecepatan.
" Wulan itu siapa yang berisik didepan rumah ?" teriak Awan yang berada di lantai dua.
" Gak tau kak !" jawab Wulan teriak. " Bulan coba cek siapa yang ada didepan, biar Wulan yang nata makanan di meja. " lanjutnya.
" Gila pagi-pagi buta siapa yang berisik didepan rumah gue ? Awas aja kalo tuh tiga semprul !!!"
Bulan mencengkeram kaleng minumnya hingga mengkerut, kepalanya terasa berat mendengar suara bising itu.
Bulan bergegas menuju halaman rumah dan melempar kaleng minuman itu ke arah dua motor TNT 1130 merah dan hijau.
Kedua pengendara moge itu membuka helm yang membungkus kepalanya. Senyum terpatri dari wajah keduanya bersinar mengalahkan mentari pagi ini.
" Selamat pagi pacar !"
" Selamat pagi calon ipar !"
Bulan terbelalak kaget mendapati dua manusia ini berada didepan rumahnya. Apalagi baru kali ini ia melihat Bintang dan Furqon mengendarai motor.
" Ngapain lu berdua kesini ?"
" kan kita mau anter kalian ke masa depan. " jawab Bintang dan Furqon barengan.
Bulan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia berusaha mengingat-ingat perkataannya tadi malam.
" Oh iya gue lupa, hehehe, " ucap Bulan terkekeh kecil.
" Jangan lupa nanti pikun lho !" sindir Bintang
Bulan mengerinyitkan dahinya, bingung. " Emang beda ya ?"
" Sama aja si cuma kalo lupa itu untuk waktu yang sebentar tetapi pikun jangka waktu yang lama. " jelas Bintang.
" Yaelah baku banget masnya, bilang aja pikun itu tua !" celetuk Furqon.
Bulan menatap sinis ke arah Bintang dan mencubit perutnya keras. " Jadi kamu ngatain aku tua ?"
" Kamu gak tua. sekalipun tua, jelek, keriput, aku masih sayang kok, " ucap Bintang mencoba meyakinkan Bulan.
Bulan merasakan pipinya memanas dan menarik buang nafas berkali-kali untuk menenangkan dirinya.
" Dasar bucin !" sindir Furqon menyenggol tubuh Bintang.
" Kayak lu nggak aja, " balas Bintang.
" Sorry, bucin gue kelas VVIP tingkat dewa. "
" SOMBONG AMAT !" sentak Bintang dan Bulan berbarengan.
Furqon terkekeh dan merangkul bahu Bintang.
" Ayo muda mudi mari kita masuk kedalam. Jangan sungkan, anggap aja rumah sendiri, " kata Furqon tersenyum lebar.
" Emang rumah gue Faqir misquen !!!"
***
" What's up brother sister !"
Seru suara seseorang membuat semua pasang mata melihat kearah pintu masuk basemen. Wajah ceria, konyol, dan datar terpampang di ketiga laki-laki itu. Tangan mereka dilambai-lambaikan kearah meja makan.
" Maaf rumah ini bukan panti sosial ya, tidak bisa menerima sembarangan orang, " tolak Bulan garis keras.
Tanpa mempedulikan ucapan Bulan, mereka bertiga langsung menarik kursi makan dan duduk manis.
" Ngapain lu pada kesini ?" tanya Awan menatap mereka bertiga.
" Garem dirumah gue abis, " jawab Caesar
" kerupuk dirumah gue abis juga, " sahut Baldwin.
Mereka semua menengok kearah Dabith yang bengong.
" Lu bith ?"
" Mau ketemu Wul.." ucap Dabith terhenti ia hampir saja keceplosan. " Ah maksudnya mau ikut makan. "
Awan menepuk pundak Dabith yang terlihat panik. " Gue tau lu masih suka sama Adek gue, yang sabar bro. " nasehat Awan berbisik yang diangguki Dabith.
" Cae, garam di laut banyak lho ! Apa perlu gue beliin laut ?"
" Dan lu Baldwin, apa perlu gue beliin pabrik kerupuk ?"
Baldwin dan Caesar terkejut bukan main mendengar perkataan yang keluar dari mulut juniornya, bukan lain ialah Furqon Maulana. Ucapan yang bisa dibilang sedikit songong dan memancing emosi.
" Gak usah. Makasih wahai orang yang dermawan !" ketus Baldwin dan Caesar dengan nada tinggi.
" Fur, kamu gak boleh manggil mereka dengan nama tapi pakai kakak, " nasehat Wulan kepada Furqon.
" Iya cantik, aku terima sarannya, " balas Furqon tersenyum.
" Wulan, lu nemu cowok ini dimana si ? sombongnya lebih dalam dari samudra Pasifik dan lebih luas dari benua Asia, " tanya Baldwin heran.
" Pastinya gue ditemukan diantara tumpukan emas, berlian, dan permata. Gak kayak Lo bertiga ditemuin diantara tumpukan kuning-kuning di pasir, " ujar Furqon tersenyum bangga.
" Furqon panggilnya kakak !"
" Iya pacar maaf. "
Caesar terdiam, ia menatap langit-langit rumah keluarga Gunawarman. Ia coba menggali masa lalu, coba mengingat kembali sepertinya ia pernah mengenal laki-laki songong itu.
" OH IYA GUE INGAT !" seru Caesar mengejutkan semua orang.
" Lu kan anak pemilik sekolah yang songong banget dan gak mau ikut masa orientasi siswa ?" cecar Caesar mengarahkan sendok kearah wajah Furqon.
" Ya, betul betul betul. Dia yang ngajak ribut si Dabith gara-gara dilarang duduk diatas meja kan. Terus dia ngajak duel kita main basket, lu inget gak bith wan ?" tanya Baldwin ke Awan dan Dabith.
" Iya gue inget. " jawab Dabith singkat.
" Oh iya, anak sombong itu kan ? gak nyangka gue dunia sempit banget, ternyata sekarang dia jadi pacar adek gue, "
" Hampurasun kakak-kakak ABCD lima dasar. " Furqon menyatukan tangannya memohon maaf.
Mereka semua tertawa dan bernostalgia atas kejadian geng ABCD dengan Bintang dan Furqon waktu pertama kali masuk Galaxy Internasional High School.
" Bintang, Furqon " lirih Awan lembut dengan tatapan serius.
Kedua orang yang memiliki nama tersebut langsung menengok kearah Awan.
" Apa kakak ipar ?"
" Gue yakin lu berdua bisa jagain adik-adik gue. Awas aja lu sampai selingkuh dan buat adik gue kecewa, gue habisin lu ditempat !" ancam Awan
" Siap kak, tidak akan pernah, "
" Satu lagi..."
" Apa kak ?"
" Jangan buat adik gue nangis !"
Wulan dan Bulan saling bertatapan bingung.
" Karena gak boleh ada yang buat adik gue nangis, kecuali gue !" lanjutnya
PLAK !
Wulan menepuk lengan Awan keras diikuti Bulan.
" Musnah aja kak dari muka bumi ini !" seru Wulan mendengus kesal.
" Kak mau ngundurin diri dari anggota penduduk bumi atau mau langsung dikirim ke planet lain, HAH ?!"
Awan mendekap kedua adiknya dan mengacak-acak rambut mereka.
" Becanda adik ku, mana tega Awan yang ganteng ini dan pinter membuat adik ku tersayang meneteskan air mata sia-sia, kecuali air mata kebahagiaan. " ucap Awan sok puitis.
" Ini mau lanjut drama apa berangkat sekolah ?" tanya Dabith setelah melihat jam tangannya.
Mereka semua sontak terkejut melihat jam tangannya sudah menunjuk pukul tujuh lewat lima belas menit.
" ASTAGA TELAT !"
Mereka semua langsung bergegas menaiki kendaraan mereka semua dan melaju dengan cepat agar tepat waktu. Perjalanan dari rumah ke sekolah menempuh waktu lima belas menit jika tidak macet. Sedangkan bel masuk berdering pukul setengah delapan pagi.